Gue terbangun karena mendengar suara rintik hujan di luar, dan gue ngeliat Lay yang masih tidur nyenyak di samping gue.
Gue bangun dari kasur dan memperhatikan wajah Lay dari pinggiran kasur.
Kalo lagi tidur ternyata dia nggak kayak setan, malah keliatan lucu.
Gue hampir ngejengkang ke belakang begitu ngeliat Lay ngebuka matanya secara tiba-tiba dengan sunggingan senyum meledek.
"Ngapain ngeliatin? Naksir?"
Sialan dia udah bangun ternyata!
Gue memilih untuk menghindarinya dengan beranjak menjauh dari kasur, tapi dia malah narik tangan gue yang bikin gue jatuh ke kasur dan menindih badannya. Dia memeluk tubuh gue yang membuat gue memberontak. Semakin gue memberontak, semakin dia mengeratkan dekapannya.
"Diem sebentar, anget," ucapnya sambil membawa tubuh gue ke sampingnya tanpa melepas pelukan kami.
Gue pun membiarkan dia seenaknya meluk gue, dan yang tersisa di ruangan ini hanya hembusan napas teratur kami berdua selain suara rintik hujan di luar sana. Pelukannya memang hangat di pagi hari yang cukup dingin ini.
"Nanti sore jangan kerja ya. Di rumah ada arisan dan mamah pengen lo ikut."
Gue mendorong badan Lay sedikit menjauh agar bisa menatapnya. "Ngapain gue ikut sih?" tanya gue heran.
"Nggak tau, tanya aja nyokap. Gue sih milih ikut daripada pistolnya keluar semua." Jawaban Lay membuat gue mengkeret.
Sialan dia tau aja yang bikin gue takut!
"Tapi gue ngerasa nggak pantes, pasti yang dateng ibu ibu sosialita gitu kan?" Kini gue merasa khawatir dengan orang-orang seperti apa yang sekiranya datang ke acara itu.
"Anak-anaknya juga ada kok, kita biasanya misah nanti. Gabungnya di awal aja," jelas Lay sambil menarik gue kembali ke pelukannya.
"Lo kenapasih peluk-peluk mulu?!" tanya gue kesel.
"Gue nggak terlalu suka dingin, kenapa? Lo nggak suka gue peluk?"
"Enggak, gue risih!" jawab gue jujur.
"Kalau gitu lo angetin gue sekarang, dan gue nggak bakal peluk lagi deh," timpa sambil nyengir mesum.
Gue cuma noyor kepalanya dan ngatain dia mesum sebagai balasan kalimat dia barusan. Gue jelas tau yang dimaksud dia dengan angetin itu apa.
"Cowok dimana-mana sama aja, brengsek!" umpat gue.
"Semua cewek selalu ngomong gitu. Cowok kalo gak brengsek ya gay," jawab Lay santai.
"Pada kenyataannya gitu kan? Karna cowok gay nggak nyakitin hati perempuan. Dia nyakitin hati laki-laki pasangannya."
Gue ngeliat Lay ketawa geli di depan muka gue setelah gue ngomong kayak gitu. Seakan perkataan gue adalah hal uang lucu.
"Kenapa lo ketawa?"
"Omongan lo lucu aja. Kayak baru pertama disakitin cowok."
"Well, sejujurnya ya. Mark cowok terbrengsek yang gue kenal. Sama lo juga sih."
"Jadi... lo nggak menganggap gue gay?" tanyanya dengan senyum menyebalkan.
"Emang lo gay?" Gue balik bertanya.
"Mau gue buktiin nggak sekarang?" ucap Lay dengan suara yang sengaja di seksi-seksiin di kuping gue yang bikin gue merinding. Gue reflek ngedorong badannya yang masih meluk gue dan bangun dari posisi tiduran gue.
Gila! Bahaya banget ini orang.
Gue ngedenger dia ketawa di belakang gue dengan suara khasnya. Dia biasanya selalu ngancem gue dengan segala ancemannya. Tapi akhir-akhir ini dia lebih suka ngancem dengan ucapan vulgarnya.
Sialan dia pasti ngeledek gue nih sekarang...
