Devian terlihat tak menghiraukan ayahnya, Raja Aaroon hanya tersenyum kecut.
"Kau pasti sangat membenciku." Raja Aaron menatap putranya.
"Yang Mulia, Raja Devian sangat menyayangi anda. Dia bahkan menyiapkan kado spesial untuk anda." Alice tersenyum pada Raja Aaron.
Sedangkan Devian, menatap Alice tajam. Seakan mengatakan "Apa kau ingin mendapat masalah lagi?." Alice hanya mengangkat bahunya dan beralih menatap Raja Aaron.
"Terimakasih Alice, kau anak yang baik. Tapi Devian, aku mengenalnya dengan baik." Raja Aaron menatap Alice penuh arti.
"Kau mengenalku dengan baik? Kau tak benar-benar mengenalku." Devian menatap ayahnya sinis.
"Benar, Aku tak mengenalmu dengan baik nak. Tapi, setidaknya aku tahu kalau kau tak begitu menyukaiku."
"Ya!! Kau benar, bahkan tak seharusnya aku di sini. Kenapa kau tak menukarku dengan hal lain saja. Kau pasti menyesal memiliki anak seperti aku." Wajah Devian mengeras.Plakkk...
Sebuah tamparan mendarat di pipi, Devian menatap tajam orang yang telah menamparnya. Hampir semua mata menatap kearah mereka, sedangkan Alice hanya menatap telapak tangannya yang baru saja menampar Devian.
"Kau... Apa yang kau lakukan?" tanya Devian tak percaya.
"Ma.. Maafkan aku, tapi tak seharusnya anda bicara begitu pada ayah anda sendiri. Bagaimana pun dia adalah ayah anda, dia juga menyayangi anda." Alice menatap Devian lembut.
Devian memalingkan wajahnya dari Alice. Entah apa yang dia rasakan, tapi dia segera melangkah pergi dari sana.
"Yang Mulia, maafkan aku." Gumam Alice yang merasa bersalah pada Raja Aaron.
"Tidak apa, Devian benar. Aku ayah yang buruk."
"Anda ayah yang luar biasa. Anda memiliki 2 Putra yang luar biasa."
"Kau benar, mereka berdua luar biasa." Raja Aaron tersenyum penuh arti pada Alice.
"Tentang kado istimewa, Aku akan memainkan sebuah musik yang indah untuk anda."
"Itu bukan dari Devian kan?"
"Itu dari kami berdua." Alice tersenyum lebar dan segera melangkah menuju panggung tempat para pemain musik.Raja Aaron mengamati Alice dari tempatnya berdiri sekarang. Sebuah senyum terukir jelas diwajahnya dan dari lantai dua Devian juga melihat Alice. Gadis itu duduk dengan anggun dan perlahan jari-jarinya mulai menari. Memetik senar-senar harpa, suara dentingan musik mulai terdengar. Saat musik mulai terdengar, seluruh tamu terdiam dan menatap kearah Alice.
Devian masih terus mengamati dari sana dengan ekspresinya yang dingin. Namun, iris merahnya menangkap sosok lain di sudut ruangan itu. Seseorang terlihat mencurigakan. Mata Devian langsung berubah siaga, dia melihat bukan hanya satu orang tapi ada beberapa orang. Saling memberi kode, dan salah satu diantaranya menyerang seorang penjaga tanpa diketahui siapapun dan menyeret tubuhnya keluar dari ruangan tersebut.
"Aiden benar, informasinya tidak salah lagi." gumam Devian.
Devian hendak beranjak pergi untuk menyusun strategi bersama Aiden. Namun, sebelum dia melangkah salah seorang dari mereka menunjuk kearah Alice. Mata Devian menyipit dan seakan mengetahui maksud mereka dengan cepat dia berlari menuruni anak tangga.Dia berusaha melewati beberapa tamu, meski beberapa dari mereka mencoba menyapa dan mengajaknya bicara namun devian tak menghiraukan mereka.
"Devian!! " Sebuah suara menghentikannya dengan menghela nafas berat dia berbalik dan menatap ayahnya.
"Apa yang kau inginkan?" tanya Devian kesal.
"Terimakasih, telah memberikan pesta yang begitu Indah hari ini. Aku tak pernah menjadi ayah yang baik untukmu dan untuk Adrian. Tapi, aku sangat menyayangi kalian." Raja Aaron menatap devian lembut.
"Berhenti bicara omong kosong, kau membuatku muak."
"Ayah... " Raja Aaron tak meneruskan kalimatnya saat melihat ekspresi Devian yang mengeras.
Iris biru Raja Aaron menatap putranya dan mengikuti kemana arah pandangan putranya. Musik yang dimainkan Alice telah berhenti dan Alice telah menghilang dari sana.
"Apa yang terjadi, nak? " terlihat ekspresi cemas dari wajah Raja Aaron.
Devian tak menghiraukan ayahnya dan langsung menerobos para tamu. Panik Devian terus mengedarkan pandangannya. Mencari sosok istrinya.
'Tak seharusnya aku meninggalkannya begitu saja tanpa pengawalan.'
KAMU SEDANG MEMBACA
I'm in love with a monster (Tamat)
Fantasy#1 in fantasy (19012017) Alice Alberta Gilmore Glade Putri cantik yang penuh talenta dan pintar, harus menerima kenyataan kalau dia dikorbankan untuk keselamatan kerajaan, keluarga dan rakyatnya. Mengorbankan seluruh kebebasan dan kebahagiaannya unt...