13. Don't worry

76.4K 11.3K 923
                                    

Sekarang udah jam sepuluh malem, jam kafe tempat gue kerja tutup. Gue pun membersihkan meja dan juga kursi yang sudah di gunakan dengan lap tangan. Sedangkan partner gue kerja, Kun lagi ngepel lantai.

"Lo besok masuk apa?" tanya Kun tiba-tiba ke gue. Tumben, nggak biasanya dia nanyain jadwal gue. Apa dia mau tukeran shift?

"Besok jadwal gue libur. Kenapa?" tanya gue dengan sedikit ketus. Gue mau istirahat besok, dan gue nggak mau ada gangguan dalam bentuk apa pun. Termasuk tukeran shift.

"Nggak apa-apa, nanya aja kok," jawab Kun mencoba santai.

Kita masih sibuk bersih-bersih sambil diiringi lagu-lagu dari mas-mas westlife yang enak banget buat didenger itu. Tapi suara Mas steve yang lagi nyanyi tiba-tiba terinterupsi sama suara Mas Bruno Mars yang berasal dari ponsel gue.

Incoming call from setan 😈...

Gue menghela napas kasar sebelum menggeser tombol hijau di layar ponsel gue.

"Lo dimana?" tanya Lay di seberang tanpa tedeng basa-basi.

Gue rasa dia nggak tau deh tentang kata halo atau salam yang diucapkan untuk memulai sebuah pembicaraan di telepon. Jadi orang nggak ada basa basinya banget.

"Di kafe, kenapa?" jawab gue jutek.

"Jangan pulang sebelun gue jemput."

Lah tumben amat, nggak biasanya dia kayak gini.

"Lho, emangnya kenapa?"

"Jangan pulang ke apartemen lo hari ini. Tunggu gue."

Seenaknya banget ini orang ngelarang larang gue pulang ke apartemen gue. Emang dia siapa?

"Emang kena--"

"Jangan banyak tanya! Ikutin aja apa omongan gue!" potong Lay dengan sedikit membentak, dan sambungan telepon itu terputus gitu aja setelahnya.

"Dasar manusia suka seenaknya!" maki gue ke arah ponsel gue yang bikin Kun ngeliatin gue heran. Kalau gue nggak inget nyari uang susah, pasti udah gue lempar tuh ponsel.

"Siapa Git?"

"Setan," jawab gue sekenanya yang bikin Kun melongo.

"Setan yang suka gentayangin hati lo kali?" ledek Kun nyoba bercanda.

"Lo mau itu ember gue tumpahin dan lo ngepel ulang semua dari awal?" tanya gue sambil menunjuk ember yang berisi air hitam yang cukup pekat bekas mengepel yang bikin Kun mengkeret.

"Itu mah lo yang setan," umpat Kun pelan yang masih bisa kedengeran di kuping gue.

"Gue tendang beneran nih ya Kun!"

"Iya ih ampun!!" ucap Kun sambil ngibrit bawa embernya masuk ke dalem ruang serbaguna kafe ini dan berdecak dengan kelakuan gue barusan.

Satu jam berlalu dengan cukup lama. Gue nggak tau apa yang ngebuat gue ngikutin omongan Lay buat nunggu di kafe. Kafe tempat gue kerja udah tutup sejak tadi dan gue masih mematung nungguin dia di depan kafe.

Sekarang udah jam sebelas, udah satu jam gue nunggu dan gue hampir mati beku karena angin malem yang kenceng banget sedangkan gue cuma make sweater tipis malem ini.

Untungnya nggak lama kemudian gue ngeliat mobil Lay berhenti di depan kafe gue dan dia keluar dari mobilnya dengan sedikit tergesa dan langsung menghampiri gue. Satu hal yang bikin gue kaget adalah, dia langsung meluk gue...

"L-lo kenapa sih?" tanya gue bingung sekaligus gugup karena sikapnya yang tiba-tiba gini.

Dia nggak ngomong apa-apa setelah ngelepas pelukannya, tapi dia malah ngegenggam tangan gue yang udah dingin banget dan ngegosok-gosok tangannya di tangan gue. Pas udah selesai, dia naruh tangannya di pipi gue. Gue gatau ini efek tangan dia atau gimana, yang jelas pipi gue ngerasa lebih hangat sekarang.

BAD SERIES (Eternal Love)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang