"Baik, sementara kuserahkan padamu untuk membereskan," kata Siangkoan Hong lalu dia memberi tanda gerakan tangan kepada Hun-tiong Siancu dan orang dalam tandu, Toh Ji-lan. Mereka lantas bantu anak buahnya menggasak orang-orang Ngo-hong-kau yang masih bertahan mati-matian.
"Ji Bun," sinis suara Ngo-hong Kaucu, "kau sekongkol dengan musuhmu sendiri, dendam keluarga kau abaikan demikian saja ........"
"Itu bukan urusanmu," dengus Ji Bun.
"Tidakkah kau berpikir kalau dirimu diperalat untuk menghancurkan kita, lalu dengan cara keji apa pula mereka akan mengganyangmu?"
"Itu urusanku dan aku mampu menanggulanginya."
"Kau rela mengorbankan jiwa ayah-bundamu?"
"Apapun yang kau katakan hanya isapan jempol belaka. Hari ini kau harus terima hukuman setimpal dengan perbuatanmu menurut aturan perguruan."
Ngo-hong Kaucu menyurut mundur, katanya: "Berulang kali kau bicara soal aturan perguruan segala, urusan apakah itu?"
Melihat sekelilingnya tiada orang, dengan menekan suara serendah mungkin Ji Bun berkata: "Pengkhianat! Ketahuilah aku sudah diangkat sebagai Ciangbunjin Ban-tok-bun dari generasi ke-15, sekarang kau sudah mengerti?"
Mendelik biji mata Ngo-hong Kaucu, serunya serak: "Kau ..... kau diangkat oleh Ngo Siang?"
"Salah, aku dianugerahi langsung oleh Thay-suco dan diperintahkan membersihkan perguruan dari anasir-anasir jahat."
"Kau .... mendapat perintah .... dari Thay ..... Thay-suco?"
"Katakan dulu, dimana ayah bundaku disekap?"
"Lebih baik tidak kukatakan ...."
"Kenapa?"
"Siangkoan Hong suami isteri, Hing-thian-it-kiam, Khong-kok-lan, apakah mereka mau membiarkan dia begitu saja?"
Ji Bun melenggong, hal ini memang benar, ibunya tidak jadi soal, tapi sekali ayahnya muncul, tentu para musuhnya itu akan menuntut balas padanya, tapi tegakah dia membiarkan ayah bundanya disekap musuh dalam keadaan yang belum diketahui nasibnya?
Sebelum melihat mereka, betapapun hatinya masih sangsi akan keselamatan beliau? Maka dengan menggertak gigi dia berkata: "Soal mereka menuntut balas adalah urusan lain, katakan saja di mana kau mengurung beliau?"
"Tempat kurungan itu amat tersembunyi, kecuali aku, tiada orang lain yang tahu ...."
"Maka kau sendiri yang harus mengatakan?"
"Biar kukatakan juga takkan bisa kau temukan, kecuali aku sendiri yang menunjukkan tempatnya."
"Urusan sudah larut begini, kau masih mau main apa lagi? Memangnya sampai mati kau tidak akan bertobat?"
Ngo-hong Kaucu menyeringai, ujarnya: "Siapa bilang aku akan mati? Kalau aku mati, semua orang yang ada di sini juga harus mengiringi kematianku!"
Ancaman ini sungguh membuat merinding setiap orang yang mendengarnya.
Beringas Ji Bun dibuatnya, desisnya: "Kalau hari ini kau bisa lolos dari tanganku, aku akan segera bunuh diri."
"Baiklah, lekas kau siap bunuh diri saja."
"Kau ...... memang tidak berperikemanusiaan?"
"Ha ha ha! Anak muda, perikemanusiaan atau berhati binatang, berapa sih perbedaannya?"
Ji Bun tekan nafsunya yang sudah berkobar, katanya geram: "Biarlah kita bereskan urusan pribadi saja, dengan berbagai bentuk samaran, berulang kali kau membokong aku ......."
![](https://img.wattpad.com/cover/92644070-288-k358665.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Hati Budha Tangan Berbisa - Gu Long
Narrativa generaleWataknya dingin, angkuh, semua itu menjadikan jiwanya nyentrik. Untunglah di dalam lubuk hatinya yang paling dalam masih terbetik juga sifat pembawaan yang baik, jiwa luhur dan cinta kasih terhadap sesama manusia. Sayang keluhuran jiwanya ini sering...