Gue pun ngambil iket rambut gue dan ngiket rambut gue. Tapi tiba-tiba gue ngerasa tangan seseorang ngambil alih iket rambut dan juga rambut gue.
Lay... mau ngapain lagi sih dia?
Dia ngiket rambut gue dengan gerakan pelan dan juga terkesan sensual dengan menyentuh area tengkuk gue dengan perlahan sambil mengikat rambut gue dengan ikatan buntut kuda.
Gue bisa ngerasain hembusan napas dia di sekitar leher gue. Dan setelahnya gue ngerasa sebuah ciuman mendarat di tengkuk gue yang membuat dada gue berdesir.
Gue pun segera bangun dari kasur dan menghadap kearah Lay. "Lo sinting ya!" maki gue.
"Sedikit," kata dia dengan seringai di wajahnya.
Gue buru-buru ngambil anduk dan masuk ke dalam kamar mandi buat mandi. Gue perlu air dingin untuk menenangkan kepala gue karena gue ngerasa panas sekarang.
Dan sialnya gue baru inget kalo gue nggak bawa pakaian gue di saat gue udah kelar mandi.
Sialan! Apa yang gue harus lakuin sekarang?
"Lay?!" teriak gue dari dalam kamar mandi.
"Ya?" sahut Lay. Berarti dia masih di dalem kamar gue sekarang.
"Keluar dari kamar gue!"
"Kenapa?"
"Pokoknya keluar!"
"Kalo gue nggak mau?"
"Pokoknya keluar!"
"Lo nggak bawa baju ya ke dalem?" tebaknya tepat sasaran yang bikin gue diem.
"Ya udah lo keluar aja dari kamar mandi, yang jelas gue masih mau tiduran," jawabnya santai tanpa memperdulikan gue yang panik di dalam kamar mandi.
Terus dia ngeliat gue handukan doang gitu?
"Gue nggak mau keluar sampe lo keluar dari kamar gue!" teriak gue nggak terima.
"Terserah lo kalo mau kedinginan dan masuk angin karena kelamaan di dalam sana. Yang jelas gue tetep di sini," ucapnya dengan nada yang tidak bisa diganggu gugat.
Sinting! Gila! Nggak waras! Dan segala penghuni kebun binatang gue absenin dalam hati.
"Udah kedinginan belum? Mau gue angetin sekarang?" tanya Lay setelah keheningan cukup lama.
"Dasar gila!" umpat gue dari dalem kamar mandi.
Gue masih nggak berani keluar sampe pintu kamar mandi gue diketuk dari luar. Tanpa harus berpikir lebih jauh, gue tau dengan pasti siapa pelakunya.
"Buka pintunya!"
"Lo mau ngapain?" tanya gue curiga.
"Buka sekarang dari pada gue dobrak."
"Satu,"
"Dua,"
Cklek.
Gue pun ngebuka pintu kamar mandi gue sampe ada celah kecil di sana, dan gue ngeliat tangan Lay yang nyodirin bra, celana dalem dan sebuah baju terusan. Gue buru-buru ngambil semua yang ada di tangan Lay dan nutup pintu kamar mandi lagi, dan gue keluar kamar mandi setelah memakai pakaian lengkap.
"Gue bisa bayangin bra sama celana dalem merah lo dari sini," unhkap Lay yang bikin gue ngelempar handuk gue ke arah mukanya.
Dasar mesum!
"Berapa banyak cewek yang lo tidurin sampe bisa tau ukuran daleman orang cuma dari ngeliat doang?" tanya gue sinis.
"Gue meluk lo juga sambil ngukur hal yang perlu gue ukur kali," jawabnya santai.
ANJIR LAH!
"Mati aja lo manusia mesum!"
KAMU SEDANG MEMBACA
BAD SERIES (Eternal Love)
Fanfiction#2 in Fanfiction 05.02.2017 "Even till now, my heart still belong to you... my eternal love" Kisah tentang dua anak manusia yang bertemu dalam sebuah ketidaksengajaan yang penuh perdebatan dan juga kepura-puraan hingga keduanya harus mengakui bahwa...