Closer 2

55.1K 4.2K 27
                                    

"Hahaha... " Suara tawa Raja Erebos pecah. Begitu keras hingga suara tawa itu terdengar hingga keluar ruangan Devian.
"Devian cucuku, bagaimana mungkin aku membunuh anakku sendiri darah dagingku?" Raja Erebos kembali serius.

"Tapi, manusia tak akan bisa membunuhnya. Itu fakta yang kau katakan beberapa tahun lalu padaku." Devian menatap tajam kakeknya.

"Dia sudah kehilangan setengah kekuatan dan juga Sumber kehidupannya, karena melahirkanmu Devian. Dia juga menggunakan banyak energi untuk menyegel jiwa iblis dalam dirimu. Bukankah pembunuh sebenarnya adalah dirimu."

Brakkkkk... 

Devian memukul meja didepannya dengan keras. "Jangan membuatku marah kakek, kau tau saat aku kehilangan kendali kau tak akan bisa mengalahkan aku dengan mudah."

"Tapi pada akhirnya kau tak akan memiliki tujuan lain selain kerajaan iblis Devian."

"Sebaiknya kau pergi dari sini, aku sedang bekerja."

"Baiklah, jika kau lebih menyukai kertas-kertas bodoh itu dari pada kekuasaan tak terhingga dikerajaan iblis."

"Sejujurnya aku lebih menikmati kerajaan kecilku."

Dalam sekejap Raja Erebos menghilang, namun suara gema dari kakek tua itu masih terdengar jelas. "Kau harus ingat takdirmu Devian, tempatmu bukan disana."

Devian memamerkan smirknya. "Sejak kapan kau menentukan takdir ku? " gumamnya kesal.

Saat Devian berbalik, tumpukan kertas kembali berada di atas meja, membuatnya kembali menghela nafas berat. "Benar, pekerjaanku masih belum selesai."

******
Di ruangan lain Alice masih terlelap, Beryl dengan Setia menunggu disampingnya. Menanti sang majikan untuk membuka mata dan membagi sedikit rasa sakit dengannya.
"Yang Mulia, aku benar-benar khawatir pada anda. Anda satu-satunya keluarga yang saya miliki." Lirih gadis itu.

Perlahan dahi Alice berkerut, mata gadis itu perlahan mulai terbuka. Gadis beriris biru itu perlahan mengerjapkan matanya dan berusaha bangun. Sigap, Beryl langsung membantu tuannya untuk duduk.
"Yang Mulia anda baik-baik saja?" tanya Beryl cemas.

Alice tersenyum lembut. "Aku baik-baik saja Beryl. Tapi apa yang terjadi?" tanya Alice bingung. "Aku sepertinya melihat Devian disini tadi."

"Yang Mulia Devian kembali kekastil utama, beliau sudah dua hari menjaga anda tanpa istirahat Yang Mulia." Jelas Beryl.

"Benarkah, tapi Beryl kenapa aku terluka? Apa yang terjadi?"

Beryl menatap Alice bingung. "Anda tidak ingat? "

"Hmm.. " Alice mencoba mengingat kembali apa yang sudah terjadi. Gadis itu mengerutkan dahinya. "Pesta ulang tahun Raja Aaron, dan kebakaran. Hanya itu yang aku ingat. Apa pesta itu berakhir kacau?" mata Alice membulat kaget.

Beryl menatap Alice bingung dan hanya mengangguk mengiyakan. "Hmm..  Pestanya sedikit kacau."

"Jadi aku terluka dipesta itu? Raja Aaron pasti sedih." Gumam Alice.

"Yang Mulia apa anda ingin makan sesuatu, pelayan sudah mengantar beberapa makanan untuk anda." Beryl mecoba mengalihkan pembicaraan.

"Hmm..  Aku sedikit lapar, apa menunya? " tanya Alice tersenyum.

Beryl meletakkan meja kecil di atas ranjang Alice. Semangkuk bubur gandum dengan irisan daging dan segelas susu segar serta buah-buahan.

"Dokter bilang protein baik untuk menyembuhkan luka anda." Beryl tersenyum lebar dan membantu Alice untuk makan.

I'm in love with a monster (Tamat)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang