29. Salah Duga Terhadap Biau-jiu Siansing

2.3K 47 1
                                    

Waktu rebutan Sek-hud di puncak Pek-ciok-hong dulu, Biau-jiu Siansing pernah menggunakan tingkat kedudukannya yang lebih tinggi dikalangan Kangouw untuk merebut Sek-hud dari tangan Cip-po-hwe yang terhitung bawahannya, hakikatnya mereka segolongan. Tanpa sadar Ji Bun menyeringai ejek, katanya: "Mencuri mestika dan merusak paras ayu, dosa yang tidak terampunkan, bagaimana pendapatmu akan perbuatan rendah dari golonganmu?"

Mendelik mata Biau-jiu Siansing, katanya kereng: "Keluarga punya aturan, negara ada undang-undang, peristiwa ini merupakan pelanggaran di dunia Kang-ouw, Lohu pasti akan bertindak menurut aturan."

"Cayhe bersumpah pasti akan membunuh pemuda bergajul itu," kata Ji Bun dingin.

Biau-jiu Siansing tidak bicara lagi, beruntun dia menutuk beberapa Hiat-to di tubuh Dian Yong-yong, seketika Dian Yong-yong terkulai lemas,. Lalu ia membuka peti obat dan mengeluarkan beberapa macam obat, jumlahnya sekitar 10-an butir terus dijejalkan ke mulut Dian Yong-yong, lalu berkata: "Sakit ingatan tidak akan bisa diobati dengan obat saja, dia harus dibantu dengan pengobatan tusuk jarum, disini tidak leluasa, dia harus diantar pulang dulu baru aku bisa bekerja ........"

"Apa, kau hendak meloloskan diri?" sela Ji Bun.

Pelan-pelan dan rapi sekali Biau-jiu Siansing memasukkan botol-botol obat ke dalam petinya pula, sesaat kemudian baru dia berdiri, katanya: "Menolong orang seperti menolong kebakaran, terpaksa kau harus ikut susah payah."

"Tidak bisa."

"Tidak bisa? Apa maksudmu?"

"Perhitungan kita sekarang harus dibereskan."

"Lho aneh, ada perhitungan apa di antara kita yang harus dibereskan?"

"Aku tidak punya tempo ngobrol dengan kau, barang yang kau kehendaki, dalam tiga hari pasti diantar ......"

Bingung, kaget dan heran sorot mata Biau-jiu Siansing, tanyanya menegas: "Lohu menghendaki barang apa."

"Hud-sim!" bentak Ji Bun gemas.

"Hud-sim apa?"

Ji Bun acungkan telapak tangannya sambil mengancam: "Setelah kubelah batok kepalamu, kau pasti tahu."

Lekas Biau jiu Siansing goyang tangan, katanya: "Jangan terburu nafsu, bicaralah dulu persoalannya, tadi kau bilang apa? Hud-sim?"

Sikap dan tingkah orang betul-betul membuat Ji Bun kewalahan, ternyata orang begini licik dan licin serta pandai main sandiwara pula, syarat yang dulu diajukan orang dan menghendaki barang pusaka itu, tidak mungkin dia mungkir begini saja. Sekilas ia berpikir, lalu katanya dengan suara berat: "Tanggalkan ikat kepalamu. Aku ingin membuktikan asal-usulmu yang sebenarnya."

"Asal-usulku kan tidak diukir di atas kepala?"

"Lebih baik lekas kau lakukan permintaanku."

Biau-jiu Siansing bergelak-gelak, pelan-pelan dia menarik ikat kepalanya dan seketika Ji Bun berdiri melongo.

Ji Bun yakin bahwa orang-orang yang menyaru orang berkebok berjubah sutera, laki-laki muka hitam komandan ronda Wi-to-hwe serta Kwe-loh-jin adalah duplikat Biau-jiu Siansing, akan tetapi kenyataan sekarang membuktikan di atas jidat kanan orang ini ternyata tidak ada codet atau bekas luka apapun.

"Apa maksudmu memaksaku menanggalkan ikat kepala?" jengek Biau-jiu Siansing.

Ji Bun menyengir kikuk, katanya: "Sekarang Cayhe baru membuktikan bahwa engkau memang bukan orang yang kusangka."

"Memangnya kau kira siapa aku ini?"

"Hal ini tidak perlu kukatakan."

"Orang yaog kau bayangkan tadi apa ada sangkut pautnya dengan Hud-sim?"

Hati Budha Tangan Berbisa - Gu LongTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang