Chapter 34

42.2K 3.7K 134
                                    

Devian mengambil cangkir berisi teh itu dengan tenang. Tapi saat cangkir itu sudah ditangannya sudut bibir Devian tertarik membentuk senyuman mengejek, dengan sengaja Devian melepas cangkir itu dari tangannya. Membuat cangkir itu pecah dan isinya membasahi karpet dilantai itu. Devian menatap Beryl dengan tajam.
"Kau memberiku minuman sisa? " Tanya Devian marah. "Aku sudah memperingatkanmu sekali."

Sigap Devian berdiri dan meraih leher Beryl mengangkat tubuh wanita itu dengan mudah. Beryl menendang-nendang udara karena kesulitan bernafas. Pada saat itu seseorang masuk keruangan Devian.
"Yang Mulia, apa yang anda lakukan pada nona Beryl? " Tanya Aiden penuh rasa terkejut.

Beryl melirik kearah Aiden tangannya terulur kearahnya dengan gemetar, seakan meminta pertolongan darinya. Aiden yang merasa iba hendak melangkah mendekat, tapi Devian menghentikannya.
"Jangan mendekat, Aiden. Aku tidak ingin melukaimu." Devian menatap wanita itu marah. "Iblis tak perlu bernafas, berhentilah berpura-pura." Iris mata Devian menyala.

Kuku jarinya perlahan meruncing, pada saat bersamaan dari tangan Devian yang berada dileher Beryl muncul kobaran Api. Membuat Beryl berteriak kesakitan.
"Aaaaaaa... Lepas.. Lepaskan aku.. " teriakan kesakitan terdengar dari mulut Beryl.

Perlahan leher gadis itu menghitam seperti terbakar. Luka bakar perlahan menjalar sampai ke dagunya dan pada saat itu dengan menahan rasa sakit Beryl membuka mulutnya. Semburan Api keluar dari mulut Beryl membuat Devian harus menghindar dan melempar tubuh gadis itu kesembarang arah. Tubuh gadis itu membentur beberapa perabotan dan berakhir dengan membentur sebuah rak-rak penuh buku dan menghancurkannya.

Beryl mengerang kesakitan, dia mencakar lehernya yang menghitam karena ulah Devian. Perlahan wujud Beryl berubah menjadi celline. Devian menatap garang wanita itu, dia segera mendekati celline. Sebilah pedang tiba-tiba muncul dari tangan Devian. Celline kini mengetahui situasinya akan memburuk, dengan sisa-sisa kekuatannya gadis itu bangkit. Sulur-sulur pita berwarna merah muncul entah dari mana. Celline mengangkat lengannya seakan mendengar perintah darinya sulur pita itu meluncur dengan cepat, menyerang kearah Devian. Devian menangkis setiap serangan dari sulur-sulur itu dengan pedangnya. Suara dentingan benturan senjata terdengar nyaring. Saat Devian terfokus dengan menangkis pita-pita yang menyerangnya Celline menggunakan kesempatan itu untuk menggunakan sulur pita yang lain mengarah langsung ke Devian mengikat tubuh Pria itu dengan pitanya. Devian terkunci sulur yang lain mengikat lengannya membuat senjatanya terjatuh.
"Yang Mulia! " panik Aiden hendak menghampiri Devian.

"Jangan mendekat!!  Ini pertarunganku."

Iris Devian kembali menyala dan sulur pita iti terbakar menjadi Abu. Devian menyeringai pada Celline.
"Ayo kita akhiri saja main-mainnya."

Devian mengambil pedangnya. Dengan gerakan cepat Devian telah berada di depan wanita itu menusukkan pedangnya keperut celline dengan cepat. Celline memuntahkan darah hitam pekat, dari luka diperutnya mengalir darah yang sama. Tak berapa lama tubuh wanita itu terbakar dan berubah menjadi debu. Devian menjatuhkan pedangnya. Mengedarkan pandangannya kesegala penjuru ruangan.
"Yang Mulia anda baik- baik saja? " Tanya Aiden cemas.

Aiden segera menghampiri Devian dan membawa Rajanya ke kursi yang masih utuh.
"Yang Mulia, sebaiknya anda duduk." Aiden terlihat begitu khawatir.

Pikiran Devian begitu kalut, bagaimana bisa ada iblis yang masuk ke istananya. Selama ini tak ada iblis yang berani masuk ke istananya.
"Yang Mulia, bagaimana iblis itu bisa masuk? " Tanya Aiden bingung. "Apa dia juga salah satu iblis kakek anda."

"Aku belum yakin." Jawab Devian singkat.

Aiden tak berani untuk bertanya lagi, begitu melihat Devian yang terdiam.

I'm in love with a monster (Tamat)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang