Part 50

7.8K 570 34
                                    

Dua bulan berlalu tanpa dirinya.

Semua terasa hampa. Hatinya, hidupnya segala yang ia rasakan terasa hambar tanpa rasa apapun.

Saat kau kehilangan seseorang yang paling berharga dalam hidupmu, apakah yang akan kau lakukan?

Saat kau kehilangan seseorang yang merupakan tujuan kau masih berdiri tegak di dunia ini, apakah yang kau pikirkan?

Saat dimana waktu terus berlalu tapi Tuhan masih membuatmu terus bernapas, padahal kau tahu tidak ada lagi tujuan hidupmu di dunia ini. Semua terasa menyakitkan. Karena di setiap tarikan nafasnya, yang hanya dapat dia ingat adalah bagaimana senyum indah yang menghiasi paginya setiap kali dia membuka mata wanitanya selalu berada di sampingnya.

Namun, semua itu telah terampas paksa dari dirinya.

"Neil apa kau sudah makan?"

Pertanyaan itu ia abaikan bagaikan angin lalu. Sedangkan yang bertanya hanya bisa menghela nafas lelah. Sebab entah sudah yang keberapa kali pertanyaan ini ia lontarkan tetap tidak ada respon sama sekali. Bukannya dia merasa bosan karena selalu melontarkan pertanyaan yang sama, hanya saja dia merasa khawatir melihat kondisi Neil yang sekarang.

Lihatlah pria itu sekarang, dia yang sekarang dengan dia yang dulu bagaikan kepribadian yang berubah total. Jika rasa sakit yang dulu terjadi masih dapat Neil tangani meski perlahan, Will tidak yakin untuk rasa sakit kali ini.

Dia tahu wanita itu, Katniss Orlando telah memberikan pengaruh yang sangat besar bagi kehidupan temannya ini, pengaruh yang bahkan lebih mengerikan daripada yang diberikan oleh wanita pertama Neil. Chyntia Robinson.

Dan luka kali ini, tidak akan ada yang tahu kapan luka tersebut akan dapat terobati dan mengembalikan Neil yang dulu. Oh, mungkin itu hal yang mustahil, karena setelah semua ini siapapun tahu Neil yang dulu tidak akan kembali. Neil Anderson tidak akan pernah sama lagi setelah semua ini.

Tidak berapa lama pintu ruangan Neil terbuka menampakan Jack dan Bara yang baru saja datang. Karena seperti biasanya mereka akan kemari hanya untuk melihat kondisi teman mereka ini.

Jack menatap Will dan seakan mengerti maksud Jack hanya melalui tatapan, Will menggeleng dengan pandangan sendu. Begitupun Bara, dia menatap sedih temannya yang diam mematung dengan tatapan kosong yang paling ia benci. Pada akhirnya prediksinya mengenai semua ini tidak melesat bukan?

Nyatanya apa yang ia takutkan selama ini terjadi. Nyatanya kejadian yang terjadi ini hampir sama persis dengan apa yang pernah terjadi dulu.

Jack yang melihat kondisi temannya saat ini, tidak berhenti untuk menyalahkan dirinya sendiri. Pria itu beranggapan bahwa semua ini karena dirinya yang terlalu egois dan menggabaikan peringatan yang pernah di sampaikan oleh Bara. Hanya saja sampai saat ini mereka belum menerima kemarahan seorang Revano Brown. Tinggal menunggu waktu dimana pria itu akan segera meluncurkan bentuk kemarahannya.

Jack merasa seandainya dia tidak pernah melakukan taruhan dengan mengorbankan salah satu karyawannya hanya untuk membuat temannya ini kembali menjadi seperti apa yang pernah hilang, semua ini mungkin tidak akan pernah terjadi. Mungkin Neil tidak akan pernah merasa sehancur saat ini, mungkin Neil tidak akan pernah merasakan kehilangan lagi.

Dan mungkin wanita tidak bersalah itu tidak akan merasakan apa yang selama ini telah wanita itu rasakan. Seharusnya dia membiarkan semuanya mengalir bagaikan air, seharusnya dia tidak pernah ikut campur dalam urusan pribadi temannya dan seharusnya tidak ada lagi yang tersakiti disini.

Tapi penyesalan selalu datang di akhir bukan? Dan Jack menyesali semua yang telah terjadi disini. Dan saat ini apa yang harus dia lakukan?

"Pergilah kalian. Aku baik-baik saja." Ucapan tiba-tiba yang di keluarkan Neil mengejutkan ketiga temannya, yang memang sedari tadi masih menemaninya.

"Setidaknya makan lah di hadapan kami Neil." Ujar Bara membalas ucapan Neil, karena dia tahu temannya itu hanya ingin sendiri, tapi dia tidak akan membiarkan temannya itu terus menerus larut dalam kesedihan tak berkesudahan ini.

"Aku sama sekali tidak lapar." Jawab Neil.

"Kau lapar Neil, hanya saja kau menggabaikannya."

"Rasanya lebih baik seperti ini." Balas Neil kembali tenggelam dalam pikirannya sendiri.

Seketika keadaan kembali menjadi hening setelah Neil menyelesaikan perkataannya. Tidak ada di antara mereka yang ingin memecahkan keheningan ini, seakan inilah yang mereka butuhkan. Sebuah keheningan untuk merenungi semua hal yang terjadi.

Hal yang mereka sesali.

"Aku bahkan tidak dapat memikirkan apapun selain dirinya." Ucapan tiba-tiba Neil benar-benar mengejutkan ketiga pria yang masih duduk terdiam dalam ruangan Neil itu.

Perhatian mereka kembali teralihkan ke arah Neil yang seakan-akan menganggap mereka tidak ada dan seakan-akan pria itu berbicara pada dirinya sendiri.

"Pertemuan singkat kami... Aku tidak menyangka dia akan meninggalkan luka sebesar ini dan pertemuan singkat ini... Aku bahkan tidak pernah menduga akan sangat sangat mencintainya." Terjadi jeda sejenak saat Neil mengehentikan ucapnnya.

"Kalian pergilah, aku ingin sendiri." Lanjut Neil bahkan saat mengusir ketiga temannya itu, dia sama sekali tidak menatap mereka.

Jack, Will dan Bara memaklumi kondisi Neil. Maka dengan tidak banyak bicara, ketiga pria itu kembali meninggalkan Neil sendirian.

Rasanya Neil lebih baik sendiri, dengan sendiri dia tidak perlu terlihat tampak tegar menghadapi semua ini, dengan kesendirian dia tidak perlu menahan semuanya. Rasa sakit yang begitu menyiksanya, dia tidak perlu menahannya lagi. Langit tampak begitu gelap seakan menggambarkan bagaimana suasana hati pria itu. Rasanya walaupun langit begitu tampak cerah, dia... Tidak akan pernah dapat menikmati semuanya sama seperti dulu.

Karena cahaya dalam hidupnya akhirnya terampas kembali darinya. Bukankah kehidupan ini sangat kejam padanya? Pada mereka?

Kenapa setiap kali dia baru saja mendapatkan cahayanya, cahaya itu harus terambil lagi darinya? Kenapa setiap dia baru saja mendapatkan kebahagiaannya, kebahagiaan itu juga harus sirna darinya?

Apa dosa yang pernah ia buat dulu sehingga dia mendapat balasan yang sangat menyakitkan seperti ini?

Tidak bisakah Tuhan memberinya keringan sedikit saja?

Neil bangkit berdiri dari duduknya, melepaskan dasi dan jas yang masih melekat pada dirinya. Dia terlalu sesak dan merasa kesakitan dalam waktu yang bersamaan. Kepedihan dan kesakitan yang ia rasakan saat ini, benar-benar membuatnya sanbat kacau. Neil bahkan berangap dia tidak perlu makan, yang ia butuhkan hanya minum-minuman keras yang berharap dapat menghilangkan sedikit saja rasa sakit dan pedih yang ia rasakan.

Neil bergerak mengambil minuman keras yang entah sejak kapan selalu berada di manapun dia berada. Menuangkan cairan kecokelatan itu dalam gelas untuk dirinya sendiri. Dan kembali duduk dengan pandangan kosong.

Dua bulan ini terasa berat untukku lewati seorang diri tanpa kehadiranmu sama sekali yang selalu menyambutku di setiap harinya.

Tidak bisakah kita kembali pada waktu dimana kita bisa menghabiskan waktu dengan canda dan tawa?

Katniss Orlando...

Aku sangat merindukanmu. Apa kau mendengarnya? Dimanapun kau berada, dengarkanlah setiap rintihan pilu karena rindu dan rasa sakit ini.

TO BE CONTINUED

Me And You Both Of UsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang