Hubungan gue sama Lay semakin lama makin aneh. Ya, sekarang kami berdua tinggal bareng. Kadang dia yang nginep di apartemen gue, kadang juga gue yang nginep di apartemen dia.
Dia nggak balik ke apartemen gue kalo lagi ada urusan ribut sama geng lain doang, selebihnya dia pasti ke apartemen gue. Dia udah nggak pernah ke klub lagi katanya, dan dia bilang kalau dia nggak pulang berarti emang dia lagi ribut sama temen-temennya. Bukan main ke klub.
Tapi emang gimana mau ke klub, orang jam sepuluh malem dia pasti udah nongol di apartemen atau di depan kafe buat jemput gue.
"Malem ini lo kerja lagi?" tanya Lay yang gue jawab dengan anggukan.
Sekarang kami lagi sarapan di apartemen gue, menunya cuma susu sama sereal sih soalnya gue nggak sempet masak. Tapi Lay gak pernah protes dan makan semua makanan yang gue sediain selama ini.
"Lo beli keperluan bulanan gih, shampo, sabun, pasta gigi dan teman-temannya udah abis," titah gue ke Lay.
"List dan catet aja merknya biar anak buah gue yang beli," jawabnya enteng sambil menyedok serealnya.
Padahal kan gue pengen ngerjain dia yang lebih sering jadi benalu di apartemen gue dengan cara nyuruh dia belanja. Tapi responnya malah kayak gitu.
"Lo ambil laundryan jangan lupa, ntar sore kan gue kerja."
"Biar anak buah gue yang ngambil, mana sini struknya."
Gue mendelik mendengar respon Lay. "Semua aja anak buah lo! Apa yang bisa lo lakuin sendiri sih?" sungut gue kesel.
"Yakin mau tau?" tanya Lay dengan seringai mesumnya.
Gue males nih kalo dia udah ngeluarin muka ngeselinnya kayak gini, jadi gue lebih milih untuk nggak bahas lebih lanjut topik ini.
"Sana lo pergi cepetan, udah enek gue liat muka lo mulu!" protes gue.
"Ntar nggak ngeliat gue malah kangen loh," timpal Lay dengan pede.
"Kangen pengen nyakar muka lo sih iya," jawab gue.
"Mama nanyain lo mulu tuh, anaknya dia sebenernya gue apa lo sih?"
"Lo jangan ngeselin makanya, nyampe nyokap lo aja nggak pengen punya anak kayak lo!" ledek gue ke Lay yang membuat Lay berdecak kesal.
"Mulut lo minta dicium banget,"
Gue cuma muter kedua bola mata gue males, gue udah nggak mempan lagi di ancem kayak gini. Dia mah ngomong doang akhir-akhir ini.
"Cium mulu yang ada di otak lo, selesaiin tuh skripsi!"
"Nggak ada waktu gue mikirin skripsi,"
ANJIR...
"Terus lo ngapain buang buang waktu di apartemen gue kalo nggak ada waktu buat mikirin skripsi hah?"
"Gue udah pake joki, tinggal konsul sama revisi doang," jawabnya enteng.
"Idup lo tuh serba instan ya, lo nggak menikmati proses namanya. Dimana-mana gak ada yang instan! Semua butuh proses. Mie instan aja butuh proses biar jadi mateng."
"Cuma tiga menit," timpal Lay kayak nggak ada dosa.
"Gue lagi nggak bahas waktunya, gue lagi bahas filosofinya!" bentak gue dengan kesel.
Dia naruh sendoknya tiba-tiba dan mengecup bibir gue dengan seenak jidat yang membuat gue terdiam.
"Haruskah gue ngelakuin ini setiap kali untuk ngebuat lo diem?"
Waduh hari ini dia lagi nggak main-main rupanya...
"Bisa nggak lo berhenti seenaknya?" kata gue sebel.
"Seenaknya udah jadi nama tengah gue, so lo harus bisa nyesuain itu."
"Dasar brengsek!" umpat gue untuk ke sekian kali.
Dia malah nyium bibir gue lagi, sekarang nggak cuma ngecup, dia melumat juga ngegigit bibir gue cukup lama yang membuat gue keabisan napas.
"Gue nggak suka dipanggil cowok brengsek sama lo sebenernya," kata Lay setelah melepas pagutannya.
TERUS APA NAMANYA KALO NGGAK BRENGSEK KALO GINI?!
"Lo... gay?" tanya gue sambil melihat Lay dengan pandangan menilai.
"Gue telanjangin lo sekarang ya! Kita liat lo masih bisa bilang gue gay atau enggak!" timpal Lay kesel..
Tangan gue reflek melempar botol kecap plastik yang masih terisi setengah ke arah mukanya.
"ADUH! SINTING LO GIT!" teriak Lay kesakitan.
Gue langsung masuk ke dalem toilet ninggalin Lay yang masih misuh-misuh di luar. Menghindari resiko Lay akan kembali berbuat hal yang aneh-aneh.
Gue baru masuk ke dalam kamar mandi dan bersiap untuk mandi saat gue menyadari sesuatu. "LAY!" teriak gue dari kamar mandi.
"Apaan lagi sih?!" balas Lay sewot dari luar. Kayaknya dia masih kesel sama gue yang ngelempar mukanya pakai botol kecap tadi.
"Gue haid!"
"Terus? Gue belom ngapa-ngapain lo kan? ngapain sekarang lo bilang kalo lo lagi haid ke gue?"
Dasar manusia brengsek! Otaknya nggak jauh dari selangkangan!
"Stok pembalut gue abis,"
"lo nyuruh gue beli nih?"
Nah, peka dia...
"Iyalah! Bisa bocor duluan kalo gue yang beli ke minimarket bawah."
"Gue suruh anak buah gue,"
"Gue butuhnya sekarang! Anak buah lo kan masih lama!"
"Apa kata orang kalo mereka ngeliat gue beli pembalut?!"
Gue bisa bayangin alis Lay diluar lagi berkerut kesel di luar sana, dan muka ngeselinnya yang minta ditimpuk pakai bola kamper kamar mandi.
"Emang anak mafia nggak boleh beli pembalut apa?! Lagian juga nggak ada yang tau lo siapa kan disini."
"Kalo musuh gue liat gue bisa jadi bahan ketawaan seumur idup, lagian gue harus ngomong apa sama kasirnya nanti?"
"Ya nggak usah ngomong lah!"
"Dia pasti natap gue curiga, gue nggak mau! Mana ada laki-laki beli pembalut!"
"Bilang buat nyokap lo kek!"
"Nyokap gue udah menopause!"
"Bilang buat adek lo kalo enggak!"
"Gue nggak punya adek!"
"Bilang buat pacar lo kek!"
"Ya malu lah masa beliin buat pacar, mbaknya pasti nyangka macem-macem."
Tumben. Di depan nyokapnya biasanya kan dia nggak tau malu.
"Bilang buat istri lo! Puas?!"
"Oke nanti gue bilang."
HHHHH dasar tukang ngabisin stok kesabaran.
"Beli yang panjang ya! Yang ada sayapnya."
"Apa bedanya emang? Bisa terbang dia?"
Gue sekarang gantian yang misuh-misuh di dalem kamar mandi.
"Nanti gue tunjukin lo apa bedanya! Beliin dulu makanya!"
Gue ngedenger suara pintu apartemen gue yang ditutup setelahnya. Dan lima belas menit kemudian pintu kamar mandi gue diketok, dan Lay ngasih satu plastik penuh dengan berbagai macam dan jenis pembalut.
Gue mau komentar, tapi gue ngeri dia malah ngedobrak masuk nantinya. Jadi gue terima dulu plastiknya yang berisi berbagai jenis pembalut itu dan ngambil salah satu yang cocok sesuai dengan kebutuhan.
"Lo ngapain beli sebanyak ini?!" tanya gue begitu keluar dari kamar mandi.
"Lo katanya mau nunjukin bedanya, ya gue beli semua lah yang merk dan warnanya beda. Gengsi juga gue nanya ke mbanya soal yang mana yang ada sayapnya apa enggak."
Tingkatkan kesabaran gue Ya Tuhan....
KAMU SEDANG MEMBACA
BAD SERIES (Eternal Love)
Fanfiction#2 in Fanfiction 05.02.2017 "Even till now, my heart still belong to you... my eternal love" Kisah tentang dua anak manusia yang bertemu dalam sebuah ketidaksengajaan yang penuh perdebatan dan juga kepura-puraan hingga keduanya harus mengakui bahwa...