Kata orang di dalam tandu itu penuh kebencian: "Te-gak Suseng, tak nyana terhadap badanmu sendiri kaupun berlaku begini kejam."
Menghimpun seluruh tenaganya, Te-gak Suseng menjerit dengan beringas: "Kalau ...... kalau aku ..... tidak .... mati, ..... aku ...... bersumpah akan mem ....... membunuhmu."
"Geledah badannya," orang dalam tandu itu memberi perintah, "keluarkan sesuatu yang bisa menunjukkan tanda dirinya."
Seorang laki-laki tua baju hitam segera melangkah maju sambil mengiakan, dia membungkuk badan serta ulur tangan. Tiba-tiba laki-laki baju hitam memekik seram terus terbanting jatuh, sebentar kaki tangan meronta-ronta cepat sekali jiwanya lantas melayang.
Terdengar gerungan gusar, kembali sejalur angin lesus menyampuk keluar dari dalam kerai. Kontan badan Te-gak Suseng terlempar beberapa tombak dan terbanting diam.
"Bunuh dia," orang di dalam tandu memberi perintah, dua orang berbaju hitam mengiakan sambil menghunus pedang,
"Berhenti!" di kala kedua orang berbaju hitam itu merandek karena seruan itu, sesosok bayangan orang bagai kilat tahu-tahu melayang turun, kiranya seorang gadis jelita.
"Siapa kau?" bentak orang di dalam tandu.
"Thian-thay-mo-ki."
"Apa maksud kedatanganmu?"
"Kau bertindak keterlaluan."
"Apa maksudmu?"
"Te-gak Suseng memang dugal dan nyentrik, namun dia bukan laki-laki rendah yang tidak punya rasa tanggung jawab, kalau membunuh orang tidak nanti dia mungkir."
"Kau sekomplotan dengan dia?"
"Asal usulnya aku tidak tahu, namun belum ada setengah jam dia baru berpisah dengan aku, kusaksikan sendiri dia masuk ke kelenteng ini, lalu kalianpun berdatangan, apakah kau yakin dalam waktu setengah jam ini dia mampu membunuh ratusan orang yang berkepandaian tinggi?"
"Soalnya tidak terletak pada waktu, namun terletak pada cara dia membunuh."
"Aku berani menjadi saksi bahwa bukan dia pembunuhnya."
"Kemungkinan kau bekerja sama dengan dia."
Membesi wajah Thian-thay-mo-ki, katanya murka,
"Kau berkepandaian silat tinggi lalu kau boleh sembarangan menuduh orang?"
"Hm, kalau kau memang sekomplotan, kaupun takkan luput dari tanggung jawab, seluk beluk urusan ini pasti akan terbongkar."
Badan Te-gak Suseng tampak bergerak-gerak, dengan rasa iba Thian-thay-mo-ki mengawasinya lalu berkata kepada si gadis baju merah: "Nona, tentunya kau tidak lupa bahwa dia pernah menolong kau dari tangan orang-orang Ngo-lui-kiong bukan?"
Berubah air muka si gadis baju merah: "Betul, hal itu takkan kulupakan, namun jiwa ratusan orang ........."
"Kenyataan belum membuktikan bahwa dialah pembunuhnya bukan?"
"Hanya dia yang ada di sini, orang yang baru saja mati ini, keadaannya mirip dengan yang lain-lain, apakah ini tidak bisa dijadikan bukti, coba bagaimana kau akan menjelaskan?"
"Aku tidak perlu menjelaskan, namun aku yakin bukan dia yang turun tangan, kutanggung ........."
"Kau tidak setimpal untuk menanggung dia ........" sela orang di dalam tandu.
Thian-thay-mo-ki angkat tangannya, serunya,
"Kalau dengan ini bagaimana?"
Di antara jari telunjuk dan jari tengahnya terselip sebentuk batu giok yang berbentuk menyerupai hati sebesar telapak tangan bayi, batu giok itu berlobang tiga di tengahnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Hati Budha Tangan Berbisa - Gu Long
General FictionWataknya dingin, angkuh, semua itu menjadikan jiwanya nyentrik. Untunglah di dalam lubuk hatinya yang paling dalam masih terbetik juga sifat pembawaan yang baik, jiwa luhur dan cinta kasih terhadap sesama manusia. Sayang keluhuran jiwanya ini sering...