Chapter 37

41.5K 3.3K 94
                                    

Devian terbaring diatas ranjang besar dikamarnya. Pria beriris merah itu membuka matanya, perlahan dia mendesah merasakan kembali tubuhnya yang terasa tidak begitu baik.
"Anda sudah sadar? " Tanya Aiden kemudian. "Lebih cepat dari perkiraanku."

"Apa yang terjadi? " Tanya Devian.

"Anda terlalu memaksakan diri Yang Mulia, anda seharusnya tidak menggunakan kekuatan anda melebihi batas. Jika jiwa manusia anda sampai dikuasai oleh jiwa iblis seutuhnya saya tidak tahu harus bagaiamana." Aiden menjelaskan keadaan Devian.

"Jangan khawatir begitu penyatuan dilakukan, meskipun aku menjadi iblis seutuhnya Erebos tak akan bisa berbuat apa-apa." Devian segera bangkit dari tempat tidurnya. "Bagaimana dengan Ratu? " Tanya Devian.

"Saya telah memerintahkan untuk memperketat penjagaan kastil Ratu." Jawab Aiden.

"Bagaimana persiapan upacara itu? " tanya Devian.

"Besok malam upacara akan dilangsungkan, persiapan sudah hampir selesai."

"Hmm..  Baguslah, ada kemungkinan besok Erebos akan mengganggu proses upacara. Tingkat kan keamanan. Minta para penyihir membuat segel di sekitar tempat upacara agar mereka tidak bisa masuk kesana." Devian terdiam sesaat. "Aku akan beristirahat sebentar."

Aiden pun segera pergi dari ruangan Devian, menuju mansion Raja Aaron untuk membantu setiap persiapan untuk upacara penyatuan besok.

****
Di kastil kediaman Alice beberapa penjaga berlalu lalang berpatroli di sekitar kastilnya. Di setiap pintu ruangan dijaga ketat oleh penjaga. Di salah satu ruangan itu Alice tengah merangkai bunga, duduk di depan jendela dengan teliti menata setiap bunga-bunga dalam vas indah di atas meja. Wajahnya terlihat murung tak terlihat senyum menghiasi wajahnya seperti kemarin. Sesekali gadis itu menghentikan aktivitasnya sejenak menatap kearah pintu dan mendesah seakan tengah menunggu seseorang.

Tok.. Tok..

Hanya mendengar suara seseorang mengetuk pintu ruangan itu, air muka gadis itu langsung berubah, senyum tipis terukir jelas diwajahnya.
"Alice, bolehkah aku masuk? " terdengar suara seorang pria dari balik pintu.

Mendengar suara dari balik pintu, air muka Alice kembali berubah, senyumannya perlahan sirna.
"Silahkan masuk." Alice mempersilahkan orang itu untuk masuk ke ruangannya.

Tak berapa lama seorang pria beriris abu-abu telah duduk dihadapan Alice. Namun gadis itu masih tetap melanjutkan aktifitasnya.
"Hmm.. Aku dengar kau akan menikah lagi dengan Dev... Maksudku Yang Mulia Raja?" tanya pria itu.

"Sepertinya anda mengetahui semua hal tentang Yang Mulia Devian, Pangeran Adrian." Alice menatap Adrian.

"Begitulah, dia saudaraku satu-satunya. Bukankah aku harus lebih perhatian padanya." Adrian memberi alasan pada Alice.

"Anda benar." Alice kembali melanjutkan aktifitasnya.

"Bunga yang indah." Puji Adrian. Namun, mata Adrian memandang kearah Alice.

"Terimakasih."

"Apa kau yakin dengan keputusanmu?" Adrian mencoba bertanya hati-hati pada Alice.

"Keputusan? " tanya Alice tak mengerti.

"Menikah dengan saudaraku." Adrian menatap lekat Alice.

"Aku sudah menikah dengannya sejak beberapa Bulan yang lalu, Pangeran Adrian. Apa anda lupa?" Alice menatap Adrian. Mencoba menerka apa yang sebenarnya ingin Adrian katakan. "Saya menganggap pernikahan ini merupakan sebuah pembaharuan dari janji kami sebelumnya."

"Bagaimana jika pernikahan ini akan berbeda? " Tanya Adrian.

Alice menatap Adrian tak mengerti. "Berbeda?"

I'm in love with a monster (Tamat)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang