Part 10

19K 1.2K 47
                                    

Matahari menerobos masuk melalui celah-celah tirai yang terbuka, cahayanya membuat sepasang anak adam dan hawa yang sedang terbaring dengan posisi berpelukkan itu terpaksa harus membuka mata mereka yang terasa berat.

"Revan." Suara serak Katniss berusaha membangunkan Revan yang tengah memeluknya. Ia membuka matanya akibat sinar matahari yang benar-benar ingin masuk kedalam kelopak matanya.

Shit.

"Hmm..." Jawab Revan dengan gumaman malas untuk membuka matanya, alih-alih menghindari sinar matahari yang memaksa masuk ia malah menenggelamkan kepalanya di leher Katniss.

"Sudah pagi." Ujar Katniss, masih berusaha membuat pria yang sedang berada di lekukan lehernya terbangun.

"Aku tidak mengatakkan malam jika matahari memaksaku terjaga Kor." Balas Revan.

"Bangunlah." Perintah Katniss, ia memang memerintahkan Revan untuk terbangun tapi gerakkan yang ia lakukan pada rambut Revan malah membuat pria itu semakin berat meninggalkan ranjang.

Revano Brown, seorang pria yang ia kenal lima tahun lalu, mereka bertemu dalam sebuah kegelapan, sebuah kegelapan yang bisa saja menghancurkan mereka berdua saat itu juga jika saja mereka pasrah pada takdir yang diberikan oleh Tuhan.

Revano Brown, pria yang mengerti bagaimana seorang Katniss Orlando, pria yang tahu dan mengerti seberat apa kehidupan yang dijalani seorang Katniss Orlando. Karena apa, karena ia juga merasakan hal yang sama seperti yang dirasakan Katniss. Hanya saja kehidupannya lebih beruntung daripada wanita itu.

Hanya saja, Tuhan lebih berbaik hati padanya untuk memberikan penerangan dalam masa gelapnya dulu, sedangkan Katniss. Bukan, bukan karena Tuhan tidak berbaik hati pada wanita itu, hanya saja wanita itu belum menemukan cahaya terangnya dalam kegelapan yang dijalani Katniss. Karena itu lah mereka dekat.

Karena apa? Karena mereka saling memahami bagaimana menjalani sebuah perjalanan hidup di tengah-tengah kegelapan yang di berikan Tuhan.

"Kenapa bukan kau saja seseorang yang tepat berada di sampingku itu?" Tanya Katniss dalam sela-sela kegiatannya mengelus rambut Revan yang masih betah menenggelamkan kepalanya di lekukan lehernya dan memeluknya erat.

"Kita, sama-sama tahu bahwa Tuhan tidak menakdirkan kita berdua." Jawab Revan yang terdengar seperti gumaman jika saja ia tidak berbicara tepat di telinga Katniss.

"Karena Tuhan tidak pernah memberiku kehidupan yang mudah." Itu bukan terdengar seperti pertanyaan melainkan seperti pernyataan.

"Berhenti menyalahkan Tuhan Kor." Jawab Revan masih pada posisinya.

"Aku tidak pernah menyalahkan Tuhan Vano, aku hanya menyalahkan diriku sendiri yang terlahir ditengah-tengah kegelapan, kedinginan dan tanpa kasih sayang." Balas Katniss memandang kosong di depannya.

"Dan cukup menyalahkan dirimu sendiri Kor." Ujar Revan seraya semakin mengetatkan pelukannya pada Katniss.

"Kau harus bersyukur terlahir di tengah-tengah penerangan, kehangatan dan penuh kasih sayang Vano, meski saat pertengahan perjalanan kau sempat menghadapi kegelapan, kau harus tetap bersyukur Vano, hingga kau mampu menemukan kembali penerangan itu, sehingga kau dengan cepat dapat memperbaiki kepingan hatimu yang hancur, sedangkan diriku?" Ucap Katniss menggantungkan kalimatnya dan terdiam, tapi juga tidak berhenti melakukam gerakkan tangannya.

Revan berdiri dari posisinya, bukan berdiri dia hanya melepaskan pelukannya pada Katniss dan memandang Katniss dari samping seraya menumpukan bobot tubuhnya pada sebelah sikunya.

Ia langsung menyambar bibir ranum di hadapannya dan Katniss membalasnya menyeimbangi Revan seraya mengalunkan tangannya pada leher Revan. Tanpa Revan sadari ia telah berada di atas Katniss dengan tangan yang mencegahnya untuk jatuh di atas tubuh Katniss. Selama beberapa menit mereka berciuman secara panas seperti menyampaikan sesuatu tersirat dalam ciuman itu, Revan melepasnya dan memandang lekat-lekat mata hitam di hadapannya.

Me And You Both Of UsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang