Part 43

7.1K 580 22
                                    

Senyum itu sama sekali tidak bisa memudar dari bibirnya. Saat pikirannya mengingat kejadian-kejadian yang terjadi dalam hidupnya akhir-akhir ini mengundang senyum kebahagiaan di bibirnya.

Inilah yang selama ini ia impikan, hidup dalam kebahagiaan bersama orang yang ia cintai. Tapi dia tahu sebuah kebahagiaan tidak akan selamanya ada. Ia tahu itu, sangat tahu. Karena dia sadar kehidupannya bukanlah hal yang dapat mengundang sebuah kebahagiaan muncul begitu saja.

Mengingat ada orang yang membenci keluarganya dan ingin melenyapkan orang-orang yang ia cintai, membuatnya frustasi setengah mati. Tapi dia tidak akan tinggal diam, tidak sampai dia menangkap bajingan sialan itu. Sebenarnya siapa yang membenci keluarganya?

Sialan. Tidak bisakah ini semua cepat berlalu lalu ia akan hidup bahagia bersama orang yang ia cintai. Tapi sepertinya Tuhan selalu senang menguji umatnya bukan?

Saat Neil masih terdiam dengan pikirannya pintu ruangannya dibuka begitu saja dan ia melirik malas saat tahu siapa yang datang. Ketiga pria sialan yang selalu berhasil membuatnya kesal dengan tingkah laku mereka.

Oh apa lagi sekarang?

Mereka bertiga langsung duduk begitu saja di sofa yang berada di dalam ruangan ini, seakan dirinya tidak ada di dalam sini dan dia bukan siapa-siapa. Menggabaikan ketiga orang itu, Neil tetap fokus pada berkas-berkas yang berada di atas meja kerjanya. Ia ingin semua pekerjaannya ini cepat selesai dan ia segera pulang bertemu sdengan wanita cantiknya.

Salah satu di antara ketiga orang itu mendengus dengan keras saat mereka sama sekali tidak mendapatkan perhatian Neil.

"Oh ayolah Neil, kami ada disini dan kau mengacuhkan kami? Sungguh keterlaluan." Oceh salah satu di antara mereka bertiga.

"Sadarlah dude, sekarang teman bodoh kita telah memiliki seseorang yang tidak akan pernah ia acuhkan." Sahut suara lain seraya membuka majalah bisnis yang berada di atas meja yang berada di tengah-tengah sofa. 

"Ah iya, aku hampir lupa. Ternyata cinta juga dapat membuat seseorang lupa akan temannya bukan?"

"Hei! Aku tidak seperti itu kalian tahu?" Neil yang tidak terima mendengar perkataan itu menyahut melupakan berkas-berkasnya yang tadinya ingin ia selesaikan untuk menggabaikan ketiga pria itu.

"Akhirnya dia berbicara. Hei Jack katakanlah sesuatu untuk menyinggungnya."

"Diamlah Will." Ucap Bara dengan malas. Will selalu berhasil menjadi orang yang membuat mereka kesal dengan sikapnya itu.

Akhirnya setelah Bara berucap, Will diam. Tapi bukan Will namanya jika ia harus tahan berdiam dalam tempat menegangkan seperti ini.

"Ada apa kalian kemari?" Sebelum Will membuka suaranya, Neil lebih dulu menyela dan ia berterima kasih akan itu.

"Kau sudah yakin dengan keputusanmu Neil?" Tanya Jack.

"Keputusan apa maksudmu Jack?" Balas Neil bertanya merasa bingung akan pertanyaan Jack.

"Keputusanmu membiarkan semua orang tahu akan hubunganmu dengan wanitamu." Ucap Jack menatap ke arah kaca besar yang berada di dalam ruangan Neil.

Dia tidak pernah memikirkan hal ini akan terjadi, Neil dan Katniss -- mantan karyawannya, seharusnya dia tidak pernah membiarkan mereka dekat dan berakhir seperti ini. Seharusnya dulu Jack tidak pernah menantang Neil, karena dia tahu bagaimana sifat temannya itu.

Dan keputusannya salah, memang siapa yang akan tahu bahwa Neil menerima tantangannya dengan serius bahkan lihat apa yang di lakukan pria itu? Membawa Katniss kerumah pribadinya yang siapapun tidak tahu. Ini salah. Bara benar sejak awal seharusnya dia tidak menantang Neil, seharusnya Jack mendengarkan perkataan Bara, bahwa wanita itu -- Katniss adalah wanita yang juga memiliki arti penting untuk Revan.

Me And You Both Of UsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang