Ji Bun mengertak gigi, katanya: "Kemungkinan mereka sekomplotan, bukan mustahil orang yang menyaru dengan kedok hijau dan berjubah sutera itupun komplotan mereka."
Habis berkata segera ia melejit maju ke depan orang berbaju putih, secara reflek si baju putih menyurut mundur sambil berjaga, sorot matanya hambar dan kaget, seluruh hadirin juga terkejut terhadap perbuatan Ji Bun yang mendadak ini.
Ji Bun terkekeh dingin, sapanya: "Selamat bertemu tuan!"
Orang baju putih melengak, katanya: "Te-gak Suseng, persoalan kita kukira kurang leluasa dibereskan disini dan sekarang juga."
"Untuk menemukan jejakmu terlalu sulit, mumpung kepergok di sini, tentunya kau harus memberi pertanggungan jawab kepadaku."
Ngo-lui-kiongcu tiba-tiba beranjak maju, katanya, dengan mendelik: "Anak muda, kebetulan kau menampilkan diri, utangmu pada pihak kami biar dibereskan sekarang juga," belum habis bicara, telapak tangannya yang segede kipas itu segera melayang menghantam Ji Bun
Ji Bun mendengus geram, sedikit miring sebelah tangannya bergerak menangkis, "Plak", seluruh hadirin tergetar oleh benturan dasyat ini, kontan Ngo-lui-kiongcu sempoyongan mundur tiga langkah, luka dalamnya seketika kambuh, darah kembali meleleh dari mulutnya. Sisa kekuatan benturan membuat pasir debu beterbangan memenuhi angkasa.
Ji Bun melirik ke arah Ngo-lui-kiongcu dan tetap menghadapi orang berbaju putih tadi, katanya dengan suara rendah: "Bagaimana kau?"
"Kenapa tidak bersabar sebentar, setelah urusan di sini selesai saja?"
"Untuk apa membuang-buang waktu, nasib orang-orang Ngo-lui-kiong sudah jelas, jangan harap kau dapat turun dari Tong-pek-san."
"Belum tentu, boleh kau buktikan sendiri."
Tengah percakapan berlangsung, mendadak Wi-to hwecu menjerit kaget seraya berteriak: "Ngo-lui-cu!"
Dengan kaget Ji Bun berpaling, dilihatnya Ngo-lui-kiongcu sudah mundur dua tombak di sebelah sana, tangan kanannya menggengam sebuah bola warna merah sebesar kepalan, menyusul kedua orang baju putih itupun turut melejit mundur seraya mengacungkan bola bundar warna merah yang sama bentuk dan besarnya.
Lekas Thian-thay-mo-ki melompat maju ke samping Ji Bun serta menarik lengannya teriaknya gugup: "Lekas mundur!"
"Ada apa?" tanya Ji Bun tak mengerti.
"Kau belum pernah dengar Ngo-lui-cu (mutiara guntur)?"
"Benda apa sih Ngo-lui-cu itu?"
"Pusaka pelindung Ngo-lui-kiong, namanya saja mutiara, yang betul merupakan granat yang seketika meledak bila dilemparkan, betapa tinggi kepandaianmu juga sukar terluput dari sasarannya."
"Jadi Ngo-lui-cu sama seperti Bik-lik-tan (granat halilintar)?"
"Betul, lekas kau mundur Dik," tanpa banyak bicara lagi segera ia seret Ji Bun mundur beberapa tombak.
Ji Bun terbelalak bingung, sungguh perubahan yang tak pernah dia bayangkan sebelumnya, tiga butir Ngo-lui-cu kiranya cukup berlebihan untuk merobohkan Wi-to-hwecu dan seluruh anak buahnya. Sisa anak buah Ngo-lui-kiong akan lebila leluasa menerjang ke atas dan menyerbu markas dan mendudukinya, dibantu kedua orang baju putih lagi, seluruh anggota Wi-to-hwe akan ditumpas habis-habisan.
Apakah dirinya harus tinggal pergi demikian saja? Kalau tetap berada di sini, bukan mustahil dirinya bakal ikut menjadi korban. Sementara itu, Ngo-lui-kiongcu dan kedua orang baju putih yang masing-masing mengacungkan Ngo-lui-cu berpencar ke tiga arah, jarak antara ketiganya kira-kira dua tombak, itu berarti sepuluh tombak disekitar mereka dapat mereka capai dengan sekali timpukan granat yang mematikan itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Hati Budha Tangan Berbisa - Gu Long
General FictionWataknya dingin, angkuh, semua itu menjadikan jiwanya nyentrik. Untunglah di dalam lubuk hatinya yang paling dalam masih terbetik juga sifat pembawaan yang baik, jiwa luhur dan cinta kasih terhadap sesama manusia. Sayang keluhuran jiwanya ini sering...