36. Jejak Ibunda, Mulai Tercium

2.2K 52 0
                                    

Dengan mendelong dia awasi orang, tampak wajah Siau-yan Loni penuh emosi yang campur aduk, matanya menatap ke arah tanah di sebelahnya, dengan heran Ji Bun menoleh ke arah orang memandang. Seketika hatinya tergerak, ternyata di sampingnya menggeletak sebentuk barang, itulah tanda pengenal pemberian si orang tua aneh di dasar jurang di belakang Pek-ciok-hong yang harus diserahkan kepada Toh Ji-lan. Mungkin waktu dia menjatuhkan diri dan menggelundung tadi benda itu jatuh keluar dari kantongnya, kenapa Nikoh tua ini begini besar perhatiannya terhadap tanda pengenal ini, mungkinkah .......

Mendadak Siu-yan Loni melompat maju memungut benda itu, dia bolak balik serta memeriksanya dengan teliti, katanya kemudian dangan suara rada gemetar: "Darimana kau dapatkan barang ini?"

Ji Bun seka darah yang meleleh diujung mulutnya, tanyanya: "Apakah Suthay kenal benda ini?"

"Bukan hanya kenal saja."

"Apakah Suthay ada hubungan dengan barang ini?" tanya Ji Bun.

Siu-yan Loni pejamkan mata sebentar seperti menenangkan gejolak hatinya, lama sekali baru dia buka suara dengan gemetar: "Siu-hiat-jin, bagaimana barang ini bisa berada di tanganmu?"

"Cayhe mendapat pesan seorang Cianpwe dengan tanda pengenal ini mencari seorang untuk menyampaikan beberapa patah kata."

"Siapa yang berpesan padamu?"

Ji Bun menyadari di balik kejadian hari ini serta melihat sikap Siu-yan Loni pasti ada latar belakang yang menarik, maka dia balas bertanya: "Apa maksud Suthay bertanya soal ini?"

"Siu-hiat-jin, apakah kau muridnya?"

"Muridnya siapa?"

"Giok-bin-hiap Cu Kong-tam!" Setiap patah kata diucapkan Siu-yan dengan penuh emosi.

Ji Bun membatin: Giok-bin-hiap (pendekar wajah kemala) Cu Kong-tam mungkin adalah orang tua aneh di bawah jurang itu. Dari julukannya dapatlah dibayangkan dimasa mudanya dulu pasti orang tua aneh itu adalah seorang pemuda cakap dan ganteng. Memangnya siapa pula Nikoh tua ini? Dari mana dia tahu akan tanda pengenal ini, tahu siapa pemiliknya dan dirangsang emosi lagi.

"Maksud Suthay pemilik barang ini? Cayhe bukan murid beliau, namun pernah memperoleh banyak kebaikan dari beliau."

Siu-yan melangkah maju setindak, dengan haru dan girang dia bertanya: "Dia.. .... dia..... masih hidup? Di .... dimana dia sekarang?"

"Harap Suthay suka jelaskan dulu siapa sebenarnya kau?"

"Pinni ...... Siu-hiat-jin, katamu kau dipesan untuk mencari seseorang? Siapa yang kaucari?"

"Tapi konon orang itu sudah meninggal dunia."

"Katakanlah siapa dia?"

"Adik kandung Pek-ciok Sinni yang bernama Toh Ji-lan."

Seperti kena aliran listrik tiba-tiba Siu-yan Loni berjingkat mundur, mukanya yang berkeriput tampak berkerut-kerut, suaranya semakin gemetar: "Katamu Toh Ji-lan? Dia sudah meninggal dunia?"

"Siangkoan Ci-hwi yang bilang demikian."

"O," terpancar cahaya pilu dan sedih sekali dari sinar mata Siu-yan Loni, seperti bermimpi saja mulutnya mengigau: "Tidak, dia ..... masih hidup? Dia ..... belum mati? ..... Ah, tidak mungkin. Tidak terduga, tapi ...... segalanya sudah terlambat."

Yang dimaksud "dia" adalah orang tua aneh di dasar jurang? Ini menandakan bahwa Siu-yan ada hubungan yang intim dan luar biasa dengan beliau. Sudah terlambat, semuanya sudah terlambat? Memangnya Nikoh tua ini adalah ..... tapi Siangkoan Ci-hwi bilang Toh Ji-lan sudah meninggalkan dunia yang fana ini. Maka Ji Bun bertanya: "Siapakah nama preman Suthay?"

Hati Budha Tangan Berbisa - Gu LongTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang