Part 51

7.5K 449 24
                                        

Lima bulan tanpa dirinya.

Disaat satu-satunya sinar matahari dalam hidupmu hilang. Apakah yang akan kau lakukan? Tetap diam termenung dibawah awan hitam yang menyelimutimu?

Atau berusaha tampak baik-baik saja padahal kau tahu hal itu malah membuatmu tampak menyedihkan.

Malam ini Neil kembali berada disini. Duduk diam di salah satu private room yang sudah menjadi tempatnya menghabiskan malam di dalam club yang beberapa bulan terakhir menjadi tujuannya saat Neil sama sekali tidak tahu harus pergi kemana. Setiap tempat yang akan menjadi tujuan pulangnya adalah tempat yang meninggalkan kenangan tentang Katniss.

Bukannya Neil membenci itu, tapi mengingat kenangan tentang itu, membuat luka yang bersarang dalam dadanya semakin terasa menyakitkan seakan seseorang tengah menaburkan garam di atas lukanya itu. Dan rasa rindu ini menyakitinya. Maka dari itulah, Neil lebih memilih menghabiskan waktunya di dalam club daripada harus kembali kerumah.

Karena hal itu akan semakin membuatnya berharap bahwa wanitanya akan segera kembali. Padahal siapapun tahu bahwa hal itu hanya akan menjadi angan-angannya. Karena...

"Setidaknya nikmatilah malammu dengan benar kali ini Neil." Ujar sebuah suara memecahkan keheningan di dalam private room yang telah Neil sewa. Sebenarnya tidak terlalu hening mengingat ini adalah club. Dan lebih sialnya bagaimana Jack bisa masuk kesini sedangkan dia telah memerintahkan beberapa orangnya untuk menjaga di depan.

Oh dia lupa bahwa pria di hadapannya adalah Jack Miller, pria yang akan melakukan apapun jika dia ingin.

Neil menggabaikan ucapan Jack dan memilih kembali menyesap minumannnya yang terasa panas saat mengalir dengan mulus ditenggorokannya, namun Neil menikmatinya. Seakan rasa panas itu memberinya ketenangan.

"Berhentilah bersikap seperti ini Neil." Jack kembali mengeluarkan suaranya saat dia tidak mendapatkan balasan sama sekali dari Neil.

"Sikap seperti apa?" Tanya Neil dan akhirnya pria itu mau untuk membuka suaranya untuk menyahuti perkataan Jack.

"Bersikap seakan-akan duniamu sudah hancur."

"Memang." Balas Neil cepat setelah mendengar penuturan dari Jack.

Dan tampaknya Jack salah berbicara, karena bukankah dunia pria itu memang sudah hancur semenjak perginya seseorang yang berarti bagi temannya tersebut. Bodoh kau Jack.

"Dia sudah pergi Neil." Ujar Jack mengingat pada pria itu.

"I know." Balas Neil seakan tidak peduli pada apapun yang di katakan oleh pria yang duduk di kursi seberang.

"Jika begitu kenapa kau selalu bersikap seperti ini?" Tanya Jack kembali masih tidak mengerti bagaimana jalan pikir temannya itu.

"Memang ada apa dengan sikapku? Kenapa kau sangat terganggu?" Balas Neil dengan pertanyaan namun dia sama sekali tidak ingin menatap Jack secara langsung.

Jack tahu hidup temannya ini telah hancur, dia tahu sikap Neil ini haya sekedar untuk menunjukan bagaimana hancurnya kehidupan pria itu saat hilangnya satu hal yang begitu berharga baginya.

Jack bahkan tahu bahwa selama lima bulan ini Neil rutin mengunjungi kantor Revan hanya sekedar untuk menanyakan keberadaan Katniss dan setiap kali itupun yang di dapatkan Neil hanya sebuah kehampaan dan jawaban yang sama. Bahkan Revan tidak lagi pernah mengunjungi perusahaannya yang berada di New York selama enam bulan ini. Itu artinya jika tidak ada yang memberitahu pria itu, mungkin Revan bahkan tidak tahu bahwa Katniss telah tiada.

Namun Jack bersyukur jika sampai saat ini Revan sama sekali tidak mengeluarkan kemarahannya, atau pria itu memang benar-benar telah lepas tangan untuk masalah Katniss dan Neil? Atau semenjak pria itu kembali membiarkan Katniss bersama Neil, semenjak itulah Revan bersikap tidak peduli?

Neil berdiri dari duduknya, menarik kembali perhatian Jack.

"Kau sudah akan pergi?" Tanya pria itu yang tentu saja dia tahu jawaban apa yang akan ia dengar.

"Rasanya kau hanya ingin mengangguku saja." Jawab Neil sarkastik dan segera berlalu dari tempat itu meninggalkan Jack yang hanya mampu menghela nafasnya dengan lelah.

Neil melangkahkan kakinya keluar dari club malam yang selalu dia datangi setiap malam selama beberapa bulan terakhir ini. Dia kacau? Oh tentu, dia sangat kacau, bagaimana dia bisa bersikap seakan-akan tidak terjadi apa-apa jika selama ini penyemangat hidupnya telah pergi.

Pergi, kembali meninggalkan dia dengan kesendirian yang menyiksa. Sebuah penyiksaan yang bahkan tidak pernah terbayangkan oleh Neil rasanya akan sesakit ini. Mungkin bagi orang lain, Neil akan mampu melewati semua ini dengan mudah, karena nyatanya pria itu juga pernah merasakan hal yang seperti ini.

Nyatanya tidak, rasa sakit yang ditimbulkan kini berbeda. Karena kuatnya rasa cinta yang ia punya antara Katniss dan Cynthia itu berbeda. Dan siapa yang mengira bahwa Neil begitu sangat mencintai seorang Katniss Orlando?

Tidak ada yang dapat menduga, bahwa pertemuaan yang terbilang singkat itu akan mengundang rasa cinta seindah dan semenyakitkan itu. Karena apa? Karena cinta itu layaknya hujan, yang tidak tahu kapan dan dimana dia akan jatuh dan kapan dia akan berhenti. Karena cinta juga nikmat yang diberikan Tuhan pada setiap umatnya yang bernama manusia.

Jika kau tidak merasakan cinta pada apapun, maka jangan sebut dirimu adalah manusia, mungkin kau memang manusia, tapi kau hanya raga tanpa perasaan yang benar-benar ada.

Maka yang dirasakan Neil bukanlah perasaan yang berlebihan. Karena dia hanya manusia biasa yang tidak akan bisa mengontrol perasaannya sendiri, jika bertemu dengan magnet yang selalu menariknya. Namun, tampaknya setelah kejadiaan seperti ini entah mengapa Neil ingin sekali mengontrol perasaannya sendiri. Agar saat dia terjatuh, rasa sakit yang ditimbulkan tidak akan sesakit saat ini.

Rasanya dia benar-benar ingin berteriak sekeras-kerasnya hanya untuk melimpahkan rasa sakitnya. Tapi dia tahu semua itu percuma, memang setelah berteriak hanya sebagian rasa saiit yang dia rasakan akan menghilang, tapi itu tidak akan merubah apapun.

Karena yang ia butuhkan hanya seseorang yang mampu mengobati rasa sakit ini.

Tapi bagaimana bisa rasa sakit inu terobati, jika saja seseorang itu telah meninggalkannya sendirian dalam rasa sakit yang begitu dalam. Jikapun suatu hari akan ada orang yang mampu mengobatinya, maka hasilnya tetap sama, karena mungkin rasa sakit ini hanya akan terobati sedikit saja dan lagi-lagi tidak akan merubah apapun. 

Untuk kau yang berada di manapun. Dengarkanlah setiap teriakan kesakitan yang berada di dalam hatiku. Bahwa jika menunggumu adalah satu-satunya cara untuk menutupi perasaan sakit ini, maka aku akan menunggumu, meski setiap penantiaan itu akan mengundang perasaan sakit yang lain.

Jika hanya dengan menunggumu adalah satu-satunya cara dimana aku dapat menunjukkan seberapa besar cintaku, maka aku akan menunggumu.

Untuk kau yang berada di manapun, percayalah menunggu tidak semudah yang kau lihat ataupun kau ucapkan. Karena sebenarnya menunggu adalah cara dimana aku menyakiti diriku sendiri.

TO BE CONTINUED

Me And You Both Of UsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang