i'm sorry

59.5K 5.1K 27
                                    

Devian perlahan mendekat dengan ragu devian mengulurkan tangannya pada alice yang menunduk dalam, punggungnya bergetar karena tangisnya. Namun, devin menarik kembali tangannya.
“cobalah untuk menjauhi Adrian.” Suara devian mulai lembut. “dia sudah…”
“memiliki tunangan ? aku tahu yang mulia, aku sudah mengerti. Aku juga wanita yang sudah menikah tanpa anda memberi tahuku pun aku mengerti. Tapi, bisakah anda melihatnya dari sudut yang berbeda. Anda berhak marah jika saya melanggar setiap norma yang ada. Saya dan pangeran Adrian hanya minum teh yang mulia. Itu tidak akan membuatmu malu kan ? saya hanya mencoba menjadi wanita yang beradap yang menyambut tamu dan menghormati mereka.” Alice menatap devian nanar.
“meskipun saya hanya media perjanjian bagi anda, tapi saya akan tetap menghargai anda selayaknya anda adalah suami saya.” Imbuh alice
Karena jauh di hati saya, saya mulai mengagumi anda yang mulia. Kata alice dalam hati.
“saya mohon diri yang mulia.” Ucap alice lemah dan langsung keluar dari ruangan devian.  Devian menatap punggung alice yang pergi meninggalkannya sendiri.
Setelah alice pergi, aiden masuk keruangan tuannya. Devian Nampak duduk di kursinya menatap kosong. Pikirannya berkecamuk. Mencerna setiap kalimat alice.
“yang mulia, saya rasa anda terlalu keras pada ratu. Ratu, hanya menerima ajakan pangeran Adrian.” Jelas aiden.
“kenapa dia mau ? dia bisa menolaknya.” Sahut devian dingin.
“yang mulia, ratu alice tidaklah seperti anda. Dia hanya mencoba menghormati saudara anda. Sejujurnya selama beberapa hari ini ratu selalu kemari karena pangeran Adrian sering mengunjunginya. Karena itu ratu menghindari pangeran dengan datang kemari. Karena ratu tahu kalau pangeran tidak mungkin pergi kemari menemui anda.” Jelas aiden panjang lebar.
“Adrian sialan, apa lagi yang dia rencanakan.” Tangan devian mengepal iris merahnya berkilat.  Devian meraih pedangnnya dan berdiri marah hendak melangkah keluar dari ruangannya namun aiden segera menghentikannya.
“yang mulia, jangan terperangkap dengan semua ini. Mungkin kemarahan anda yang saat ini diincar pangeran. Dia berharap anda melakukan kesalahan. Membuat rakyat berfikir lebih buruk tentang anda.” Aiden menasehati devian.
“lalu apa yang kau ingin lakukan pada brengsek itu. Dia aku harus segera menyingkirkannya, aku harus mendapatkan bukti untuk memasukkannya ke sel yang paling gelap dikastil ini. Dia juga harus merasakannya.”
“yang mulia, cobalah untuk lebih bersabar yang mulia. Anda harus menunggu pangeran lengah untuk mencari kelemahannya.”
Devian sedikit berfikir dengan apa yang diucapkan aiden, dan secara tiba-tiba devian melirik aiden dan bibirnya tertarik smirk yang menghiasi wajah tampannya. Menunjukkan jika devian telah memiliki rencana.
*****
Keesokan harinya alice masih terlihat murung, dia duduk bersandar di jendela kamarnya. Bahkan elice tak menyentuh makanannya sama sekali.

Aku mengagumimu, menghormatimu layaknya suami dan seorang raja. Tapi apa yang kau katakan ? bahkan tak sedikitpun kau percaya. Devian bodoh.

Alice memukul bantal yang ada di pangkuannya dengan keras. Tanpa alice sadari seseorang memperhatikan tingkahnya. Dia pun berjalan mendekat perlahan dan mengulurkan tangannya. Alice menatap orang itu, dengan wajah murung dan malas alice berdiri member hormat dan kembali duduk. Sedang pemilik tangan kembali menarik tangannya.
“sebenarnya, aku tidak pernah mengatakan ini. Tapi, aku akan mendengarkan penjelasanmu sebelum bicara.” Dia pun mengawali percakapan, tapi lawan bicaranya hanya diam dan menatap keluar jendela.
“kau benar-benar marah ?” Tanya devian lagi. “kau tidak mau menjawab ?” devian mulai kesal.

Devian bersabarlah, coba lah bersabar. kata devian dalam hati.

“tadinya aku ingin mengajakmu ke suatu tempat. Tapi, karena kau marah…”
“kemana ?” Tanya alice kemudian.
Tanpa sadar semua senyum terukir diwajah devian. Dia pun memandang alice.
“ikut atau tidak ?” Tanya devian lagi.
“meskipun aku ikut, aku masih marah padamu yang mulia.” Alice pun berdiri dan tersenyum pada devian.
Devian pun segera berjalan mendahului alice.

Devian mengajak alice keluar istana, mereka memakai mantel coklat dengan penutup kepala. Ini pertama kalinya alice keluar dari istana.
“apa tidak apa-apa pergi tanpa pengawal ?” alice manatap devian khawatir.
“kenapa butuh pengawal jika aku bisa menjaga diriku sendiri.”
“begitukah ?”
Mereka berjalan di sepanjang pasar luar istana banyak orang yang berjualan, dan beberapa anak yang bermain di sekitar tempat itu. Penjual yang berteriak menjajakan jualannya dan juga suara pertengkaran atar penjual dan pembeli yang saling menawar harga. Saat alice tengah memperhatikan beberapa barang devian menarik lengan alice menuju ketempat lain.
Devian membawa alice terus berjalan, memasuki hutan. Awalnya alice merasa takut jikalau devian ingin mencelakainya atau mebuangnya. Tapi semua perasangka itu hilang, saat mereka sampai disebuah danau ditengah hutan, danau yang indah dan luas. Di sepanjang pinggir danau dipenuhi bunga-bunga liar nan indah. Beberapa ikan Nampak berenang ke permukaan.
“tempat yang indah.” Gumam alice takjub.
“maafkan alice.” Gumam devian lirih hingga alice tak dapat mendengar apa yang diucapkan devian.
Alice mengulurkan tangannya hendak memasukkan tangannya kesana.
“jangan menyentuhnya.” Devian memegang lengan alice untuk menghentikannya.
“kenapa ?” Tanya alice bingung.
“disini adalah tempat yang indah, tapi sesuatu yang indah belum tentu baik. Air danau ini beracun, beberapa tahun lalu penduduk disekitar sini banyak yang meninggal karena keracunan air danau. Beberapa sumur disekitar sini pun juga sama hingga akhirnya ditutup.” Jelas devian.
“jadi semua ini hanya bisa dilihat, kau tak bisa menyentuh atau dekat dengannya ya.” Alice tersenyum masam.
*****
Saat hari menjelang sore devian dan alice baru kembali ke istana, Nampak aiden yang sudah menunggu tuannya di gerbang belakang.
“ada apa ?” Tanya devian pada aiden.
“tuan bernett menunggu anda yang mulia.”
“apa maksudmu keluarga aleysia ?” Tanya alice kemudian.
Aiden mengangguk mengiyakan wajah aiden pun Nampak khawatir.
“kembalilah ke kediamanmu. Aku ada urusan.” Devian menatap alice.
Alice mengangguk dan segera pergi ke kediamannya dengan gelisah. Devian pun hanya mengamati punggung istrinya yang menjauh.
“apa yang diinginkan si tua Bangka itu ??” Tanya devian kesal. Devian melepas mantelnya dan langsung menyerahkannya pada aiden.
“sepertinya nona aleysia mengadu pada ayahnya.” Jelas aiden.
“dia cari mati rupanya.” Aiden berjalan cepat dan segera masuk keruang tamu besar di kastil utama.
Dengan tenang aiden duduk di kursi utama, memandang tajam kearah tuan bernett tajam. Tuan bernett pun sedikit berkeringat dingin awalnya namun dengan cepat dia mengendalikan emosinya.
“yang mulia, salam hormat.” Tuan bernett berdiri untuk member hormat pada devian.
“duduklah.” Devian mempersilahkan.
“bagaimana kabar anda yang mulia ?”
“apa tak cukup dengan melihatnya saja, langsung saja apa maumu ?” Tanya devian langsung.
“baiklah jika anda ingin ke intinya. Nikahkan putrid saya secepatnya dengan pangeran Adrian.”
“kenapa bicara padaku ? seharusnya anda bicara pada orang tua Adrian.”
“tapi saat ini anda adalah…”
“aku rajanya ??” devian tersenyum. “lalu kenapa harus buru-buru menikah ??”
“bukankah pernikahan mereka ditunda karena anda belum menikah, tapi saat ini anda sudah menikah.” Jelas tuan bernett.
“pernikahan di corfe, tapi aku belum menikah di aldwick. Sebenarnya aku sudah bosan mendengar nama itu seharian jadi kita selesaikan saja karena aku ingin menghabiskan malamku dengan istriku. Tunggu setelah pernikahan resmiku dengan ratu. Setelah itu Adrian bisa menikah. Itu keputusanku.” 
Setelah penjelasan panjang lebar itu pun devian meninggalkan tuan Bernett.

I'm in love with a monster (Tamat)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang