Chapter 45

40.8K 3.5K 157
                                    

Alice masih menatap tajam kearah Beryl, seakan menuntut sebuah penjelasan tentang pria yang baru saja pergi keluar istananya.
"Ke.. Kenapa anda memandang saya seperti itu, Yang Mulia?" Tanya Beryl dengan kepala menunduk.

"Siapa dia? Kenapa kau memanggilnya Yang Mulia? Kau mengenalnya?" Tanya Alice dengan wajah kesal.

Beryl hanya menunduk dan mengunci mulutnya. Sejujurnya dia tidak tahu bagaimana dia harus menjelaskan semuanya, karena Beryl sendiri juga tidak tahu bagaimana Alice kehilangan ingatannya.
"Kau bahkan tidak menjawabku, Beberapa waktu yang lalu aku merasa begitu tersiksa. Bahkan aku sendiri tidak tahu kenapa aku begitu bersedih? Tapi, begitu melihatnya aku merasa lega dan juga marah." Alice menatap Beryl tajam. "Apa itu masuk akal? Bahkan aku merasa mengenalnya, tapi aku juga merasa baru bertemu dengannya untuk pertama kali. Jelaskan, siapa dia dan kenapa dia bisa disini disaat keadaan begitu kacau?"

"Mu.. Mungkin dia seorang malaikat pelindung?" Jawab Beryl asal dengan menatap kearah lain.

"Ma.. Malaikat pelindung? Apa malaikat memiliki iris semerah itu? Atau sedingin itu?" Tanya Alice tak percaya. "Tapi, kenapa aku begitu marah sekarang? Rasanya aku ingin memukul wajahnya."

"Sebaiknya anda tidak melakukannya." Spontan Beryl sedikit meninggikan suaranya saat mendengar keinginan Alice.

"Kenapa?" Alice menatap Beryl penuh selidik. "Kau tahu sesuatu?"

Beryl kembali merapatkan mulutnya, menguncinya rapat-rapat dan berjalan mundur perlahan.
"Kau mau kemana? Kau tahu sesuatu, iyakan?" Alice berjalan mendekat kearah Beryl.

"A.. Anda.. Seharusnya tidak memukul seseorang tanpa alasan, bukankah begitu?" Beryl dengan gugup mengatakan alasan yang baru saja terlintas dikepalanya.

Tok.. Tok.. Tok..

Suara ketukan pintu terdengar, membuat Beryl bisa bernafas lega karena setidaknya interogasi yang Alice lakukan dapat berakhir.

Saat pintu terbuka, Aiden masuk dengan tenang keruangan itu.
"Nona Beryl, bisa tinggalkan saya dan Yang Mulia Alice ada sesuatu yang harus saya bicarakan dengannya." Aiden memberi isyarat pada Beryl untuk keluar.

"Baik, tuan!! " Beryl segera keluar ruangan tersebut dan menutup pintu besar ruangan itu.

"Silahkan duduk, Tuan Aiden! " Alice mempersilahkan Aiden untuk duduk.

"Terimakasih, Yang Mulai."

Aiden dan Alice duduk berhadapan, Aiden mengeluarkan botol kecil dari sakunya dan meletakkannya diatas meja. Mata Alice mengamati botol kecil tersebut, lebih tepatnya mengamati isi dari botol itu.
"Apa itu?" Tanya Alice ragu.

"Sejujurnya akan sedikit sulit menjelaskannya ketika ingatan anda belum kembali, tapi Yang Mulia Raja meminta saya untuk memberikan ini kepada anda dan memastikan anda meminumnya." Jelas Aiden.

"Ayahku yang memintanya?" Alice meraih Botol tersebut dan menatap bingung kearah Aiden.

"Hmmm.. Yang memintanya adalah Raja Devian." Aiden mengatakannya dengan hati-hati.

"Raja Devian? Siapa dia?" Tanya Alice penuh dengan rasa penasaran.

"Akan sulit menjelaskannya sekarang, tapi setelah anda meminumnya semua akan jelas." Aiden mencoba untuk meyakinkan Alice untuk meminumnya.

"Bagaimana jika ini adalah racun?" Alice menatap Aiden curiga.

"Apa anda tidak percaya padaku?" Tanya Aiden sedikit kecewa.

"Entahlah, bagaimana mungkin orang yang tidak aku kenal tiba-tiba memintaku meminum sesuatu yang mencurigakan seperti ini?"

Aiden menghela nafas. "Lalu, apa yang harus saya lakukan untuk membuat anda percaya?"

I'm in love with a monster (Tamat)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang