Part 7

20.3K 1.3K 22
                                        

Hari demi hari Katniss lalui sama seperti biasanya. Bekerja, lalu pergi untuk memeriksa toko bunganya kemudian kembali ke apartemennya yang dingin.

Hidupnya memang terlihat sangat membosankan, terkadang Vlexy yang datang untuk berkunjung. Katniss tidak habis pikir wanita itu akan sampai seperti itu untuk mendekatinya, pernah ia berfikir untuk menerima Vlexy, tapi sebuah ingatan keras menghantamnya untuk tidak semudah itu menerima seseorang dalam hidupmu.

Hidupnya yang kejam memberikannya pelajaran, bahwa tidak ada seorang pun yang mau berteman dengan ikhlas dan tulus.

Tidak ada.

Katniss terlalu lelah akan hidupnya, bahkan dulu sempat terlintas untuk lebih baik mengakhiri hidupnya ini, tapi lagi-lagi ia sadar bahwa masih ada yang membutuhkannya, termasuk para pegawainya.

Hidupnya rumit.

Terlalu rumit.

Terkadang saat merasa sedih Katniss mengharapkan sebuah pelukan hangat yang diberikan oleh seorang ibu, mungkin ia tidak akan pernah mendapatkan pelukkan seorang ayah, maka dari itu ia tidak berharap banyak, tapi sesulit itukah ia mendapatkan sebuah pelukkan hangat seorang ibu? Sesulit itukah?

Katniss turun dari taksi yang ia tumpangi setelah membayar argonya. Ia memegang erat tas yang ia sampirkan di pundaknya seraya memegang erat bunga ditangan satunya. Semua masa lalu berputar begitu saja saat ia melihat rumah di hadapannya.

Rumah yang seharusnya memberikannya kehangatan, rumah yang seharusnya memberikannya sebuah memori indah di waktu kecil, rumah yang seharusnya menjadi tempat ternyaman baginya tinggal, rumah yang seharusnya menjadi tempat teraman untuknya untuk lari dari kerasnya kehidupan dan rumah yang seharusnya memberikan kenangan indah untuk dikenang.

Seharusnya begitu bukan?

Namun seorang Katniss Orlando tidak pernah mendapatkan itu semua dari rumah sederhana di hadapannya. Ia tidak pernah mendapatkan rumah yang hangat, ia tidak pernah mendapatkan memori indah di rumah itu, ia tidak pernah mendapatkan rumah yang nyaman dan aman baginya tinggal, ia juga tidak mendapatkan kenangan indah yang seharusnya dikenang.

Melainkan sebuah tempat dingin, sebuah tempat yang memberikan memori buruk baginya, melainkan sebuah tempat yang sangat tidak nyaman untuk di tempati, bukan, bukan karena rumah itu kumuh ataupun jelek, tapi memang tidak ada yang indah dari rumah itu, bahkan rumah itu yang membuatnya merasa ia tidak pernah aman.

Tanpa sadar setitik air mata jatuh dari mata hitam indahnya. Wajahnya memang datar tidak menunjukkan ekspresi apapun, namun siapa yang tahu bahwa di dalam hatinya ia terluka dan tersakiti.

Tidak ada.

Hanya Katniss dan Tuhan yang tahu, bahwa wanita yang sedang memandangi rumah sederhana di hadapannya sedang menambah luka yang memang telah ada.

Katniss mengalihkan pandangannya, seraya berjalan menjauh dari rumah masa kecilnya. Ia berjalan masih dengan buket bunga ditangannya.

Saat sampai di tempat tujuannya wajahnya dingin, Katniss memandang apa yang ada di hadapannya, kemudian ia menaruh bunga yang sedari tadi ia bawa di atas gundukkan tanah. Sekarang yang ada dihapannya adalah sebuah makam dimana suatu hari nanti entah kapan semua umat manusia pasti akan berada di bawah tanah ini.

Itulah kehidupan.

"Aku datang." Ujar Katniss dengan datar.

"Aku datang lagi untuk mengunjungimu, entah kau disana suka ataupun tidak, aku akan tetap datang, karena ini kewajibanku. Jika kau berharap aku tidak pernah datang, kau salah. Karena ini hidupku dan aku yang menentukkan akan kemana aku pergi, sebenarnya aku berharap pada Tuhan untuk membuatku berdiam diri saja di apartemen, tapi seperti biasa, Tuhan tidak pernah memberiku kebahagiaan dan ketenangan seperti yang kau tahu." Katniss diam.

Me And You Both Of UsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang