Chapter 50 (The End)

75.6K 4.8K 240
                                    

Devian menatap istrinya yang terisak, dia berlutut tepat dihadapan Alice. Menggenggam tangan lembut istrinya, perlahan Alice menatap wajah suami yang begitu ia rindukan. Air mata masih membanjiri mata dan menetes jatuh melewati pipinya. Devian menghela nafas, iris merahnya menatap istrinya dengan penuh rasa bersalah.
"Aku merindukanmu." Kata Devian lembut.

Tangannya terulur untuk menghapus air mata istrinya, membuat Alice semakin terisak. Tangan gadis itu meraih jemari suaminya, menggenggam erat tangan suaminya.
"Apakah ini mimpi?" Tanya Alice dengan suara bergetar.

Devian menggeleng pelan. "Aku nyata, bukan hanya sekedar mimpi buruk untukmu."

"Kau adalah mimpi terbaikku." Alice memeluk erat Devian melepas rasa rindu yang selama ini telah ia tahan.

*flash Back*
Saat Devian tumbang di Medan pertempuran, Aiden mendekat perlahan dengan wajah sedih dan putus asa. Bagaimanapun Devian sudah seperti adik baginya. Bertahun-tahun dia bersama dengan Devian, menjaga dan merawat pangeran itu. Menasehati dan membantunya melewati masa sulitnya dan sekarang dia melihat orang yang begitu dia kasihi terkulai lemas di dalam pelukan sang kakek.

Raja Erebos, menatap cucunya dengan wajah berduka. Dia menunduk dalam menyesali setiap keputusan yang ia lakukan. Nafas Devian semakin melambat, detak jantungnya semakin melemah.
"Yang Mulia, bawa pangeran ke istana sekarang sebelum terlambat." Terdengar suara seorang tetua iblis yang memberi saran.

Raja Erebos mendongak menatap siapa yang memberikan pendapat itu. Tak berapa lama Raja Iblis itu terlihat memikirkannya.
"Kau, orang kepercayaan cucuku?" Raja Erebos menatap Aiden.

Perlahan Aiden mendekat dan menunduk memberi hormat. "Aku akan membawa cucuku ke istana iblis, tolong jaga kerajaan cucuku sementara dia pergi. Begitu dia membaik, aku akan mengirimnya kembali."

Aiden terdiam sesaat, menatap tubuh lemah tak berdaya Devian. "Tolong, lakukan yang terbaik untuk menyelamatkan nyawa Yang Mulia Devian."

"Aku akan melakukan apapun untuknya, bahkan mengorbankan nyawaku sekalipun."

****
Saat mereka tiba di istana iblis tubuh Devian dibaringkan di atas tempat tidur. Raja Erebos langsung memerintahkan pelayannya untuk memanggil tabib. Tak selang berapa lama seorang tabib masuk dengan terburu-buru.

Raja Erebos mundur, memberi ruang untuk tabib itu memeriksa tubuh cucunya.
"Yang Mulia, mohon maaf sebelumnya. Tapi, luka Yang Mulia Pangeran sudah sangat dalam. Jika saja dia manusia biasa tentu saja dia sudah akan mati." Jelas Tabib itu.

Raja erebos menarik kerah sang tabib kuat dengan wajah kesal dan marah. "Jangan pernah katakan dia akan mati, katakan saja bagaimana menyelamatkannya?"

"Sa.. Saya tidak tahu Yang Mulia, tidak banyak yang bisa kita lakukan. Jika saja dia seorang iblis seutuhnya, penyembuhannya dapat berlangsung cepat. Tapi, karena dia setengah manusia yang lebih bergantung pada organ mereka mereka dari pada sumber kehidupan." Jelas sang tabib.

Raja Erebos melepas cengkraman tangannya. "Katakan dengan jelas, apa maksudmu?"

"Saat ini bagian iblis Pangeran berusaha untuk melindungi tubuhnya. Mencoba melakukan penyembuhan pada luka dengan menggunakan Sumber kehidupan pangeran. Tapi, karena dia setengah manusia dia saat ini juga sekarat. Sumber kehidupannya menurun, karena manusia membutuhkan organ penting mereka untuk tetap hidup dan itu membuat proses penyembuhan berlangsung sangat lambat. Meskipun luka itu akan tertutup sempurna, tapi aku tidak yakin pangeran akan bertahan karena disaat luka-luka itu menutup sumber kehidupannya telah habis terserap oleh sisi iblis pangeran." Tabib mengakhiri penjelasannya.

"Bagaimana jika dia menjadi iblis seutuhnya?" Tanya Raja Erebos pada sang tabib.

"Apa maksud anda?" Tanya Sang tabib tidak mengerti.

I'm in love with a monster (Tamat)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang