breakfast

59.3K 4.9K 19
                                    

Hai.. Hai...  🙋 met malem minggu bagi yang menikmati malam ini...  😉
G' kaya author yang lagi galau g' bisa malam mingguan karena hujan 😂😂 tapi karena hujan author jadi banyak inspirasi jadi author putus kan buat update cerita dari pada mikirin malam minggu kelabu...
Selamat membaca jangan lupa voment  👍

***************

Alice masih mencoba menenangkan dirinya, jari-jari lentiknya menyentuh luka merah dilehernya. Air matanya kembali menetes turun.

“yang mulia, bisakah anda berhenti menangis. Apa anda tidak kasihan dengan para perias ini sudah berkali-kali mereka harus mengulang make up anda.” Terdengar suara beryl mencoba menghentikan tuannya menangis. “apa terjadi sesuatu tadi malam ? apa yang mulia devian melakukannya dengan kasar ? yang mulia bicaralah ?” beryl akan terus bicara saat dia khawatir.
“aku tidak apa-apa beryl.” Gumam alice segera menghapus air matanya. “apa belum selesai ?”
“sedikit lagi yang mulia.” Ucap salah satu pelayan.
“jam berapa aku harus menghadiri acara itu, beryl ?”
“10 menit lagi, jika anda terlambat yang mulia devian akan marah.”
“sudah selesai yang mulia.” Ucap pelayan itu cepat.

Alice meraih sapu tangan berwarna kream di atas meja riasnya, sapu tangan dengan motif bunga bunga warna warni. Alice segera melipatnya sedemikian rupa dan mengikatkannya di leher menyembunyikan kulit merahnya yang memar akibat kelakuan devian.

Alice sudah berada di ruang makan di kastil utama, dia menghela nafas berat sebelum masuk keruangan itu. Seorang penjaga membukakan pintu untuknya. Terlihat di ruangan itu terdapat meja makan super panjang dengan 10 kursi di setiap sisinya. Di atas meja panjang itu penuh dengan makanan dan minuman.
Disana sudah ada 2 orang yang hadir devian duduk di kursi utama, dan seseorang duduk di kursi di dekatnya, awalnya alice mengira itu adalah raja aaron ayah devian. Alice segera melangkah mendekati devian.

“hormat yang mulia.” Alice menunduk member hormat pada devian. “apakah saya terlambat ?”
“hampir.” Ucap devian datar. “ duduklah !!” perintahnya.
Alice pun segera duduk di kursi dekat devian, alice tanpa sengaja menatap laki-laki yang duduk disana juga. Seorang peria gendut dengan jenggot panjang, di bawah matanya sudah banyak kerutan dan kantung mata yang menggelambir. Iris mata coklatnya terlihat tajam, dia menggunakan pakaian rapi seperti layaknya bangsawan.
“anda pasti ratu alice dari corfe, saya sir Barnett yang mulia saat saya masih muda saya menjabat di dewan keamanan istana.” Ucapnya bangga dengan senyum yang mengembang.
“tapi sudah diberhentikan.” Sahut devian dingin. “aku kira menantumu tak akan datang.”
“maaf saya terlambat yang mulia.” Seseorang dengan buru-buru masuk dan menunduk member hormat pada devian.
“duduklah.” Perintah devian. Devian menunggu saudaranya untuk duduk.
“baiklah semua sudah berkumpul sekarang ?”devian menatap tajam tuan bernett. “mari kita makan terlibih dulu sebelum membahas masalah utama.”
Devian mepersilahkan beberapa pelayan masuk, segera menyiapkan makanan di depan para bangsawan itu. Dengan cekatan tangan mereka memasukkan sup dan makanan lain di piring setiap orang mengisi gelas-gelas kosong dengan air putih. Setelah semua terisi semua pelayan langsung menyingkir.

“ baiklah nikmati makanan kalian.” Devian mempersilahkan.
Devian memulai dengan memakan supnya dan alice pun mengikuti, namun baru saja sup itu akan menyentuh bibir alice.
“bagaimana kalau kita bahas masalahnya sekarang ?” adrian menatap tajam devian.
“jika itu mau mu aku tidak keberatan.” Devian meletakkan sendoknya kasar dan menatap Adrian tajam.
“apa rencanamu ?” Tanya Adrian.
“mengikuti permainanmu.” Jawab devian datar.
“begitukah ? kenapa dia ada disini ? dia tidak ada hubungannya dengan ini.” Adrian menunjuk alice yang Nampak kebingungan dengan apa yang terjadi.
“tentu saja ada, dia temanmu kan ?”
“yang mulia, lebih baik saya kembali ke kediaman saya.” Alice bergumam pelan. “saya merasa tidak nyaman.” Alice segera berdiri dari tempat duduknya.
“sebaiknya kau kembali ketempat dudukmu.” Devian menatap tajam alice. “ haruskah ku patahkan kakimu lebih dulu.” Gumam devian. Dan dengan terpaksa alice kembali duduk.
“apa kau ingin menunjukkan dirimu yang sebenarnya pada istrimu ??” Tanya Adrian sinis.
“aku akan menunjukkan padanya apa yang akan aku lakukan pada seorang yang tak patuh.” Devian beralih ke tuan bernett menatap laki-laki gendut yang terus diam karena ketakutannya. “jadi sepertinya dia tak akan meminta secara langsung, dengan begitu yang menginginkan ini hanya keluargamu bernett.”
Tuan bernett menatap tajam devian, selama ini tak ada yang memanggilnya begitu termasuk raja aaron sekalipun. Namun, devian segera menyeringai seakan memberikan peringatan padanya untuk tidak macam-macam.
“sebaiknya anda tak membuat keributan yang mulia.” Gumam alice pelan.
“apa kau bilang ?” Tanya devian tajam. “kau membuatku menyesal mengundangmu kesini.”
“jadi kau Adrian kau menginginkan pernikahan itu atau tidak ?” Tanya devian langsung.
Mendengar itu Adrian sedikit terkejut dan menatap ekspresi alice sejenak. “apa maksud mu ?” Tanya Adrian.
“si tua ini ingin kau menikahi putrinya secepatnya.” Devian melirik tuan bernett. “pasti kau sangat ingin segera menikah, mengingat kau selalu iri dengan apa yang aku miliki.” Devian menatap Adrian sinis.
Tangan Adrian mengepal kuat, membuat buku-buku tangannya memutih. Menyalurkan segala kemarahannya di otot-otot tangannya. Menatap geram saudaranya, secara teknis bukan saudara kandung karena mereka berasal dari ibu yang berbeda.
“kau pasti ingin memcekik ku saat ini ?” ejek devian. Adrian berdiri dari duduknya dan berjalan menuju alice.  “Adrian kau tau hidup memang tidak adil bukan, semua yang kau inginkan akan berakhir di genggamanku. Begitu pula istriku.” Devian menarik tangan alice mendekat kearahnya. Mencengram rahang alice kuat dan menempelkan pipinya ke pipi devian.
“lihatlah, kami serasi bukan ?” devian terus berkomentar, membakar setiap emosi yang ditahan Adrian di dalam hatinya.
Wajah Adrian merah padam, pikirannya mulai kacau. Setiap ingatan buruknya di masa lalu mulai melayang. Bagaimana posisinya di rebut saudaranya, bagaimana ayahnya memuji devian, bagaimana orang-orang menyukai devian dan Adrian segera menutup matanya.
“setidaknya aku bukan anak seorang monster.” Adrian membuka matanya, menatap dalam ke mata devian seakan ingin menantangnya.
Devian mendorong alice kasar dan mengambil pedangnnya yang berada di dekat meja yang selalu ia bawa. Mata devian berkilat marah, menghunus pedang dan berjalan menghampiri Adrian, yang diam membeku seakan bersiap akan ajal yang akan menghampirinya.
“bunuh aku dan itu akan mempertegas status iblismu.” Tantang Adrian.
“Adrian kau sudah gila, harusnya kau mengatakan akan menikah. Kenapa membuat keributan ?” bisik tuan bernett ketakutan.
“baiklah, toh hanya ada kita berempat disini aku bisa membunuh kalian semua tanpa saksi.” Seringai devian mengerikan.
Alice mulai gemetar ketakutan, melihat semua kekacauan ini. Dia memikirkan sarapan yang tenang bukan sebuah ke kacauan seperti yang tengah terjadi.  Otaknya terus berfikir bagaimana menghentikan semua kekacauan ini, devian yang sekarang sangat berbeda dengan devian yang semalam bersamanya. Apa yang terjadi membuat kepalanya berdenyut sakit.
“ya…yang mulia.” Tanpa sadar alice sudah meraih lengan devian mencoba menahan devian untuk melakukan tindakan yang lebih buruk lagi. “bi..bisakah kita sarapan dengan tenang, tidak baik membuat kekacauan di meja makan.” Suara alice sedikit bergetar karena menahan rasa takutnya.

Devian berbalik, menghempaskan tangan mungil di lengannya hingga terlepas dan membuat pemiliknya terhuyung hingga terjatuh dan kepalanya terbentur meja makan dengan cukup keras. Devian terdiam membeku, perlahan dari kening alice mengalir cairan merah segar perlahan. Matanya terpejam dan perlahan tubuh yang awalnya tersandar di kaki meja melorot perlahan ke lantai.
“alice!!!” Adrian terlihat terkejut dan panic dia segera berjongkok tangannya hendak merai tubuh alice namun tangan lain segera menepis tangan Adrian.
“singkirkan tanganmu !!!” triak devian marah.
“lalu, kau ingin membiarkannya mati !!” balas Adrian. “pelayan, cepat masuk kemari yang mulia ratu butuh pengobatan.” Adrian memanggil pelayan yang menunggu di luar.
Mendengar panggilan Adrian semua pelayan segera masuk dan membawa ratu ke kediamannya disusul Adrian dan tuan bernett. Meninggal devian yang berdiri diam disana.

I'm in love with a monster (Tamat)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang