Chapter 39

39.6K 3.6K 214
                                    

Alice masih bertahan dalam posisinya, berusaha sejauh mungkin dari jangkauan makhluk mengerikan yang tengah mengepung selnya saat ini. Air mata sudah membanjiri kedua pipinya, dengan perasaan takut gadis itu memejamkan matanya dan menutup telinganya. Dalam hati gadis itu terus berdoa berharap seseorang datang menolongnya.

Devian menatap garang pada makhluk mengerikan yang tengah mengepung istrinya. Dia segera berlari kearah binatang-binatang aneh yang tengah fokus untuk menangkap mangsa mereka. Devian segera menebaskan senjatanya pada binatang- binatang itu, membunuh mereka tanpa ampun.

Alice masih belum berani membuka matanya, meski samar dia mendengar suara binatang-binatang itu mulai menghilang. Terdengar pula suara rintihan dan geraman lain, tapi suara-suara itu semakin menjauh. Hingga tak lagi ada suara binatang-binatang lapar itu. Namun, suara-suara itu berganti dengan langkah kaki seseorang yang mendekat ke selnya yang terdengar semakin keras, membuatnya semakin ketakutan.
"Maaf, aku terlambat." Sebuah suara tak asing terdengar di telinga gadis itu.

Perlahan Alice membuka matanya dan memastikan bahwa itu adalah orang yang ia tunggu untuk menolongnya.
"Ya.. Yang Mulia." lirihnya lemah.

Devian masih berdiri diluar sel, pria beriris merah itu mendekat ke sel istrinya. Menatap gadis di depannya yang keadaannya terlihat begitu mengenaskan. Darah kering mengotori gaun putihnya yang kini telah berubah warna menjadi abu-abu kehitaman. Luka di tangan kiri gadis itu masih terlihat mengeluarkan darah. Alice berusaha berdiri, gadis itu semakin terisak saat melihat suaminya datang untuk menolongnya. Dengan sedikit tertatih Alice berjalan mendekat kearah Devian. Tapi, tak berapa lama gadis itu ambruk tak sadarkan diri.
"Tidak, Alice.. Alice!! " Panik Devian terus memanggil nama istrinya. Memukul jeruji besi yang menghalanginya untuk masuk.

Devian mengamati jeruji besi itu dari atas kebawah. Iris matanya menyala merah, Devian menggumamkan sesuatu. Memberi perintah pada jeruji itu untuk menghilang. Tapi, tak ada hasilnya. Devian semakin panik, pria itu memukul jeruji besi di hadapannya. Menendang dan menggunakan pedangnya tapi sia-sia. Perlahan tubuhnya merosot, dengan putus asa dia terus berusaha memerintahkan jeruji besi itu untuk terbuka.

Tak.. Tuk.. Tak... Tuk..

Terdengar suara langkah kaki yang mendekat kearah Devian yang menatap istrinya putus asa.
"Kau sudah aku peringatkan Devian." Raja Erebos berdiri tepat disamping cucunya.

Devian melirik penuh emosi pada sang Raja iblis. Dengan bertumpu pada pedangnya, pria beriris merah itu berdiri menatap sang kakek penuh emosi.
"Kau apakan dia? Apa yang kau lakukan padanya?" teriak Devian penuh amarah.

"Hemlock!! " Raja Erebos memanggil sebuah nama.

Dari balik kegelapan dalam sel tempat Alice seseorang muncul. Berdiri tepat disamping tubuh Alice yang terbaring lemah tak sadarkan diri. Devian menoleh, melihat siapa orang yang dipanggil sang kakek. Devian mengamati pria itu seksama, ekor matanya melihat sesuatu di genggaman pria misterius bernama hemlock itu. Sebuah belati kecil yang berlumuran darah, kini Devian dapat melihat luka sayatan baru di punggung gadis itu. Devian mencengkram kerah baju sang kakek penuh amarah.
"Apa yang kau lakukan padanya?? " Teriak Devian marah.

"Hemlock, seorang iblis yang memiliki keahlian dalam membuat racun. Aku tidak tahu berapa lama waktu yang akan dimiliki gadis itu." Raja Erebos menatap Devian.

"Buka, selnya." Devian bergumam lirih pada sang kakek.

Raja Erebos tersenyum penuh kemenangan, dengan santai pria tua itu menjentikkan jarinya dan seketika jeruji-jeruji besi itu menghilang. Cepat Devian berlari kearah istrinya dan memeluk tubuh lemas istrinya. Alice masih bernafas, tapi nafas itu perlahan semakin melambat. Devian menatap istrinya putus asa, selama ini dia tidak pernah merasakan perasaan seperti ini, Sejak kepergian sang ibu. Tapi, hari ini diia kembali merasakan rasa takut yang sama. Rasa takut jika dia tidak akan bisa melihat Alice lagi, takut jika dia akan kehilangan orang yang ia kasihi untuk kesekian kalinya. Melihat keputus asaan Devian Raja Erebos tak menyianyiakannya.
"Aku rasa Hemlock memiliki penawarnya, karena hanya dia yang memiliki penawarnya." Raja Erebos berjalan mendekat kearah Devian.

I'm in love with a monster (Tamat)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang