thurt

64.2K 5.4K 70
                                    

Alice baru saja membersihkan dirinya dan istirahat dikamar mansion milik tyler, di luar kamarnya banyak penjaga yang berjaga. Tyler memerintahkan mereka untuk menjaga alice. Alice berfikir itu demi keamanan dirinya. Tapi kebenarannya agar alice tak bisa melarikan diri dari sana.
****
Di kastil corfe ayah alice mondar mandir tak karuan. Sebuah pesan misterius dikirim melalui anak panah yang mengatakan putrinya telah ditawan oleh pemberontak.
"Yang mulia tolong putriku, aku mohon." Raja yang sudah terlihat tua itu menunduk didepan devian.
"Aku akan memikirkan caranya, jadi pergilah ketempat pengungsianmu." ucap devian dingin.
"Bagaimana aku bisa tenang jika putriku jadi tawanan. Tarik pasukanmu yang mulia, mereka bisa melukai putriku."
"Dia istriku, jadi aku akan mencari cara untuk membebaskannya. Kau paham? Aiden bawa orang ini pergi." suruh devian.
"ayo yang mulia, percayalah yang mulia devian akan mencari cara yang aman untuk menjemput Ratu alice." aiden menggandeng tangan mantan Raja corfe itu untuk keluar.
Devian menatap keluar jendela.
"Panglima tarik mundur pasukan, aku akan masuk kesarang hama. "
"tapi yang mulia itu terlalu berbahaya." panglima admir terlihat cemas.
"Aku dan aiden beserta pasukan khusus akan masuk kesana, kau tetap bersama pasukanmu. Jangan lakukan apapun jika aku belum memberi tanda. Kita akan membebaskan si bodoh dan membasmi hama sekali Serang." jelas devian.
"Itu terlalu beresiko yang mulia. Jika anda ketahuan... "
"Tenang lah aku tidak sebodoh itu. Kita akan menyerang pemberontak dekat perbatasan karena disana cukup mudah membuat mereka ketakutan. Saat sebagian mulai lari kembali ke sarang kami akan bergabung dengan mereka. Kalian pura-pura mengejar dan setelah kami masuk perintahkan pasukan mundur dan tunggu perintahku."
"Baik yang mulia, saya akan menyiapkan pasukan." panglima admiral memberi hormat dan pergi.
*****
Di kamar alice sedang menikmati makanannya, tapi entah kenapa perasaan semakin tidak tenang.

Tok.. Tok.. Tok..

Pintu terbuka sebelum alice menjawab, seorang wanita paruh baya masuk dan memberi hormat pada alice.
"Yang mulia, tak seharusnya anda disini? " bisik wanita itu.
"Apa maksud anda? " tanya alice bingung.
"Apakah anda tidak mengerti saat ini anda adalah tawanan tuan tyler, beliau mengikuti jejak ayahnya yang memberontak pada corfe."
"Apa? Bagaimana mungkin tyler.. "
"Tuan tyler menginginkan anda, tapi yang mulia Raja tak merestuinya."
Pelayan itu mengeluarkan sesuatu dari sakunya, sebuah kunci dan kertas.
"Ini surat dari corfe dan kunci untuk anda kabur jika ada kesempatan." jelas pelayan itu.
Alice menatap pelayan itu bingung dia membuka kertas ditangannya.
Jika kau ingin kabur pastikan kebenaran dari asumsimu itu, kau membuat semua orang kerepotan jika kau peduli orang tuamu setidaknya bertanyalah dengan benar. Bukan salahku jika mereka terkena serangan jantung

"Ini tidak terlihat seperti pesan." gumam alice kesal.
"Yang mulia apa anda sudah selesai dengan makanan anda." tanya pelayan itu agak mengeraskan suaranya. Alice menatap pelayan itu bingung dan dengan cepat menjawab.
"Hmmm. . Aq sudah selesai. Kau bisa membawanya keluar."
"Berhati-hatilah yang mulia." pesan pelayan itu sebelum meninggalkan alice.

Siapa yang harus aku percaya, devian mengirim pesan seperti ini berarti dia ada di corfe, lalu ayah dan ibu. ...

"Aku harus kesana." gumamnya.
Alice berdiri dan akan keluar tapi pintunya terkunci. Alice pun terkejut .
"Kenapa dikunci? Buka pintunya!!!! " alice mengetuk pintu keras agar dibukakan pintu oleh seseorang diluar. Tapi tak ada yang bergeming para penjaga hanya berdiri seperti tak mendengar apapun.
"Tyler! !! Buka pintunya !!!" alice berteriak tapi tak ada jawaban.
Dia menatap kunci ditangannya. Dan. .
Klek. ...
Seseorang membuka pintu kamarnya dengan cepat alice menyembunyikan kunci itu dibalik gaunnya.
"T. .tyler! !" alice terkejut.
"Ada apa? Apa ada masalah? " tanya tyler cemas.
"Tidak, aku hanya ingin keluar." alice melangkahkan kakinya untuk keluar dari kamar. Tapi dengan sigap tangan tyler menahan tangan alice.
"Kau tidak boleh kemana-mana." wajah tyler mengeras, matanya menatap tajam alice.

Tidak lagi, aku tidak akan membiarkanmu pergi selangkahpun. Kau tak boleh meninggalkan aku. Kau sudah didekatku, tak kan ku biarkan kau menjauh lagi.

