38. Kedok dan kemunafikan Sang Ayah ....??!!

2.2K 51 0
                                    

"Karena tak pernah beliau sebut-sebut nama Giam-ong-ling."

"Itu tidak bisa membuktikan bahwa dia tidak mampu menawarkannya."

"Pi-tok-tan yang selalu Wanpwe bawa bisa menawarkan segala macam racun, namun terhadap Giam-ong-ling ini kehilangan khasiatnya, ini membuktikan ........"

Biau-jiu Siansing goyang-goyang tangan: "Itu belum tentu, apakah kau sendiri pernah mempelajari Tok-keng?"

"Tidak, apa yang Wanpwe dapatkan adalah ajaran ayah secara lisan."

"Nah, kalau begitu siapa tahu kalau racun Giam-ong-ling ini juga tercatat di Tok-keng itu?"

"Memangnya antara ayah dan anak juga perlu main rahasia segala?"

"Menurut aturan tidak, namun kejadian di dunia ini kadang-kadang sukar diterima oleh akal sehat."

Ji Bun diam saja, dia tidak percaya kalau ayahnya sekikir itu dan sengaja merahasiakan pelajaran terhadap puteranya, namun dia toh tidak berani menyangkal adanya kemungkinan ini, Kini ayahnya sudah meninggal, namun ada dua persoalan yang masih merupakan tanda tanya bagi dirinya. Pertama, dirinya belum pernah membaca Tok-keng. Kedua, ayahnya jelas tahu setelah meyakinkan Bu-ing-cui-sim-jiu, maka selama hidup dirinya tak boleh bersentuhan kulit dengan lawan jenisnya. Hal ini bukan saja mematahkan harapan hidup bahagia di kemudian hari, sekaligus juga memutuskan keturunan keluarga Ji. Dan setahunya Jit-sing-pang belum pernah mengikat permusuhan dengan siapapun, tiada ambisi untuk menguasai dunia, mestinya tidak perlu meyakinkan ilmu beracun yang ganas ini, ayahpun tahu hal ini, justeru mengajarkan kepada dirinya, mengapa?

Tiada ayah bunda di dunia ini yang tidak sayang kepada putera-puterinya, namun tindakan ayahnya dalam hal ini jelas salah. Sebagai putera puteri yang harus berbakti kepada orang tua, apa yang harus dilakukannya sekarang?

Terbayang juga olehnya cerita Siangkoan Hong yang menggiriskan itu, demikian pula peristiwa pembunuhan murid Siu-yan Loni yang diperkosa lebih dulu. Jika betul ayahnya seorang jahat dan bermoral bejat, bukankah dia merupakan sampah persilatan yang patut dibunuh oleh setiap insan? Hal inilah yang betul-betul mengetuk sanubarinya, bukan saja ia amat berduka dan menderita lahir batin, diapun merasa malu.

"Lekaslah kita pergi!" ujar Biau-jiu Siansing pula.

Ji Bun hanya manggut-manggut, dia ikuti langkah Biau-jiu Siansing keluar, mereka menuju ke barat terus keluar kota, mereka tiba di tegalan yang penuh belukar. Biau-jiu Siansing berhenti, katanya; "Kita berpisah di sini, selamat bertemu di Kay-hong."

Tiba-tiba teringat sesuatu hal yang selama ini mengganjel hatinya, ia bertanya. "Cianpwe, apakah sudi memberi penjelasan suatu persoalan yang mengganjel hati Wanpwe?"

"Soal apa?"

"Tentang gedung setan di kota Cinyang .........."

Biau-jiu Siansing menepekur sebentar, katanya: "Kau pernah ke sana bukan? Baiklah Lohu akan berterus terang padamu. Memang gedung setan itu adalah salah satu tempatku yang dirahasiakan."

Perasaan Ji Bun menjadi bergolak, katanya: "Disana Wanpwe bertemu dengan ......"

"Istri bapakmu yang resmi, Khong-kok-lan So Yan?" Biau-jiu Siansing menukas.

"Wanpwe mohon penjelasan, kenapa ibu tua tampaknya amat dendam dan benci terhadap ayah?"

"Ya, pernikahan Khong-kok-lan So Yan dengan ayahmu memang banyak lika-likunya."

"Bolehkah Wanpwe mengetahui?"

"Ehm, baik juga kalau kau tahu akan peristiwa itu. Waktu mudanya dulu ibu tuamu itu cukup tenar juga di kalangan Kang-ouw, entah berapa banyak pemuda yang tergila-gila padanya, namun dia hanya menyintai seorang muda yang bergelar Hing-thian-kiam Gui Han-bun, keduanya sumpah setia sehidup semati. Pada suatu malam hari terang bulan. kedua insan yang sedang memadu kasih di puncak Siau-sit-hong di gunung Siong-san mendadak kepergok oleh musuh. Hing-thian-kiam terpukul jatuh masuk jurang oleh musuhnya, jenazahnya hilang tidak berbekas. Sudah tentu Khong-kok-lan amat sedih, dia bersumpah menuntut balas pembunuh kekasihnya. Suatu ketika jerih payahnya tidak sia-sia, musuh berhasil ditemukan, maka kedua pihak bertarung mati-matian ........"

Hati Budha Tangan Berbisa - Gu LongTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang