23. Holiday!

69.7K 10K 640
                                    

Hari ini kelas gue kosong karna dosennya ada seminar di luar kota. Gue sih seneng-seneng aja karna bisa pulang cepet, kebetulan juga hari ini jadwal gue libur juga dari kafe, jadi gue bisa istirahat dengan tenang. Tapi harapan gue pupus ketika gue baru saja keluar kelas, tangan gue langsung ditarik oleh seseorang.

Satu-satunya yang hobi narik tangan gue kayak gini ya cuma Lay, makanya gue nggak banyak protes. Gue digandeng sama dia sampe ke mobil mewahnya yang ada di parkiran kampus, dan mobil yang kami tumpangi mulai membelah jalanan kota siang ini.

Gue semakin terbiasa sama kelakuan dia yang seenaknya, mau protes juga percuma karena gak akan berefek apa pun sama manusia paling seenaknya ini.

"Kita mau kemana?" Pada akhirnya gue gak tahan buat nanya pertanyaan yang udah gue simpen diujung lidah dari tadi di parkiran kampus. Pasalnya jalanan yang kami lewati bukanlah jalanan yang gue kenal.

"Ke suatu tempat," jawab Lay singkat.

Gue cuma menyeritkan alis gue bingung, dan masih menyimpan protes gue dalam hati sampai mobil yang kami tumpangi masuk ke pekarangan rumah yang cukup besar di pinggiran kota, rumahnya terlihat kurang terawat dan punya pagar besi penuh dengan karat yang cukup tinggi.

Bulu kuduk gue meremang. Untung ini masih siang, kalau malem apa jadinya tempat ini. Gue diajak keluar dari mobil sama Lay setelah dia memarkirkan mobilnya. 

"Peniel, gimana? Semua udah lo urus?" tanya Lay ke cowokbotak yang baru keluar dari dalam rumah itu.

"Tenang Bos, gue sama Amber udah ngurus. Pokoknya beres!" sahut cowok itu.

"Kalau sampe ada satu aja orang aja yang nemuin gue nanti, awas lo," ancam Lay yang membuat gue bingung. Emangnya kitamau ke mana?

"Anak buah gue udah ngurus anak buah lo biar nggak ngikutin sampe sini. Tenang aja Bos, mobil lo bakal gue rapihin juga kok."

Gue ngeliat orang botak yang gue yakini namanya Peniel itu merogoh sakunya dan ngasih kunci yang baru dia ambil dari sakunya ke Lay. "Semoga perjalanannya menyenangkan bos!" ucapnya sambil nunjukin senyum ramah ke gue sama Lay.

Meskipun badannya serem dan juga botak, tapi kesan ramah gak ilang dari mukanya. Gue pun hanya melemparkan senyum formal gue karena masih belum ngerti dengan apa yang terjadi. Lay nggak ngomong apa-apa lagi dan langsung narik tangan gue lagi ke arah sebuah mobil van.

 Lay nggak ngomong apa-apa lagi dan langsung narik tangan gue lagi ke arah sebuah mobil van

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Gue tetep manut saat dia nyuruh gue masuk ke dalem mobil. Begitu Lay masuk juga ke dalem mobil dia langsung ngambil tas gue dan ngerogoh isinya. Dia ngambil ponsel gue dan nyabut baterenya. Begitupun dengan ponsel dia.

"Sebenernya kita mau kemana sih?" tanya gue dengan penuh kebingungan.

"Liburan dengan tenang," timpal Lay sambil ngejalanin mobilnya setelah naruh ponsel kami begitu saja di dalam tas gue.

Gue ngeliat ke belakang dan kayaknya isi van ini cukup lengkap. Ada beberapa camilan, buah, air minum, serta kasur dan bantal di bagian belakang. "Kita nginep?! Di sini?!" tanya gue dengan sedikit histeris. Dan anggukan Lay mewakili jawaban ya menurut gue.

Gue nggak tau perjalanan ini udah berapa lama, yang jelas lama. Mobil ini cuma dipenuhi sama suara radio yang mengalun. Playlist lagu jaman dulu sih, tapi enak-enak lagunya. Gue maklum sih ini mobil meskipun udah di modif kesan tuanya masih ada. Sesekali gue nyuapin Lay camilan yang teresdia di dalam mobil dan juga membantu Lay untuk minum karena dia masih sibuk nyetir.

"Kalo ngantuk tidur aja," titah Lay saat mendengar kuapan gue yang cukup kencang. Akhirnya gue mengambil satu bantal dari belakang dan tertidur.

Gue terbangun karena sebuah tepukan pelan di pipi gue, dan wajah Lay menjadi pemandangan yang pertamakali gue lihat. Gue melihat sekeliling sambil menikmati udara segar yang memenuhi paru-paru gue. Gue nggak tau ini dimana, yang jelas kayak kawasan pegunungan gitu.

"Gue lama ya ketidurannya?" tanya gue nggak enak.

"Dasar kebo, sampe ngorok lo tadi."

Ha? Serius? Masa sih? Malu maluin banget dong?

Ngeliat muka gue yang panik Lay cuma ketawa. "Enggak kok, lo gak ngorok. Gue cuma bercanda," ucapnya sambil ngedengus geli. Gue pun ngedorong badan dia yang condong ke arah gue tadi menjauh.

"Udah ayok keluar, kaki gue pegel nyetir lama. Lo sih enak tidur. Kalo masih mau ngabisin waktu di mobil ntar-ntar bisa."

Gue akhirnya keluar dari mobil dan jalan ke sekeliling sana. Ternyata banyak pohon pinus dan juga cemara. Udaranya seger banget! Gue bahkan bisa nemuin beberapa kupu-kupu dengan warna-warni cantik berterbangan dan juga capung warna oranyedan merah yang jarang gue temuin.

"Gimana, suka?" tanya Lay yang tentunya gue angguki.

Dia ternyata masih inget omongan gue waktu itu...

Lay tiba-tiba membaringkan dirinya di tanah dan menghirup napas panjang. "Udah lama kayanya gak nyium udara seger gini," gumam Lay sambil memejamkan matanya. Ia menjadikan kedua tangannya sebagai bantal dan sedikit menyilangkan kedua kakinya.

Gue pun ikut mengambil tempat di sebelahnya dan mendudukkan diri.

"Kalo gitu lo kurang menikmati," kata Lay tiba-tiba. Selanjutnya gue ngerasa tubuh gue oleng dan badan gue udah menyentuh tanah, tapi kepala gue enggak sempet jatuh karna ditahan sama tangan Lay. Dia ngelepasin tangannya dari kepala gue pelan-pelan setelah posisi gue stabil.

"Kalo diliat begini lebih bagus kan?" 

Gue pun mengedarkan pandangan ke sekeliling dan menyetujui ucapannya. Gue pun ikut menghirup napas panjang di sampingnya sambil merenggangkan tubuh gue yang terasa cukup pegal karena perjalanan jauh tadi.

 Gue pun ikut menghirup napas panjang di sampingnya sambil merenggangkan tubuh gue yang terasa cukup pegal karena perjalanan jauh tadi

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Lay lalu tersenyum ke arah gue. Senyum tulus, bukan seringai menyebalkan yang selama ini dia tunjukin ke gue. "Kita itu kecil, bukan siapa-siapa. Coba liat langit luas di atas sana."

Mata gue terarah untuk melihat langit yang terlihat begitu luas di atas sana. Lay benar, kami sangat kecil saat ini. Seorang Lay si anak mafia ternyata bisa berpikir kayak gini, batin gue kagum.

"Baju kita kotor," ucap gue setelah kami cukup lama berbaring dan menikmati pemandangan sekitar. Jujur aja gue nggak suka kotor-kotoran meskipun banyak daun kering yang membuat badan gue gak langsung nyentuh tanah.

"Tinggal nggak usah pake baju aja ntar," timpal Lay yang membuat gue reflek mencubitnya

"Aww!" untuk kesekian kalinya dia memekik kesakitan karena gue cubit.

Gue berdecak kesal. "Jangan sembarangan!"

"Gue bawa baju ganti buat kita kok," sahut Lay sambil ngusap-ngusap tangannya yang gue cubit tadi.

"Ya mandinya emang di mana?!"

"Ada sungai di deket sini," jawabnya enteng.

"Kalo ada yang ngintip gimana?"

"Gue jagain."

"Gue malah curiga elo yang ngintip nanti," ucap gue dengan curiga dan mata memicing.

"Ya udah tinggal mandi berdua biar nggak saling ngintip," ucapnya seenak jidat.

"Dasar gila!"

BAD SERIES (Eternal Love)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang