Part 40

8.6K 635 37
                                    

Tuhan itu adil, terkadang Tuhan bersikap terlalu adil pada umatnya. Tapi tidak jarang pula umatnya selalu menyalahkannya hanya karena satu penderitaan yang ia berikan, padahal kita semua mengerti mengapa penderitaan itu di buat, karena setelah penderitaan akan ada sebuah kebahagiaan besar.

Dulu Katniss pernah berpikir bahwa mungkin kehidupannya akan di penuhi dengan segala penderitaan dan kegelapan, dulu ia pernah berpikir bahwa mungkin sampai kapanpun ia akan hidup dengan wajah datarnya, tapi sekarang ia tahu setelah semua penderitaan itu, ia akhirnya mendapatkan kebahagiaannya, mendapatkan cahayanya. Neil Anderson adalah kebahagiaan dan cahayanya.

Bahkan Revan tidak ingin ikut campur dalam hubungan mereka, pria itu masih tidak ingin mengatakan alasan mengapa ia masih tidak mau kembali pada keluarganya, dan Neil menerima itu, meski dalam beberapa acara Katniss selalu membuat kedua bersaudara itu berkumpul, tapi kebekuan hati Revan seakan tidak pernah cair. Pria itu memang tidak secara langsung mengatakan ia membenci keluarga Anderson apalagi Neil, tapi jika terus diam seperti ini Katniss tidak dapat menebak apa yang di rasakan Revan sebenarnya.

Pria itu lebih pintar dalam menutupi perasaannya daripada dia. Revan lebih keras kepala daripada Katniss.

Saat bergelut dengan pemikirannya, Katniss merasakan pelukan dari belakangnya, awalnya ia terkejut tapi saat sadar siapa yang tengah memeluknya dengan posesif seperti ini membuatnya tahu siapa yang berada di belakangnya dan tengah memeluknya ini.

"Kau sedang apa?" Tanya Neil menyeruakkan kepalanya di lekukan leher Katniss.

"Sedang berpikir." Jawab Katniss apa adanya.

"Berpikir tentang masa depan kita?" Tanya Neil dengan percaya diri masih menyeruakkan kepalanya di lekukan leher Katniss, menghirup wangi wanitanya yang selalu dapat membuatnya merindukan Katniss.

Katniss terkekeh, "Iya... Tebaklah sesukamu." Jawab Katniss meletakkan tangannya di atas lengan Neil yang memeluknya. Neil terkekeh pelan, meletakkan dagunya di bahu Katniss.

Mereka terdiam, Katniss belum mengatakan pada Neil tentang pertemuaannya dengan wanita paruh baya itu, ini memang telah berlalu beberapa hari setelah percakapannya dengan Farah, tapi Katniss benar-benar tidak sanggup mengatakannya pada Neil, ia masih terlalu bimbang untuk mengatakannya pada Neil atau ia lebih baik diam saja dan menikmati kebersamaan mereka.

Tapi Katniss sama sekali tidak ingin melepaskan kebahagiaannya, ia tidak ingin melepaskan cahayanya, menerima semua yang di katakan Farah itu artinya ia harus kembali pada hidupnya yang gelap dan mungkin akan semakin gelap saat ia kehilangan Neil, Katniss sama sekali tidak akan pernah melepaskan pria ini, ia mencintai Neil dengan tulus. Apa ia salah bersikap egois seperti ini pada pria yang ia cintai?

Lagipula dia telah berjanji pada dirinya sendiri, bahwa dia tidak akan melepaskan cahaya yang selama ini ia harapkan, ia tidak akan melepaskan cintanya, ia tidak akan melepaskan Neil. Biarlah kali ini ia bertingkah egois, ingin memiliki Neil untuk dirinya sendiri. Memang apa yang salah dari itu semua? Salahkah dia yang mencintai Neil? Salahkah dia menahan pria ini untuk dirinya sendiri? Lagipula mereka saling mencintai.

Saat mereka berdua diam, deringan ponsel Neil menghancurkan keheningan itu, segera pria itu mengangkatnya, tapi ia sama sekali tidak melepaskan pelukannya pada Katniss.

"Ada apa?" Tanya Neil alih-alih menyapa seseorang di seberang sana.

"…"

"Apa kau bilang?!" Teriak Neil melepaskan pelukan mereka dan menjauh dari Katniss.

"…"

"Sialan apa yang kalian lakukan selama ini brengsek?!" Pria itu kembali berteriak dan kini wajahnya terlihat menahan marah, siapapun yang berada di seberang telephone sekarang, Katniss menyayangkan orang itu memberi kabar yang dapat membuat prianya marah.

Me And You Both Of UsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang