"Tuan, Mr.Brown baru saja kembali dan sekarang dia berada di kantornya." Ucapan itu berhasil membuat Neil menahan nafasnya seketika, menetralisir keterkejutan yang baru saja ia dapatkan.
Revan. Pria yang selama ini selalu ingin ia temui, sekedar untuk bertanya pertayaaan yang sama dan ia yakin, ia akan mendapatkan jawaban yang sama selama lima tahun terakhir.
"Putar arah, kita ke kantor Revan." Perintah Neil pada supir pribadinya yang segera dijawab dengan cepat.
Neil benar-benar tidak sabar untuk bertemu pria itu. Dia tidak akan menyerah begitu saja meski ia tahu jawaban apa yang akan diberikan pria itu padanya. Meski Neil tahu setiap jawaban yang terlontar akan kembali menyakiti dirinya sendiri. Dia tidak akan menyerah.
******
Pria itu berjalan dengan hawa intimidasi yang terasa. Berjalan di lorong yang hampir gelap, mengingat pukul berapa saat ini dan di mana ia berada. Berjalan dengan ekspresi datar yang tidak terbaca. Pakaian yang ia kenakan seakan mendukung bahwa pria itu tampak mengerikan. Berjalan di kegelapan dengan aura intimidasi yang kuat.
Rasanya, semenjak ia turun dari mobil, amarah itu tidak lagi tertahankan. Membuka dengan kasar ruangan itu, tidak mempedulikan jika seseorang yang berada di dalam bisa saja terkejut. Dia tidak peduli sekalipun orang tersebut mati mendadak karena terkejut.
Tapi semua itu tidak terjadi, karena seseorang yang berada di dalam ruangan itu, bukannya terkejut, hanya diam bergeming di tempatnya. Mengangkat salah satu alisnya menatap kehadiran Neil. Seakan tidak terkejut jika pria itu akan mendatanginya.
"Katakan dia di mana Revano Brown." Teriakan Neil, berjalan cepat dan menarik kerah kemeja Revan begitu saja, hingga pria itu berdiri dari duduknya.
Namun, seakan mengetahui bahwa hal ini akan terjadi, ekspresi pria itu tetap terlihat tenang dan hal tersebut memicu kemarahan Neil.
"Katakan dia di mana brengsek!" Teriak Neil dan satu pukulan menghantam wajah tampan sepupunya.
Bugh.
Pukulan itu mampu membuat Revan terhuyung kebelakang dan mengundang rasa nyeri pada pinggir bibirnya, tapi Revan tetap diam, menerima segala pukulan dari Neil yang seakan menjadikannya samsak tinju. Sialan ketenangan pria itu.
Bugh.
Revan bergerak cepat menerjang pria yang telah memukulnya. Memukul balik Neil, hingga terjadi baku hantam di antara mereka berdua yang tampaknya tidak ingin mengalah satu sama lain. Hingga pintu ruangan Revan dibuka dengan kasar oleh dua pria bertubuh besar, yang salah satunya adalah pengawal pribadi Revan dan mungkin pria satunya adalah pengawal pribadi Neil.
Kedua pria yang baru saja masuk itu segera melerai kedua pria berpengaruh tersebut. Berusaha menghentikan pertengkaran yang tengah terjadi di antara kedua tuan mereka.
"SIALAN!! KATAKAN PADAKU DI MANA KAU MENYEMBUNYIKANNYA BROWN?!" Teriakan itu mengema di dalam ruang kerja Revan.
Dan yang mendapatkan teriakan hanya tersenyum sinis seraya melepaskan genggaman pengawalnya yang berhasil menjauhkannya dari pria di hadapannya dan menghentikan pertengkaran yang terjadi. Berjalan mendekat seraya menghapus jejak darah yang mengalir di ujung bibirnya.
Pengawal pribadi Revan yang melihat hal tersebut merasa khawatir jika tiba-tiba Tuannya kehilangan kendali diri lagi. Merasa mengerti maksud sang pengawal, Revan menghentiknnya dengan berujar.
"Aku tahu apa yang akan aku lakukan." Ucap pria itu tanpa perlu menoleh ke arah pengawalnya.
Dan tetap melangkah dengan tenang ke arah seseorang yang baru saja menjadi lawannya.
Bugh.
"Tuan."
"Itu untukmu karena telah lalai menjaga Katniss."
Bugh.
"Ini karena kau telah membuatnya menahan semuanya sendiri."
Bugh.
"Dan ini untuk kau yang telah membuatnya menangis sialan! Dan jika kau ingin tahu di mana dia berada, perbaiki dulu semua kekacauan yang telah kau perbuat baru temui aku lagi brengsek!"
Setelah mengatakan hal tersebut, Revan berlalu dari ruangannya dengan pengawalnya yang setia mengekori sang Tuan. Meninggalkan Neil yang masih diam terduduk dan dibantu pengawalnya agar ia berdiri.
Pria itu tampak masih syok atas perkataan Revan. Jadi benar, selama tiga tahun ini, pria itu telah menyembunyikan wanita-nya. Dan sialnya hal itu berhasil dengan mudah tanpa dia bisa mengorek informasi sedikitpun mengenai keberadaan wanita-nya. Yang harus dilakukan Neil saat ini hanyalah memperbaiki apa yang tengah menjadi kacau di sini.
Dan setelah dia bisa memperbaiki semuanya, dia harus kembali menemui Revan. Tidak peduli berada di belahan bumi mana pria itu, Neil akan menemukannya, sekedar untuk membuat Revan mengatakan berada di mana belahan jiwanya.
******
Setiap menit berganti jam dan mulai berganti hari, setiap itu pula seorang Neil Anderson hampir tak pernah meninggalkan ruang kerjanya yang berada di perusahaan, sekedar untuk membuat semuanya kembali baik-baik saja dan dia tidak pernah menyangka selama tiga tahun ia hampir menelantarkan perusahaan keluarganya, selama itu pula tak ada hal yang baik-baik saja.
Inikah alasan mengapa Revan menyuruhnya untuk memperbaiki segala kekecauan yang telah dia perbuat?
Neil hampir mengerang kasar saat dia sadar kekacauan yang telah ia perbuat ternyata dapat menyita waktunya begitu lama. Karena dia mulai tidak sabar untuk segera menemui wanitanya.
Tapi tidak, Neil Anderson tidak akan menyerah begitu saja. Dua bulan, adalah waktu yang cukup untuk memperbaiki semuanya.
Dan di sinilah ia sekarang. Berada di belahan negara lain hanya untuk menjemput sang pujaan hati, setelah sebelumnya bertemu kembali dengan Revan dan mendapat sekali lagi pukulan telak di rahangnya. Oh, Neil tidak membalas, karena jika begitu, mungkin akan ada baku hantam kembali di antara mereka.
Pria itu menarik nafasnya dengan dalam, kembali melanjutkan langkahnya yang tiba-tiba terasa berat dan terbebani. Percayalah, Revan hanya mengatakan di mana Katniss berada, tapi pria itu tak mengatakan di mana tepatnya Katniss sekarang.
Tidak masalah, dia seorang Anderson dan hanya butuh beberapa waktu untuknya mengitari kota London untuk menemukan seorang Katniss. Dia hampir tak percaya Katniss berada di sini, sebab ia telah mencari Katniss hampir ke seluruh belahan negara, tapi wanita itu hilang seakan di telan bumi. Ah, dia lupa jika tengah berurusan dengan seorang Brown.
Neil menahan nafasnya, pandangannya hanya tertuju pada satu arah, wanitanya. Pada akhirnya Neil menemukan Katniss. Dia tidak beranjak dari samping mobilnya saat tatapannya terus terarah pada satu wanita yang tengah membelakanginya.
"Tuan, apa perlu saya memanggil Ms.Orlando?" Tanya supirnya saat menatapnya yang masih terdiam.
"Jangan, biar aku yang ke sana." Ujarnya dan dia segera melangkahnya kakinya mendekat ke arah orang yang sangat dia rindukan.
Nafasnya tercekat saat dia menyadar, Katniss tidak menyadari kehadirannya yang berada tepat di belakang wanita itu.
"Katniss."
TO BE CONTINUED
Menuju End
KAMU SEDANG MEMBACA
Me And You Both Of Us
RomanceDia hanya seorang wanita yang dingin tak tersentuh, berwajah datar dan kaku. Siapapun yang melihatnya akan tahu bahwa banyak sekali kesedihan yang tersimpan di dalam mata indahnya. Setiap orang yang telah mengetahuinya tahu bahwa jangan pernah mengh...