Dengan senyum yang menghiasi bibir mereka berdua. Neil bahkan tidak peduli dengan tatapan penuh keheranan para staffnya. Terlebih lagi tautan tangan mereka yang tidak terlepas semenjak mereka keluar dari ruangan kerja pria itu.
Katniss menunduk malu-malu saat menyadari tatapan staff Neil yang mengarah pada mereka. Apalagi melihat bagaimana pria itu mengenggam lengannya.
Ya Tuhan.
Tenggelamkan saja dia sekarang.
"Neil." Panggil Katniss pada pria itu saat mereka telah berada di luar kantor setelah melewati lobby yang entah bagaimana tiba-tiba menjadi begitu panjang.
Neil berbalik menatap wanitanya dengan salah satu alis yang terangkat.
"What happened?" Tanya Neil seraya menaikkan salah satu alisnya.
"Aku malu." Jawab Katniss kembali menundukkan kepalanya dalam.
Neil terkekeh seraya menaikkan dagu wanita dengan lembut dan berkata, "Kau malu berjalan denganku?" Tanya pria itu lagi.
Katniss menggeleng dengan cepat sebagai jawaban.
"Tidak... Bukan itu."
"Biasakan saja sayang, mereka hanya perlu tahu bahwa kau milikku." Klaim pria itu kembali mengelus lembut rambut panjang wanitanya.
Entah mengapa mendengar perkataan Neil hanya membuat wajahnya terasa panas seketika.
Astaga.
Neil kembali mengandeng lengan Katniss. Sebelum mereka bertemu keluarganya, tadi Katniss menginginkan kue yang berada di toko depan kantornya. Tentu saja pria itu tidak akan menolak permintaan wanitanya.
Saat mereka masuk ke dalam toko dengan cepat Katniss menenpati meja yang kosong, agar mereka tidak menunggu terlalu lama. Karena dia ingin segera menikmati kuenya. Neil hanya menatap bagaimana antusiasnya Katniss saat menyebutkan pesanannya pada waitters. Menatap Katniss yang berbinar adalah suatu hal yang membuat hatinya menghangat dan mengembirakan.
Karena nyatanya wanita di hadapannya adalah pusat kebahagiannya.
Dia tahu bagaimana rasanya kehilangan pusat kebahagiaannya itu. Dulu dia pernah merasakannya dan dia tidak ingin lagi. Saat tahu bahwa Katniss pergi saja membuatnya frustasi dia merasa bahwa jika Katniss pergi tidak akan ada hal yang dapat dia lakukan.
Terdengar berlebihan mungkin.
Tapi Neil tidak peduli.
Dia hanya ingin mendeskripsikan rasa bahagianya akan yang terjadi saat ini, dia ingin mensyukuri setiap detik yang diberikan Tuhan untuknya menghabiskan waktu bersama seseorang yang ia cintai.
Neil terkekeh saat menyaksikan bagaimana semangatnya Katniss menghabiskan kue coklat pesanan wanita itu. Pria itu mengulurkan tangannya menghapus jejak coklat yang tertinggal di sudut bibir wanitanya. Mereka berdua tertawa bersama saat menyadari betapa kekanakannya Katniss.
"Setelah ini aku ingin hadiahku sayang." Ujar Neil menatap tepat pada manik mata hitam Katniss yang masih menunjukkan binar kebahagiaannya.
"Oke, asalkan kau terus membawaku kemari. Bagaimana?"
"As you wish My Queen."
******
"Kau harus bisa menghabisinya." Ujar sebuah suara di seberang telephone sana.
"Tentu."
"Habisi mereka berdua jika kau bisa melakukannya."
Terjadi keheningan sejenak dalam sambungan telephone tersebut.
"Ingatlah bahwa kita adalah musuh bebuyut mereka. Ingatlah bagaimana mereka mempermalukan keluarga kita. Ingatlah bagaimana dia telah merenggut nyawa ibumu karena telah membunuh adik lelakimu."
"Papa."
"Hancurkan setiap kebahagiaan yang terjadi dalam keluarga itu."
"I know."
"Dan jika kau gagal--"
"Aku tahu apa yang terjadi selanjutnya." Ujar wanita itu memotong perkataan seseorang di seberang sana dengan datar dan segera memutuskan sambungan telephone tersebut.
Matanya nyalang menatap ke arah depan sana, dimana dua orang berdiri bergandengan bersama dan tersenyum tampak begitu bahagia.
Dia tersenyum sinis menyadari jika kebahagiaan itu tidak akan lama lagi terenggut dari mereka berdua. Dia harus berhasil. Karena dia tahu seseorang tengah mengawasinya dari jauh meski dia tidak tahu dimana tepatnya. Tapi ancaman yang di lontarkan papanya bukanlah hal yang main-main.
Lagipula tanpa diperintahkan dia memang akan menghancurkan kedua insan itu. Selain rasa dendam yang telah ada sejak turun temurun, rasa dendam mendapat penolak secara langsung itu telah membuat perasaan penuh kebenciaan ini semakin besar.
Tanpa menunggu lebih lama lagi, saat ia menangkap pergerakan dari kedua insan itu segera ia menginjak pedal gas dengan sangat dalam.
"Kalian berdua. Selamat tinggal."
******
"Dia kehilangan banyak darah... Berikan penyumbatan." Teriakan itu terdengar begitu jelas masuk dalam pendengarannya.
"Hurry up..." Dia ingin tahu apa yang terjadi.
Tapi... Kenapa semuanya terasa berat.
"Kita membutuhkan darah..."
Darah?
Ada apa?
Tubuhnya terasa sangat sakit.
"Still awake up..."
Tapi dia tidak bisa.
Rasanya dia ingin tidur dengan begitu lama dan tenang. Terjauh dari rasa sakit yang menusuk di setiap tubuhnya.
Ini sakit.
Sangat-sangat sakit.
"Please don't close your eyes..."
Tidak bisa dia tidak bisa untuk tidak menutup matanya yang rasanya sangat berat ini.
Adakah seseorang yang bisa menjelaskan apa yang terjadi padanya?
Dia ingin bertanya tapi tidak bisa.
Neil?
Dimana Neil?
Dimana prianya?
Dia hanya membutuhkan prianya. Dia bahkan belum mengucapkan kata cintanya pada Neil, pada pria yang ia cintai.
Apakah ini semua akhirnya?
Apakah dia tidak akan memiliki kesempatan lagi?
Tuhan, ini sangat sakit. Sangat menyakitkan.
Jika ini adalah akhirnya dia hanya ingin mengatakan. Bahwa dia sangat mencintai Neil.
Neil, aku sangat mencintaimu dari yang kau tahu. Aku sangat bahagia dapat bertemu denganmu dalam kehidupan ini, jika aku tidak pernah bertemu denganmu aku tidak tahu apa jadinya aku saat ini. Terima kasih karena telah menghiasi hari-hariku dengan segala keindahan dan rasa cinta yang kau miliki untukku.
Maaf jika aku pernah menyakitimu tanpa ku tahu.
"Please wake up..."
"Everything gonna be okay..."
Tidak, tidak ada yang baik-baik saja sebelum dia melihat prianya. Satu-satunya yang dia inginkan adalah menutup matanya dan biarkan dia tertidur dengan nyenyak sekedar untuk menghapus rasa sakit di sekujur tubuhnya.
Biarkan dia beristirahat sejenak.
Dan membiarkan arus takdir membawanya entah kemana.
Dan di detik itu pula Katniss memejamkan matanya.
Selamat tinggal Neil Anderson.
TO BE CONTINUED
Mendekati Ending...

KAMU SEDANG MEMBACA
Me And You Both Of Us
Storie d'amoreDia hanya seorang wanita yang dingin tak tersentuh, berwajah datar dan kaku. Siapapun yang melihatnya akan tahu bahwa banyak sekali kesedihan yang tersimpan di dalam mata indahnya. Setiap orang yang telah mengetahuinya tahu bahwa jangan pernah mengh...