Chapter 32

50.5K 3.6K 105
                                    

Suara derap kaki kuda terdengar nyaring, memecah jalan setapak ditengah hutan. Dua ekor kuda yang tengah ditunggangi oleh dua pria dengan pakaian rapi dengan mengenakan sepatu bot. Kuda-kuda itu berhenti saat tali kekang mereka ditarik kebelakang.
"Yang Mulia sebaiknya kita kembali." Ajak seorang pria yang berhenti tepat dibelakangnya.

"Aiden, sepertinya laporan itu palsu." Pria dengan iris merah itu melirik pria dibelangnya.

"Saya rasa anda benar Yang Mulia."

"Harusnya kau periksa setiap laporan yang masuk." Devian akhirnya memarahi Aiden.

"Laporan tentang makluk misterius itu semakin meningkat dan beberapa utusan yang anda kirim juga menghilang tanpa jejak."

"Aku rasa mereka salah satu dari iblis Erebos." Gumam Devian yakin. "Kita kembali, aku akan mencari cara untuk menangkap iblis sialan itu."

Akhirnya mereka pun berbalik, memacu kuda-kuda mereka agar berlari lebih cepat membelah jalanan hutan.

Matahari mulai bersembunyi, langit perlahan berubah warna menjadi oranye. Hutan yang tadi terang kini perlahan mulai gelap. Tepat saat Devian dan Aiden sampai di pinggir hutan.
"Para pengawal menunggu di desa terdekat, haruskah kita berkemah disana." Tanya Aiden.

"Baiklah, kita menunggu sampai besok. Jika makluk itu tidak muncul kita kembali ke istana."

Tak berapa lama berselang seorang gadis menghentikan laju kuda mereka. Dia berdiri tepat ditengah jalan yang akan dilalui Devian dan Aiden. Membuat kedua kuda itu harua berhenti mendadak dan meringkik karena terkejut.
"To..tolong saya tuan." Suara gadis itu terdengar begitu merdu.

Devian masih tak bergeming dan hanya menatap dingin kearah gadis itu. Gadis dengan gaun lusuh dengan dengan belahan dada rendah. Memamerkan bulatan besar buah dadanya, rambut coklat dan iris hitam legam, bibir semerah darah dan kulit putih pucat yang mulus. Membuat setiap kaum adam terpesona setiap kali melihatnya.
"Saya baru saja dirampok tuan. Mereka mengambil seluruh barang yang saya miliki."

"Apakah anda terluka?" Tanya Aiden khawatir.

"Mereka mencoba menyakiti saya tapi saya berhasil melarikan diri." gadis itu terlihat mulai menangis sedih.

"Siapa nama anda, nona? " Tanya Aiden lagi.

"Celline tuan." Jawab gadis itu memperkenalkan diri.

"Nama yang indah." Puji Aiden lagi.

"Nama yang buruk." Devian menatap datar wanita itu.

Entah mengapa tapi Devian dapat merasakan sesuatu yang aneh dari wanita didepannya.
"Tuan, saya benar-benar membutuhkan bantuan kalian."

"Minggir."

"Apa? Tapi tuan saya baru saja dirampok apakah anda tidak merasa kasihan... "

"Aku tidak tertarik dengan cerita sedihmu." Potong Devian dingin.

Aiden menatap Devian tak percaya, bagaimana mungkin Rajanya tak ingin menolong wanita yang tengah kesulitan di pinggir hutan. Padahal sebentar lagi matahari akan tenggelam.
"Tapi anda sudah berhenti setidaknya beri saya tumpangan untuk kedesa terdekat." Gadis itu memasang wajah memelas.

"Kau masih bisa berjalankan? "

"Apa? " Tanya celine tak percaya.

"Kau tuli juga rupanya."

"Anda begitu kejam, bagaimana mungkin anda membiarkan seorang wanita lemah seperti saya sendiri ditempat seperti ini. Jika anda tidak ingin menolong saya kenapa anda berhenti? "

I'm in love with a monster (Tamat)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang