Saat Alice membuka matanya keadaan begitu berbeda. Gelap, semua terlihat sangat gelap, dia mengedarkan pandangannya mencoba menerka dimana dia sekarang. Tapi, tak cukup cahaya dia hanya bisa melihat dirinya yang berdiri sendirian. Alice kembali mengedarkan pandangannya kini lebih teliti. Saat itulah ekor matanya menangkap sosok lain. Pria dengan Iris merah menyala.
"Yang Mulia, apa anda disana?" panggil Alice sedikit lega.Gadis itu berjalan kearah pria itu, tapi semakin mendekat wajah itu terlihat berbeda. Wajah keriput, lebih tepatnya dia seorang kakek tua. Saat Alice semakin mendekat orang itu menghilang seperti asap.
"Kau hanya tawananku." Terdengar suara Devian menggema di seluruh penjuru ruangan itu.Alice kembali mengedarkan pandangannya, tiba-tiba udara terasa begitu dingin. Dengan takut Alice kembali mengedarkan pandangannya.
"Si.. Siapa disana!! "
Tak ada sahutan, hanya suara Alice yang menggema. Perlahan gadis itu melangkah, tapi ada sesuatu yang aneh dibawah kakinya. Dia menginjak cairan lengket, perlahan gadis itu menunduk memeriksa apa yang baru saja diinjaknya. Samar tapi dia dapat memastikan cairan kental berwarna merah. 'Darah' pikir gadis itu.Kini rasa takut benar-benar mulai menguasainya, ragu dia mengedarkan pandangannya lagi. Meski samar tapi dia dapat melihat mayat-mayat dengan kondisi yang sangat mengenaskan tergeletak di sembarang tempat, ada beberapa mayat yang saling bertumpukan. Iris biru gadis itu terus mengamati setiap mayat disana dengan ngeri dan saat pandangannya sampai diujung, disana dia melihat seorang pria dengan iris merah dan rambut perak.
"Devian" Gumam gadis itu lirik.Entah mengapa tapi dia kini merasa sedikit lega, dengan langkah tergesa gadis itu berlari menuju suaminya. Tapi, langkahnya terhenti saat dari belakang suaminya muncul dua makhluk mengerikan. Makluk berbadan besar, memiliki warna kulit merah, dengan tanduk besar dikepalanya tak lupa ditangan makhluk itu membawa senjata gada berduri yang lebih mirip seperti besi yang tengah dibakar diatas bara api. Makluk yang satunya tidak kalah menyeramkan hampir seluruh tubuhnya bersisik hijau, di sepanjang punggungnya terdapat sirip dengan duri duri tajam, telinganya berbentuk aneh tangannya juga berselaput disana dia membawa sebuah tombak dengan ujungnya yang runcing. Masing-masing dari makluk itu memiliki badan besar dan tinggi bahkan lebih besar dari seekor gajah sekalipun.
"Devian lari!!! " Alice berteriak sekeras mungkin agar suaminya dapat mendengarnya. "Cepat pergi dari sana!! " Alice kembali berteriak tapi Devian tak bergerak seakan tak mendengarnya.Kedua makhluk itu kini berdiri dikedua sisi Devian. Mereka menunduk pada Devian. Melihat itu Alice kembali terdiam. Perasaan lega yang ia rasakan saat melihat Devian kini telah berganti dengan ketakutan. Pada saat itu gadis beriris biru itu baru sadar, bahwa Devian juga membawa sebilah pedang yang penuh dengan darah segar yang masih melekat disana. Mata gadis itu membelalak kaget. Alice terus menatap Devian penuh ketakutan, pada saat itu dia menangkap pergerakan bibir Devian.
"Bunuh dia!!" gumam Devian lirih.Perlahan gadis itu berjalan, mundur mencoba menjauh. Tapi kedua makhluk mengerikan itu telah berada disampingnya, mengarahkan senjata-senjata mereka kearah gadis itu. Alice memejamkan matanya dan berteriak sekuat tenaga berharap makhluk-makhluk itu tak akan melukainya.
*****
Alice membuka matanya lebar, nafasnya terengah-engah. Peluh kini membasahi seluruh tubuhnya.
"Mimpi." Gumamnya lega.Buru-buru gadis itu meraih gelas berisi air putih disamping ranjangnya, menghabiskan semua dalam sekali teguk. Dia masih berusaha mengatur nafas dan menenangkan dirinya. Detak jantungnya masih berpacu dengan cepat. Tak berapa setelah Alice mampu mengendalikan dirinya kini dia baru sadar jika ada orang lain tengah memperhatikannya. Orang yang juga berada dalam mimpinya.
"Ya.. Yang Mulia!" gumam Alice lirih."Bersiap dan temui aku dikastil utama." perintah Devian dingin.
Pria itu tak bicara apapun lagi dan langsung keluar dari ruangan Alice. Dengan lesu gadis itu turun dari ranjangnya. 'Kenapa aku harus bangun disaat seperti ini?' pikirnya sedih.
KAMU SEDANG MEMBACA
I'm in love with a monster (Tamat)
Fantasy#1 in fantasy (19012017) Alice Alberta Gilmore Glade Putri cantik yang penuh talenta dan pintar, harus menerima kenyataan kalau dia dikorbankan untuk keselamatan kerajaan, keluarga dan rakyatnya. Mengorbankan seluruh kebebasan dan kebahagiaannya unt...