Warning : mature konten
Gue terbangun karna pergerakan Lay yang tiba-tiba di samping gue. Di luar hujan udah berhenti tapi suasana masih gelap. Suara gemerisik di balik semak-semak membuat gue sedikit takut.
Gue melihat Lay menajamkan pendengarannya ke arah semak-semak itu. Lay reflek ngambil pistol yang dia taruh sebelum kegiatan kami semalem. Suasana tiba-tiba berubah tegang. Gue menelan ludah gugup, ngeri sejenis gerombolan waktu itu yang ada dibalik semak-semak.
Nggak lama gue ngeliat kelinci warna coklat muda keluar dari balik semak-semak itu. Gak cuma satu, ada tiga kelinci. Hal itu membuat gue menghela napas lega karena ternyata dugaan gue salah.
Lay ikut menghela napas lega. "Maaf ya, jadi kebangun," kata Lay yang gue jawab dengan kata enggak apa-apa.
Dia narik gue kepelukannya lagi setelah naruh pistolnya di area yang masih kejangkau sama tangannya.
"Lo selalu sepeka itu sama suara-suara sekecil apapun?" tanya gue penasara. Pasalnya Lay terlihat begitu awas saat mendengar suara tadi.
"Kehidupan gue mengajarkan gue untuk selalu waspada di segala kondisi." ]
"Kalo kayak gitu lo kapan tenangnya coba? Katanya lo butuh ketenangan. Lagi liburan gini aja masih bawa pistol," protes gue. Sejujurnya gue nggak sadar akan kehadiran pistol itu semalam karena Lay bikin gue nggak fokus sama hal lain selain dia.
"Kalo bisa dibilang ini saat terlemah gue. Tanpa pengawalan, pengawasan dan gue juga sama lo. Kalo mereka nyerang gue dan gue nggak bawa senjata apa pun, pasti gue akan nyesel nanti."
Masih jadi prioritaskah gue walaupun bukan Mama Papanya nggak tau kayak waktu kita lagi di China kemarin?
"Kalau liburan gini malah bikin lo nggak tenang, seharusnya nggak usah dilakuin," kata gue sedikit nyesel.
Bukannya ngejawab, tapi Lay malah nyium bibir gue. "Gue tenang kok, cuma tadi reflek aja," timpal dia setelah melepas ciumannya.
Sialan, dia tau aja yang bisa bikin gue diem!
Lay mengelus rambut gue dengan lembut dan ngerapihin beberapa anak rambut yang nutupin muka gue. "Gue udah ngadepin banyak hal, dari mulai gue diculik pas kecil sampe bikin trauma, dihajar orang, dijatohin, dijahatin, dikecewain dan dikhianatin. Semua hal itu yang bikin gue kayak sekarang, selalu waspada dalam keadaan apapun." Gue pun memeluk dia, entah mengapa dia malah keliatan rapuh di mata gue sekarang meski hal yang dia ceritakan adalah hal yang hebat menurut gue.
Gue nggak tau siapa yang mulai tapi yang jelas sekarang kami udah sibuk saling memagut dan menyentuh satu sama lain lagi. Gue pun melepas tautan kami setelah ngerasa nggak kuat. Gue menenggelamkan muka gue diperpotongan bahu Lay, dan gue bisa mendengar detak jantung gue maupun dia yang menggila.
"I need you," kata Lay dengan suara yang serak dan juga berat.
Sial. Ngedenger suaranya aja udah bikin gue lemah.
"i want you now," jawab gue yang bikin seringai sexy di bibir Lay tercipta.
Tangan dan bibirnya mulai bekerja di tempat-tempat sensitif yang membuat gue mengalunkan namanya tanpa sadar. Dia juga nambahin beberapa tanda tambahan setelah yang semalem. Dan kami melakukannya lagi sampe matahari terbit.
Bener kata Mamanya, kalo udah minta jatah dia susah berhenti.
.....
Kami pulang agak siang karna tidur lagi setelah melihat matahari terbit. Muka gue merah sendiri ngeliat kekacauan yang ada di belakang mobil pas bangun tadi.
KAMU SEDANG MEMBACA
BAD SERIES (Eternal Love)
Fiksi Penggemar#2 in Fanfiction 05.02.2017 "Even till now, my heart still belong to you... my eternal love" Kisah tentang dua anak manusia yang bertemu dalam sebuah ketidaksengajaan yang penuh perdebatan dan juga kepura-puraan hingga keduanya harus mengakui bahwa...