Chapter 46

40.5K 3.6K 134
                                    

Ribuan barisan pasukan dari kedua kerajaan telah bersiap. Pelontar-pelontar raksasa telah berdiri kokoh sisi kerajaan Corfe. Seluruh pemimpin telah bersiap di garis depan dengan kuda-kuda mereka.

Devian menatap Garang seluruh pasukan dihadapannya, pasukan yang dahulu pernah dibawah komandonya. Mengamati setiap formasi yang mereka buat. Tak berapa lama Adrian memberi isyarat dengan mengangkat pedangnya keudara, kemudian dia kembali mengayunkan pedangnya kedepan. Pertanda Aldwick yang akan menyerang Corfe terlebih dulu. Derap ratusan langkah kaki kuda mulai terdengar, kepulan debu mulai melayang diudara.

Devian mengangkat pedangnya keudara, memberi isyarat untuk menunggu. Setelah pasukan Adrian beberapa meter lebih dekat, Devian memberi isyarat lain untuk para pemanah. Seluruh pemanah bersiap dengan bidikan mereka dan Devian segera memberi isyarat untuk melepas anak panah mereka. Ribuan anak panah melayang diudara, pasukan Adrian dalam sekejab dihujani ribuan anak panah membuat sebagian besar dari mereka gugur dengan cepat.

Adrian terkejut melihat serangan mendadak diluar perhitungannya. Tak berapa lama dia memberi isyarat pada para pemanahnya untuk mulai menyerang agar dia dan pasukannya bisa tetap maju mendekat. Ribuan anak panah dari kubu Adrian mulai meluncur ke arah pasukan Devian dengan cepat. Diluar dugaan Adrian, pasukan Devian mengangkat perisai-perisai besi mereka keatas menggunakannya sebagai pelindung.

Panglima Corfe melirik kearah Devian. Diam-diam mengagumi taktik yang diatur oleh Raja Muda itu. Devian masih fokus pada serangan musuh-musuhnya. Sesekali pria beriris merah itu mengedarkan pandangannya, mengamati pasukan-pasukan yang kini berdiri dibelakangnya.

Sesaat pasukan Corfe yakin mereka akan menang dengan mudah dalam pertempuran ini. Namun, Pasukan Adrian kini semakin mendekat, Devian memberi isyarat lain. Tombak-tombak panjang dengan ujung runcing kini disiapkan mengarah langsung pada pasukan Adrian. Devian mengayunkan pedangnya kedepan, memberi isyarat untuk menyerang. Seluruh tentara berkuda dengan tombaknya kini maju dengan cepat, bersiap menusuk siapa saja yang akan mendekat kearah pertahanan mereka. Dalam hitungan menit kedua pasukan berbenturan, beberapa pasukan Devian dan pasukan Adrian telah tewas. Darah dan tanah menjadi satu, mayat-mayat mulai bergelimpangan.

Serangan kedua Devian menyiapkan pasukan pedang. Memberi isyarat lain untuk menyerang pasukan Adrian. Debu semakin membubung tinggi, menghalangi jarak pandang. Kedua pasukan dari kedua kerajaan kini bertemu di bagian tengah Medan pertempuran. Bergumul dengan debu dan tanah, berusaha mempertahankan wilayah mereka dari musuh.

Sesaat Adrian mulai panik saat mengetahui pasukannya semakin berkurang. Pikirannya semakin kacau, tapi dia harus menang dari Devian. Dia harus bisa mengalahkan saudaranya, dia harus mempertahankan posisinya dan mendapatkan kembali semua yang harusnya menjadi miliknya. Adrian menatap tajam kearah Devian, aura hitam mengintari tubuh Adrian. Sisik-sisik hitam di bagian tubuhnya bergerak menutupi lebih banyak tubuhnya.
"Pasukanku bangkit dan hancurkan seluruh musuhku, dengarkan perintahku dan bangkitlah." Adrian terus meracau, memanggil pasukan-pasukan yang dipinjamnya dari Erebos.

Pasir dan debu berlahan bergeser, berkumpul dekat Adrian. Membentuk iblis dari pasir dan debu yang kemudian berubah menjadi wujud iblis sempurna yang hidup.

Dari kejauhan Devian mengamati semuanya. Panglima dan jenderal Corfe terlihat terkejut dengan apa yang dilihatnya.
"Ma.. Makluk apa itu?" Tanya salah satu dari mereka.

Devian maju perlahan, mengamati semua yang dilakukan Adrian. Devian memberi isyarat untuk menyiapkan pelontar Batu yang begitu besar. Lima pelontar telah siap, Devian memberi aba-aba untuk melepaskannya dan batu-batu besar itu mulai melayang kedura. Menghantam ratusan pasukan Iblis Adrian. Sesaat mereka tumbang tapi dengan mudah mereka bangkit dan meraung penuh kemarahan.

I'm in love with a monster (Tamat)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang