55. Keluhuran Budi Thian-thay-mo-ki

2.1K 44 0
                                    

"Tidak perlu, menurut laporan, kau bantu memberantas musuh yang menyerbu, sekarang kau tanam budi pula pada puteriku. orang Bu-lim mengutamakan perbedaan budi dan dendam, selanjutnya aku takkan lagi mencari setori padamu ..........."

"Nanti dulu. Bagaimana juga Cayhe harus membereskan persoalan itu."

"Sekarang?" seru Hun-tiong Siancu sambil melongok ke belakang, sinar matanya mengunjuk kegelisahan hatinya.

"Baik, cara bagaimana perhitungan akan kau bereskan?"

"Yang kuat hidup yang lemah mampus," kata Ji Bun tandas.

"Ji Bun, yang kau andalkan hanya racun, tapi racun adalah sepele dalam pandanganku, hal ini kunyatakan lebih dulu."

"Kalau kau kira aku hanya mengandalkan racun salah sekali dugaanmu."

"Hayolah segera dimulai, aku tidak punya tempo lagi,"

Sejak digembleng ilmu tingkat tinggi dari Ban-tok-bun, belum pernah Ji Bun berhantam dengan seorang musuh yang betul tangguh, bahwa Ngo-hong Kaucu yang berkepandaian tinggi itupun bukan tandingan Hun-tiong Siancu, ini membuktikan bahwa kepandaian silatnya, di mulut dia bilang yang kuat hidup yang lemah mampus, yang benar dia sendiri tidak punya keyakinan dapat merobohkan lawan. Namun tekadnya sudah keras, tiada perasaan gentar sedikitpun, yang terang dendam hatinya harus dibalas. Serentak dia teringat dua persoalan, maka ia bertanya: "Ada dua hal perlu kau jelaskan lebih dulu. Pertama, betulkah bukan Siangkoan Hong yang menghancurkan Jit-sing-po?"

"Berulang kali kau sudah mengajukan persoalan ini."

"Tapi aku belum memperoleh jawaban yang meyakinkan."

"Baiklah sekarang kujelaskan, bukan dia yang melakukan, semula memang ada rencana, tapi akhirnya rencana dibatalkan, yang dicari hanya biang keladinya."

"Apakah aku harus percaya?"

"Memangnya tidak perlu kupaksa kau mempercayainya."

"Bagus sekali. Sekarang kedua, kalau kau kalah, batok kepalamu harus kupenggal."

Berubah wajah Hun-tiong Siancu, katanya dingin: "Asal kau mampu saja."

"Nah, sambutlah pukulanku ini!" tenaga penuh dikerahkan pada kedua lengan Ji Bun, dengan sepuluh bagian kekuatannya dia menabas tegak, tujuannya hendak menjajaki sampai di mana taraf kekuatan Lwekang lawan, supaya gebrak selanjutnya lebih mudah cari daya untuk mengalahkan.

Hun-tiong Siancu mengebaskan kedua lengan bajunya secara bersilang, segulung angin lunak segera menyamber keluar. "Blang!" suara keras memekak telinga, kedua pihak tersurut selangkah, bertambah yakin Ji Bun, kini kedua tangan dilandasi setaker kekuatan Lwekangnya. Tebasan kedua ini bagaikan gugur gunung dahsyatnya. Hun-tiong Siancu juga kerahkan kekuatan dan himpun semangat balas menyerang. "Blum!" ledakan terjadi pula lebih dahsyat, genteng sama rontok, debu beterbangan, kelenteng kecil ini terasa holeng seperti keterjang gempa. Hun-tiong Siancu tergentak mundur tiga langkah, sebaliknya Ji Bun sempoyongan lima langkah. Kenyataan membuktikan bahwa kekuatan Hun-tiong Siancu masih setingkat lebih tinggi.

Sekarang jarak kedua orang menjadi jauh, sebat sekali Ji Bun mendesak maju, Tok-jiu-it-sek segera menggaris keluar. Kekuatan racun kini dia kerahkan pada kesepuluh jarinya, ingin dia membuktikan apa betul lawan tidak gentar mengadapi racunnya.

Kecuali Hun-tiong Siancu berhasil meyakinkan Kim-kong-sin-kang, kalau tidak, selain orang-orang seperguruannya tiada seorangpun di dunia ini yang mampu menawarkan racun jahat ini, tapi umumnya Kim-kong-sin-kang hanya dilatih oleh kaum laki-laki. Hun-tiong Siancu scorang perempuan, tak mungkin dia memiliki ilmu sakti itu.

Tampak Hun-tiong Siancu menggaris tangan terus diputar satu lingkar, maka Tok-jiu-it-sek yang dilontarkan Ji Bun tertolak dan tertahan diluar lingkaran tenaganya. Gerakan menggaris dan membundar tangan itu kelihatannya biasa dan enteng, tapi di dalam gerakan ini tersembunyi kekuatan yang luar biasa.

Hati Budha Tangan Berbisa - Gu LongTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang