Chapter 29

48.6K 4.4K 205
                                    

Dengan marah Devian menghampiri Raja Alfred yang gemetar ketakutan. Iris Devian melirik Kearah tubuh Istrinya yang bersimpuh didepan Raja Alfred. Punggungnya nampak bergetar karena menangis dan pada saat itu ekor mata Devian menangkap kaki Raja Alfred yang menginjak jemari Alice. Melihat itu Devian sudah tak dapat lagi menahan amarahnya, dengan cepat tangan Devian telah berpindah keleher Raja Alfred mencengkramnya kuat dan mendorongnya, hingga tubuh Raja Alfred sampai diujung pagar balkon.
"Berani kau menyentuhnya?" bentak Devian marah.

Iris merahnya berkilat penuh amarah, dengan sedikit tenaga Devian menyentakkan tubuh Raja Alfred, membuat setengah tubuhnya telah menggantung di balkon. Sedikit dorongan saja Raja Alfred akan langsung terjatuh dari lantai dua bangunan istananya. Tangan Raja Alfred berpegangan erat pada lengan Devian yang tengah mencengkram lehernya. Rasa takut mulai menjalari setiap sarafnya, tubuhnya gemetar tak terkendali. Keringat dingin mulai membanjiri keningnya, sesekali pria paruh baya itu melirik turun mengira-ngira seberapa tinggi bangunan ini dan apakah yang berada dibawah sana.
"Ya.. Yang Mulia, ma.. Maafkan saya.. " Suara Raja Alfred gemetar ketakutan.

"Seharusnya kau berfikir terlebih dulu sebelum menyentuh milikku." Devian mempererat cengkraman tangannya.

Membuat Raja Alfred meringis kesakitan, wajahnya mulai memerah dan perlahan membiru karena kekurangan oksigen untuk dihirupnya. Dibelakang Alice dibantu oleh seorang pelayan wanita.
"Yang Mulia, anda tidak apa-apa?" Tanya pelayan itu khawatir.

Pelayan itu segera memegang lengan Alice membantu gadis itu untuk berdiri. Alice mengangkat wajahnya menatap siapa orang yang tengah membantunya.
"Beryl!! " sedikit terkejut Alice memanggil pelayannya itu.

"Tuan Aiden meminta Yang Mulia Devian untuk mengijinkan saya ikut. Saya sangat khawatir Yang Mulia, harusnya anda mengikuti perintah Yang Mulia Raja."

"Kau benar." Alice menunduk dalam menyembunyikan setiap penyesalannya.

Beryl memapah tuannya untuk duduk disalah satu kursi dibalkon itu. Tak satupun dari mereka berani meninggalkan tempat mereka berada saat ini tanpa perintah Devian.

Devian tengah menikmati rasa sakit yang saat ini dirasakan oleh Raja Alfred. Pria paruh baya itu tengah berusaha untuk tetap bisa bernafas. Namun, cengkraman tangan Devian dilehernya menghalangi udara untuk masuk ke paru-parunya. Membuat wajahnya semakin membiru. Perlahan tubuhnya mulai lemas karena kekurangan oksigen dan saat itulah Devian menarik tubuh Raja Alfred dari sana dan menghempaskannya kelantai dengan kuat. Raja Alfred terbatuk, dengan serakah dia berusaha menghirup udara sebanyak paru-parunya bisa menampung udara. Beberapa kali dia terbatuk, perlahan pria paruh baya itu mencoba untuk bangun. Devian dengan berjalan pelan mendekatinya, menyadari hal itu Raja Alfred mulai gemetar ketakutan.

Kaki Devian berhenti tepat di depan Raja Alfred yang tengah terduduk lemas. Dengan santai Devian duduk berjongkok didepan pria itu.
"Aku tidak akan membuatmu mati dengan mudah Alfred." Gumam Devian dengan seringai diwajahnya.

"Yang Mulia jangan lakukan ini, disini sedang ada pesta jika mereka melihat anda seperti saat ini.. "

"Aku tidak peduli." gumam Devian. "Berapa kali kau melanggar perjanjianmu? Berapa banyak kau menipu rakyatku? Aku tidak akan melepaskanmu."

"A.. Apa maksud anda? Sa.. Saya tidak mengerti.. "

Tangan Devian meraih tangan Raja Alfred. "Apa yang akan terjadi jika seorang Raja tak memiliki tangan? "

"A.. Apa?" gumam Alfred takut.

Saat Raja Alfred belum selesai mencerna setiap kalimat Devian, pria beriris merah itu telah memelintir tangan Raja Alfred. Suara gemeratak tulang yang patah pun terdengar keras membuat siapa saja yang mendengarnya bergidik ngeri.
"AAAAAAAA... "Raja Alfred berteriak kesakitan.

I'm in love with a monster (Tamat)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang