Part 15

15.5K 1K 15
                                    

Malam itu lima orang pria yang menjadi idaman para wanita berkumpul. Mereka bagaikan lambang kesempurnaan jika disatukan. Banyak para wanita berebut untuk dapat berada di dalam lingkaran itu. Mungkin agar mereka dapat mengenal para pria itu dan dapat mengencani salah satu di antara mereka.

Namun keberuntungan di dapat oleh seorang wanita cantik yang menjadi idaman para pria juga.

Mereka ber-enam sering sekali di sebut sebagai kelompok yang sempurna, meski hanya terdapat satu wanita dalam kelompok itu, tidak apa, itu tidak menjadi masalah selama mereka dapat menjaga wanita cantik tesebut.

Mereka berlima benar-benar menjaga wanita cantik itu. Wanita itu bagaikan sebuah berlian yang tidak dapat dimiliki oleh banyak orang. Banyak wanita yang iri melihat seberapa beruntungnya wanita itu dapat di kelilingi oleh pria-pria idaman mereka.

Mereka ber-enam sudah bersama sejak mereka kecil. Orang tua mereka adalah orang-orang terpandang di negara ini. Maka tidak salah jika mereka bersatu dan sering di sebut sebagai kelompok yang sempurna.

Wanita cantik itu selalu saja menjadi orang yang menengahi jika pria-pria yang mengelilinginya ini ada yang terlibat adu mulut. Ia bagaikan seorang malaikat yang dikirim untuk lima pria gila ini.

Namun meski begitu, tidak berarti diantara lima pria itu tidak menaruh hati pada sang wanita cantik tersebut bukan?

Seseorang di ciptakan dengan sebuah perasaan yang mereka miliki masing-masing. Maka tidak salah bukan jika di antara mereka menaruh hati pada wanita cantik tersebut?

"Dia mencintaimu juga." Ujar pria yang berada di luar pesta dekat kolam.

"Namun aku mencintaimu. Kita memang masih terlalu muda untuk mengatakan cinta, namun tidak ada yang tahu bahwa di umur kita yang muda ini, kita dapat mengenal cinta. Karena tidak ada yang tahu kapan datangnya cinta." Ucap wanita di sampingnya yang menatap sendu ke arahnya.

"Iya, tapi sejak dua tahun lalu, sejak aku merelakanmu bersamanya, aku berusaha untuk melupakan bahwa kita saling mencintai." Jawab pria itu tidak menoleh pada wanita yang mungkin sebentar lagi akan mengeluarkan air matanya.

"Tapi--"

"Lagi pula kita tidak pernah berkomitmen untuk bersama, yang kita tahu hanyalah, kita saling mencintai bukan? Maka tidak salah jika sekarang kau bersamanya." Potong pria tersebut cepat.

"Tidak bisakah kita bersama?" Tanya wanita itu seraya menunduk saat merasakan air mata mulai membasahi pipi mulusnya.

"Jika takdir berkehendak." Jawab pria itu dengan tenang, tetap tidak ingin memandang wanita di sampingnya.

Mereka terdiam, membiarkan malam menyaksikan ini semua, membiarkan sang rembulan menyaksikan bagaimana cinta mereka yang tidak dapat bersatu, membiarkan sang wanita itu mengeluarkan air matanya dalam diam saat mendengar jawaban pria yang di cintainya selama ini. Hatinya hancur saat mendengar jawaban itu terlontar dengan sangat tenang, namun tidak ada yang bisa ia lakukan lagi selain merelakan cintanya.

"Cynthia." Sebuah suara mengintrupsi membuat pria dan wanita yang tadinya terdiam setelah terlibat percakapan yang cukup membuat hati sang wanita hancur menoleh ke arah sumber suara.

Sang pria tersenyum mendapati pria, temannya, saudaranya berdiri di sana.

"Apa yang kalian lakukan di luar?" Tanya pria yang membuat mereka menoleh.

Sang wanita memilih tidak menjawab, alih-alih menjawab ia menghapus air mata yang telah membasahi pipinya. Sedangkan pria di sampingnya sama sekali tidak menoleh dan memilih mendekat ke arah pria yang mengintrupsi mereka.

Me And You Both Of UsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang