Chapter 35

42.9K 3.5K 85
                                    

"Ayo kita menikah!! Bukan dengan caramu tapi dengan caraku." Devian masih menatap Alice serius.

Alice terdiam membeku, butuh waktu sedikit lebih lama untuk mecerna kalimat yang baru diucapkan Devian. "Me.. Menikah?" Tanya Alice terkejut.

"Aku.. "

"Tunggu.. Tunggu sebentar." Alice memotong Devian sebelum bicara. "Anda melamarku? " Tanya Alice dengan wajah merona.

Devian yang kini menatap gadis itu bingung. Kenapa masih bertanya jika itu semua sudah jelas. Itulah yang saat ini dipikiran Devian.
"Biar aku jelaskan dulu." Devian mencoba untuk menjelaskan maksud dan tujuan yang sesungguhnya.

"Anda benar-benar melamarku?" Alice masih menanyakan hal yang sama. Gadis itu kini terlihat begitu antusias. "Apakah ini mimipi? " tanya gadis itu masih belum dapat percaya bahwa ini adalah nyata.

Senyum bahagia terlihat jelas diwajah Alice membuat Devian tak meneruskan niatnya untuk menjelaskan maksud dan tujuan dari pernikahan ini.

*flash back*

Beberapa saat setelah Devian membunuh celline, dia terus memikirkan setiap kemungkinan bagaimana iblis wanita itu bisa berada di istananya dan apa tujuannya. Tapi dia tak dapat menemukan jawaban dalam pikirannya. Devian segera bangkit dari kursi.
"Yang Mulia, anda mau kemana?" Tanya Aiden cemas.

"Bereskan semua kekacauan ini, aku harus menemui seseorang." Dengan langkah terburu-buru Devian segera keluar dari ruangannya.

Langkah kaki Devian berhenti di sebuah mansion besar di komplek istana bagian Selatan, sedikit jauh dari kastil utama. Beberapa penjaga yang berpapasan dengan Devian langsung memberi hormat pada Raja muda itu.

Sesampainya Devian didepan pintu besar mansion tersebut Devian segera mengetuk pintunya. Sejujurnya ini pertama kalinya Devian menginjakkan kaki dimansion ini. Seorang pelayan membukakan pintu untuknya.
"Yang Mulia." Pelayan tersebut langsung menunduk memberi hormat.

"Dimana a.. " Devian terdiam sejenak dan memikirkan hal lain. "Dimana Raja Aaron? Ada sesuatu yang perlu aku bicarakan dengannya."

"Beliu berada diruang baca Yang Mulia, mari saya antar anda kesana."

Pelayan itu membawa Devian masuk, melewati setiap ruangan-ruangan besar di dalam mansion besar itu. Tak berapa lama mereka tiba di sebuh ruangan dengan pintu besar yang terbuat dari kayu. Pelayan itu langsung mengetuk pintu.
"Yang Mulia, Raja Devian ingin bertemu dengan anda."

"Persilahkan dia masuk." Sahut sebuah suara dari balik pintu.

Pelayan tersebut membukakan pintu untuk Devian, Pria beriris merah itu langsung masuk kesana.

Ruangan yang dipenuhi rak-rak buku, dibagian tengah ruangan di lengkapi satu set meja kerja. Di atasnya buku-buku bertumpukan dan di depan meja kerja satu set meja dan kursi untuk tamu juga tersedia. Di belakang meja kerja terdapat jendela besar yang mengarah langsung ke pelataran depan masion, dari sana kau akan melihat istana yang berdiri kokoh diantara pepohonan di sekitarnya. Di dinding kosong sebuah lukisan besar seorang wanita dengan iris merah dan rambut perak panjang tergantung disana dengan senyum tipis yang menawan.

"Duduklah, Putraku." Raja Aaron mempersilahkan Devian duduk.

Devian segera duduk menyilangkan kaki dengan sedikit malas. Devian menatap serius kearah Raja Aaron.
"Akhirnya kau datang mengunjungiku." Sebuah senyuman tersungging diwajah Ayah Devian.

"Aku ingin menanyakan sesuatu." Devian menatap tajam ayahnya.

"Ini bukan masalah kerajaan kau cukup mahir dalam politik, masalah apa yang kau hadapi? " Tanya Raja Aaron dengan sabar.

I'm in love with a monster (Tamat)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang