Inggrid's POV
Gue bingung gimana harus memulai terapi kognitif gue sama Yixing, karena dia bener-bener kayak udah kehilangan arah antara dunia nyata dan juga delusinya. Dia memperlakukan gue selayaknya istrinya. Untung aja dia nggak melakukan hal lebih jauh selain memeluk gue dan juga mencium kening atau pun rambut gue. Karena si kembar mulai tidur di kamar yang gue tempatin sama Yixing.
Sebelumnya si kembar tidur sama bibi, tapi semenjak gue di sini mereka jadi tidur di sini karena mereka nggak mau lepas dari gue. Seorang anak bagaimanapun perlu tangan dari sosok seorang ibu untuk berkembang secara sempurna. Baik mental maupun fisiknya.
Malem ini mereka berdua kompak rewel, badan mereka juga hangat hal itu bikin gue dan Yixing khawatir. Yixing menggendong keduanya sekaligus tapi dia kelihatan kewalahan karena si kembar terus berontak di gendongannya. Gue pun berinisiatif mengambil salah satunya dari tangan Yixing dan menggendongnya sambil mengambil kompresan sachet khusus untuk bayi yang tersedia di laci milik Kenzo sama Kenzi.
Setelah selesai mengurus Kenzo, kini gantian gue ngambil Kenzi di tangan Yixing. Yixing hanya diam memperhatikan gue yang lagi mengurus anaknya sampai mereka tertidur lelap.
"Kamu... tumben mau nenangin si kembar," ucap Yixing dengan sedikit ragu.
Gue pun berpikir untuk mencari jawaban yang tepat. "Mereka juga kan anak aku." Pada akhirnya gue memilih kalimat itu sebagai jawaban.
"Aku kira kamu belum sembuh dan masih takut sama anak kita," balas Yixing.
"Maksud kamu?" tanya gue heran.
"Aku pernah baca soal baby blues, di mana ibu yang takut sama bayinya sendiri. Selama ini kamu nggak pernah mau ngegendong mereka aku kira karena itu," jawab Yixing.
Jadi ini yang membuat dia nggak heran karena sosok 'istrinya' nggak pernah mau menggendong dan berinteraksi dengan anaknya. Otaknya mengatur jika istrinya mengalami baby blues sehingga tidak mau berinteraksi dengan bayinya. Padahal istrinya sudah pergi.
"Yi? Kamu ngerasa ada yang beda dari aku?" tanya gue untuk membuka celah perbedaan antara dunia delusi dan kenyataannya.
"Kamu sekarang lebih diem Git, lebih sabar juga sama aku. Kamu lebih sering berinteraksi sama anak kita," jawab Yixing.
"Itu karena─" Ucapan gue terpotong karena Kenzi yang menangis. Gue pun mengambil Kenzi untuk membawa dia ke gendongan gue dan menenangkannya. Yixing menghampiri gue dan mengelus rambut Kenzi dengan lembut.
"Aku seneng kamu udah bisa nerima mereka," ucap Yixing penuh syukur
Kalau gue bilang gue bukan istrinya sekarang nggak mungkin. Kondisi si kembar lagi nggak bagus, dan gue nggak bisa menebak respon yang akan dikasih Yixing nantinya. Gue takut dia ngamuk atau melakukan sesuatu yang di luar kendali gue. Sehun pernah bilang kalau Yixing punya pistol karena basic keluarga dia itu mafia. Gue memilih untuk bermain aman dan tidak bertindak gegabah untuk saat ini.
Gue akan memperbanyak perbedaan-perbedaan antara gue dengan mendiang istrinya untuk memberikan perbedaan antara dunia delusi Yixing dan juga dunia nyatanya.
Sebuah pelukan dari belakang mengagetkan gue. Yixing kini memeluk gue dari belakang dan menaruh dagunya di bahu gue. Tangannya menyusuri lengan Kenzi yang lagi gue gendong. "Aku selalu berharap bisa meluk kamu yang lagi gendong anak kita, tapi aku mhgak pernah ngomong karena aku tau kamu masih perlu proses untuk nerima mereka."
Kamu yang masih perlu proses untuk merelakan istri kamu Yixing...
"Sekali lagi makasih karena udah ada di sini, untuk aku sama mereka."
KAMU SEDANG MEMBACA
BAD SERIES (Eternal Love)
Fanfiction#2 in Fanfiction 05.02.2017 "Even till now, my heart still belong to you... my eternal love" Kisah tentang dua anak manusia yang bertemu dalam sebuah ketidaksengajaan yang penuh perdebatan dan juga kepura-puraan hingga keduanya harus mengakui bahwa...