16. Dari Celaka Dapat Rejeki Nomplok

2.5K 61 0
                                    

"Anak muda, sekarang Lohu sudah berubah pikiran, biarlah tanganmu itu tetap melengket di badanmu, tapi ada syarat-syarat yang harus kau patuhi."

"Mohon dijelaskan syarat-syarat apakah"

"Kau harus sumpah berat, setelah muncul kembali di kalangan Kangouw, kau takkan menggunakan tangan berbisa itu untuk melukai orang-orang yang tidak berdosa."

"Untuk hal ini Locianpwe tidak usah kuatir, selamanya Wanpwe tidak pernah melukai orang tanpa sebab."

"Sekarang bersumpahlah."

"Locianpwe, soal jahat dan kebajikan hanya terpaut segaris dalam pikiran manusia, sumpah segala hanya akan mengekang seorang Kuncu (lelaki ksatria) tapi takkan membatasi tingkah laku seorang Siaujin (manusia rendah)."

"Hm, memang betul, tapi apakah kau bisa berbuat demikian?"

Untuk ini Wanpwe akan mematuhinya."

"Baiklah, Lohu percaya untuk pertama kali ini, akan kuusahakan supaya kau bisa keluar dari lembah maut ini, namun kau harus berusaha mencarikan seseorang ..........."

Seketika terbangkit semangat Ji Bun, katanya:

"Silakan memberi petunjuk."

Tahu-tahu guramlah pandangan orang tua aneh itu, ujarnya:

"Mungkin orang yang harus kaucari sudah tiada lagi di dunia ini, namun sebelum Lohu mendapat bukti nyata bahwa dia betul-betul sudah meninggal, betapapun aku takkan putus asa."

"Orang macam apakah dia?"

"Seorang perempuan."

"Perempuan?"

"Ehm, perempuan, perempuan cantik jelita. Ha ha ha, asmara tetap asmara, si jelita masa lalu entah bagaimana keadaannya sekarang? Loyo? Seperti kuntilanak? Nenek reyot? atau mungkin sudah menjadi tulang belulang.............."

Ji Bun menghirup napas panjang, tanyanya

"Siapakah dia?"

Wajah si orang tua seperti kehilangan semangat, katanya dengan melamun:

"Dia bernama Toh Ji-lan, Ji-lan, Ji-lan, ayu jelita, ratu kecantikan.......," suaranya semakin lirih, pandanganpun mendelong, agaknya ia tambah terkenang pada masa mudanya dahulu.

Dengan bingung dan keheranan Ji Bun mengawasi orang tua yang serba misterius ini, ingin bersuara namun merasa rikuh. Untunglah setelah sekian lama dibuai emosi, lekas sekali orang tua aneh ini tenang kembali dan berkata pula sambil menggerakkan tangan:

"Duduklah, dengarkan petunjukku,"

Ji Bun lantas duduk mendeprok di atas tanah, terpancar sinar terang yang aneh dari kedua biji mata si orang tua, berhenti sejenak baru ia berkata dengan kalem seperti menekan perasaan:

"Puluhan tahun yang lalu, muncullah sepasang kembang kakak beradik di dunia Kangouw, yang tua bernama Toh Ji-hwi, adiknya bernama Toh Ji-lan kecantikan dan kepandaian ilmu silat mereka menjagoi jagat, sehingga menimbulkan banyak huru-hara dan sering menggegerkan dunia persilatan, tak terhitung jumlah pemuda yang sama mengejar dan kepincut oleh kepandaian dan kecantikan mereka. Di antara sekian banyak pemuda yang menjadi pemujanya, ada seorang ahli pedang yang berpandangan tinggi angkuh, pada suatu kesempatan yang tak terduga, jago pedang ini berkenalan dengan sepasang kakak beradik ini, jago pedang itu akhirnya jatuh cinta kepada sang adik, hubungan semakin intim dan akhimya mereka bersumpah setia, sehidup semati. Sayang sang Taci secara diam-diam juga jatuh cinta kepada jago pedang itu......."

Sampai disini ia berhenti sejenak, lalu melanjutkan,

"Dari cinta sepihak, cinta yang hanya dipendam di dalam hati akhirnya sang kakak menjadi kerasukan iblis, namun dia tetap sadar, tak mungkin ia merebut kekasih adiknya, maka akhirnya, dia rela mencukur rambut menjadi Nikoh (biarawati)."

Hati Budha Tangan Berbisa - Gu LongTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang