Bayangan seorang bertubuh tinggi kekar tampak berdiri di dalam hutan. Dari sinar matahari yang menembus dari celah-celah dedaunan pohon, dilihatnya jelas orang ini berjubah sutera mengenakan kerudung kepala.
Tanpa pikir ia menubruk maju terus menyerang dengan pukulan ganas.
"Bun-ji, gila kau!" bentak bayangan kekar itu.
Mendengar suara bentakan ini, segera Ji Bun menahan terjangan dan menghentikan pukulannya, teriaknya: "Apakah ayah?"
"Ya, inilah aku, kenapa kau?"
"Ayah!" seperti seorang anak yang tersiksa tahu-tahu berjumpa ayah bundanya, tak tertahan lagi air matanya lantas bercucuran.
"Nak, kau ............."
"Yah, benteng kita .............."
"Kau sudah tahu?"
"Ya, siapakah pembunuhnya
"Orang-orang Wi-to-hwe itulah."
"Oh ....., mereka?" terpancar cahaya penuh nafsu membunuh dari mata Ji Bun, darah terasa mendidih dalam rongga dadanya.
"Nak, kenapa begitu melihat aku lantas kau menyerang seganas itu?"
"Tahukah ayah ada seorang menyaru dirimu, dua kali dia menyerangku ........."
"Apa, ada orang menyamar diriku?"
"Ya, persis sekali, tulen atau palsu sukar kubedakan."
"Mungkin perbuatan orang-orang Wi-to-hwe.... ."
"Tidak mungkin."
"Kenapa?"
"Baru saja aku menjadi tamu kehormatan mereka, dan mereka belum tahu asal usulku."
"Kau keliru nak, betapa keji culas muslihat orang-orang Kangouw, kemungkinan mereka memang sudah mengatur secara rapi."
Memang tidak salah, demikian pikir Ji Bun, tanpa sebab kenapa dirinya diundang sebagai tamu kehormatan, malah diminta hadir dalam sidang mereka, dalam hal ini pasti ada latar belakang dan tujuan tertentu. Seketika ia bergidik sendiri, namun bara dendamnya semakin menyala.
"Yah, siapakah Wi-to-hwecu sebenarnya?" tanyanya kemudian.
"Sekarang belum diketahui secara pasti, kemungkinan salah seorang musuhku dulu."
"Dari mana ayah mendapat tahu."
"Nak, muka yang kau lihat itu bukan wajah aslinya, dia mengenakan kedok."
"Oh, pantas tak enak dipandang, tentunya ayah bisa menebak siapa dia, berapa gelintir saja orang-orang yang berkepandaian setinggi itu."
"Dunia terlalu luas, serba serbi dunia sukar diraba pula, musuh tangguh yang sekarang kemungkinan adalah kaum keroco masa lalu, darimana kita bisa merabanya dengan tepat?"
"Apakah Siang-thian-ong dan lain-lain itupun ikut dalam peristiwa ini? Ada orang bernama Siangkoan Hong, apakah dia pembunuh utamanya?"
Tiba-tiba orang berkedok menyurut mundur, suaranya gemetar: "Kau kenal Siangkoan Hong?"
"Ya, beberapa waktu yang lalu, ia tergeletak luka-luka di pinggir jalan, napas sudah kempas-kempis karena keracunan, anak memang terlalu banyak ulah dan telah menolongnya."
"Dia tahu asal usulmu?"
"Tidak tahu"
"Betul, memang dia pembunuh utamanya."
"Siapakah Siangkoan Hong itu?"
"Terakhir dari Jit-sing-pat-siang (delapan panglima dari Jit-sing), belakangan dia lari menjadi pengkhianat."
KAMU SEDANG MEMBACA
Hati Budha Tangan Berbisa - Gu Long
General FictionWataknya dingin, angkuh, semua itu menjadikan jiwanya nyentrik. Untunglah di dalam lubuk hatinya yang paling dalam masih terbetik juga sifat pembawaan yang baik, jiwa luhur dan cinta kasih terhadap sesama manusia. Sayang keluhuran jiwanya ini sering...