"A.... Apa maksudmu? " tanya alice mulai emosi.
"Tetaplah diam disini jika kau tidak ingin terluka."
"Tyler apa kau mengancamku? " suara alice mulai meninggi.
"Aku mencintaimu alice. "
Plak. ...
Sebuah tamparan mendarat di pipi tyler.
"Kau pembohong, tyler. Berapa banyak kebohongan yang kau ucapkan padaku? " alice menatap tyler marah.
"Bukan aku, tapi ayahmu yang memulai semuanya. Jangan membuatku marah alice."
"Tyler, kau memanggilku apa??? Berani sekali kau! !!"
"Apa alice? " tyler menggenggam lengan alice kuat membuat pemiliknya meringis kesakitan.
"Kau jangan memandang rendah aku, ayahku dan aku adalah pemberontak kami akan mengusai corfe dan dengan begitu derajat kita sama, setelah itu ayahmu akan mengizinkanku memilikimu."
"Derajat kita tak akan pernah sama, kau bukan tyler yang aku kenal. Tidak, bahkan aku tidak pernah mengenalmu. lebih baik aku mati dari pada bersama pemberontak yang mencelakai rakyat dan kerajaanku."
Tyler semakin emosi mendengar kata-kata alice, tyler mencengkram rahang bawah alice kuat. Alice mencoba melepasnya dengan tangannya namun tenaganya tidak cukup kuat.
"Dengar, mau tidak mau kau akan menjadi milikku." bisik tyler.
"Kalau begitu kau bisa membunuhku sekarang."
Tyler menatap tajam wajah alice.
Tok.. Tok.. Tok...
"Tuan tyler.. Perbatasan diserang. " terdengar suara seorang pria dibalik pintu.
"Apa!!! " tyler melepas cengkraman nya dari rahang alice.
"Dengar jangan macam-macam, jangan membuat ku menyakitimu." tyler pun meninggalkan. Alice dan mengurungnya dikamar.
Alice menjatuhkan dirinya, duduk dilantai tak percaya dengan apa yang dikatakan tyler. Orang yang dia percaya. Orang yang selalu menemaninya, teman dan pelayan Setia yang ia miliki sekarang berbalik melawan kerajaannya.

Seberapa banyak yang kau sembunyikan dariku ayah, apa saja yang tidak aku ketahui.

Alice kembali menangis. Menyesali setiap detik dia menjalani hidupnya tanpa mengetahui apa-apa.
*******
Di tempat yang sama devian telah memasuki area mansion milik tyler. Pasukan devian telah menyebar dan berpencar, membaur dengan pasukan pemberontak. Devian dan aiden berjalan menuju kearah mansion.
"Hei kau!!! " sebuah suara menghentikan langkah mereka berdua.
"Kalian mau kemana? " tanya pria itu. Aiden dengan cepat berbalik dan tersenyum.
"Kami? Ada hal yang ingin kami bicarakan dengan tuan. " aiden menjawab asal.
"Hmmm.. Begitukah?? Bukankah tadi sudah... "
" urus dia aiden. " gumam devian. Aiden mengangangguk tanda mengerti.
Devian pun langsung masuk ke dalam mension besar itu, di dalam cukup sepi dan lengang tak ada seorang pun. Dengan waspada devian berjalan menyusuri ruangan demi ruangan. Hingga kakinya terhenti disebuah lorong ada banyak penjaga disana.
"Siapa kau? " tanya salah satu penjaga.
"Aku? Tadi dia menyuruhku kemari untuk memberikan sesuatu pada tawanan. " jawab devian asal. Dia juga tak yakin para penjaga itu akan percaya.
"Ohhh, begitukah? Masuklah kalau begitu." mereka membukakan pintu untuk devian.

Bodoh!!!!

Devian melangkah masuk dan menutup pintunya kembali. Dia melihat alice menangis sesenggukan di kursi dekat jendela. Devian melangkah mendekati istrinya.
"Apa lagi yang kau inginkan, sudah aku bilang lebih baik kau membunuhku!!! " alice meninggikan suaranya.
"Haruskah? Aku baru saja memikirkan hukuman yang tepat untukmu." ucap devian datar.
Mata alice membulat mendengar suara tak asing, alice segera menatap orang itu. Entah kenapa alice merasa bahagia melihat pria dingin dan kejam ini. Alice berdiri dan memeluknya tanpa sadar. Devian pun terkejut tubuhnya membeku.
"A.. Apa yang kau lakukan? " tanya devian agak gugup.
"Ma.. Maaf!" Dengan cepat alice melepas pelukannya.
"Hmmmm... Bagaimana kau menemukan aku? " tanya alice gugup wajahnya memerah dia pun menunduk menghindar dari tatapan devian.
Tanpa sadar sudut bibir devian tertarik keatas, sebuah senyuman yang belum pernah terlihat. Tapi dengan cepat senyum itu menghilang.
"Itu mudah." jawab devian singkat. "Kita harus keluar secepatnya, sebelum ketahuan. Aku hanya membawa 50 orang bersamaku, jika sampai mereka sadar.. "
"Apa orang tuaku baik-baik saja? " tanya alive lirih.
"Cari tau sendiri, itu tujuan mu kaburkan? " sindir devian tajam.
"Maaf, aku memilih melarikan diri dari pada bertanya padamu." alice menunduk menyesal.
"Bisakah kau diam." devian melihat keluar jendela. Ada beberapa orang yang melihat kearahnya. Devian melambaikan tangan memberi isyarat pada mereka. Beberapa langsung mengangguk.
"Bersiaplah kau harus bergerak secepat yang kau bisa" devian mengamati gaun panjang milik alice."meski aku tak yakin." devian menarik pedang yang sedari tadi ia bawa.
Dan tanpa diduga alice mengeluarkan belatinya dan menyobek gaunnya hingga menampakkan setangah paha depannya.

Aku memotongnya terlalu pendek. Batin alice.

I'm in love with a monster (Tamat)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang