Part 47

6.5K 540 8
                                    

Katniss kini benar-benar mematung di depan pintu bertuliskan VIP ROOM yang masih tertutup rapat dengan tangan Neil yang masih mengengamnya erat.

Bertemu dengan orang tua Neil? Lagi? Bahkan pertemuan terakhir mereka tidak berakhir dengan baik dan manis. Dan sekarang mereka akan bertemu lagi?

Untuk apa?

Bunyi halus pintu yang terbuka dan tarikan pada tangannya, kembali menyadarkan Katniss. Tidak ia pungkiri jantungnya semakin berdetak tidak karuan ditambah lagi suasana yang tiba-tiba menjadi hening dalam ruangan VIP itu, karena sebelumnya dia tahu bahwa ada sedikit perbincangan yang terjadi di sana. Semua pandangan teralihkan pada dirinya yang nasih berdiri tidak jauh dari pintu dengan Neil yang masih setia berdiri di sampingnya.

Oh jangan lupakan gengaman erat tangan mereka.

Dan tatapan setiap orang dalam ruangan itu. Oh ini pertanda buruk.

"Apa ini Neil?" Tanya pria paruh baya yang tampak berwibawa dengan nada tenang, yang nyatanya dapat membuat Katniss terintimidasi.

Katniss masih menginggat siapa pria itu. Ayah Neil. Aron Anderson.

Pria paruh baya yang dapat mengintimidasi lawannya hanya melalui tatapan. Pria berwibawa yang selalu tampak tenang dalam situasi apapun.

"Apa ini Neil? Kenapa ada wanita ini disini?" Pertanyaan itu kembali menghancurkan keheningan yang terjadi.

Katniss tersadar, bukan hanya keluarga Neil yang berada dalam ruangan VIP ini, melainkan terdapat lagi salah satu orang. Wanita cantik yang sampai saat ini masih menatap Katniss merendahkan dan tajam penuh kebenciaan. Tidak ada tatapan ramah disana.

"Dialah yang akan kunikahi mom, jika bukan dia, maka aku tidak akan pernah menikahi siapapun. Hanya dia yang aku inginkan dan tidak ada lagi." Perkataan tiba-tiba Neil menghentak Katniss, bukan hanya dirinya melainkan semua orang dalam ruangan itu.

Secepat perkataan itu selesai, secepat itulah Katniss menoleh ke arah Neil. Keningnya berkerut dalam, bingung akan semua hal yang terjadi. Apa ini nyata atau hanya sebuah ilusi semata karena kegugupannya? Ya Tuhan, kenapa dia harus selalu berada dalam situasi tidak baik seperti ini saat dirinya bertemu dengan keluarga Neil?

Apa ini petanda bahwa sebenarnya mereka tidak ditakdirkan bersama? Oh ayolah, jangan berpikiran macam-macam saat situasi sedang tegang.

Astaga.

Yang perlu dia lakukan adalah mempertanyakan semua hal yang tengah terjadi ini.

"Apa maksud mu Neil? Kau mengatakan bahwa kau mengadakan acara makan malam untuk memperkenalkan calon istrimu dan apa ini?"

"Dialah calon istriku mom."

"Tapi Angela? Apa kau tidak pernah berpikir bagaimana perasaannya? Kau juga mengundangnya tapi malah memperkenalkan wanita lain sebagai calon istrimu. Apa maksud semua ini Neil?" Tanya Farah Anderson yang terlihat sangat marah pada putranya itu.

Jangan lupakan bahwa sejak pertama kali mereka bertemu, Farah Anderson memang terlihat tidak menyukai kehadirannya dalam kehidupan Neil. Entah karena alasan apa, mungkinkan karena asal usul Katniss yang tidak jelas? Atau karena hal lain yang tidak ia mengerti. 

Dia tidak pernah berusaha masuk dalam kehidupan putranya ataupun berusaha mengusik kehidupan keluarga bermartabat milik Anderson. Ini semua hanya permainan takdir yang membuatnya berada dalam situasi seperti ini, yang membuatnya mencintai seorang Neil, yang membuatnya mengerti arti sebuah kehidupan.

Namun semuanya tidak pernah berjalan lancar. Karena Katniss tahu hidupnya memang tidak pernah ditakdirkan untuk mudah. 

"Aku mengundang Angela, agar dia tidak terlalu berharap padaku. Karena sampai kapanpun, aku tidak akan pernah melihatnya sebagai wanita yang spesial. Dan satu-satunya wanita yang akan aku nikahi hanyalah Katniss Orlando."

"Neil, apa kau sadar dengan yang telah kau ucapkan itu hah?!" Ucap Farah Anderson dengan marah atas pernyataan Neil.

"Sepenuhnya mom. Dan ada atau tidaknya restu mom dan dad, aku tetap akan menikahi Katniss." Setelah mengucapkan hal itu, Neil kembali membawa Katniss keluar dari ruangan VIP yang ada di restoran tersebut tanpa mempedulikan lagi teriakan murka Farah Anderson pada putra sulungnya.

Neil membawanya sampai pada mobil pria itu berada. Tersadar bahwa sedari tadi Katniss sama sekali tidak mengucapkan sepatah katapun karena semua keterkejutannya ini, sesaat dia tersadar saat Neil membukakan pintu penumpang bagian depan, mengisyaratkan padanya untuk segera masuk. Alih-alih masuk Katniss menatap tanpa ekpresi pada Neil.

"Apa maksud semua ini Neil? Kau sudah bertindak terlalu jauh." Ucap Katniss melepaskan gengaman Neil.

"Apa aku salah memperjuangkan cintaku Kat?" Tanya Neil yang tampak tidak dapat menyembunyikan perasaan sedihnya akibat pernyataan Katniss.

Seketika Katniss merasa tidak enak hati, dia telah membuat prianya sedih atas ucapannya. Padahal semua ini dilakukan Neil demi kebahagiaan mereka, demi hubungan mereka, intinya semua ini dilakukan Neil untuk memperjuangkan cinta mereka. Dan tidak seharusnya Katniss menyalahkan pria itu, sedangkan dia saja tidak melakukan apapun untuk membuktikan bahwa dia masih mengingkan semua ini berlanjut.

Menginginkan hubungan ini tetap ada. Disaa Neil memperjuangkan cintanya, yang di lakukan Katniss hanya diam dan malah menyalahkan pria itu atas tindakannya.

"Tidak." Jawab Katniss menunduk, sadar bahwa dia tidak pernah melakukan hal gila macam ini, layaknya Neil yang memperjuangkan cinta mereka.

Neil mengangkat dagu Katniss dengan penuh kelembutan, menatap intens wanita itu dengan manik mata hijaunya yang menenangkan.

"Yakinlah bahwa semuanya akan baik-baik saja." Yakin pria itu pada Katniss.

Katniss mengangguk pasti membalas tatapan Neil. Pria itu tersenyum dan kembali mengisyaratkan pada Katniss untuk masuk ke dalam mobil dan bersiap meninggalkan tempat. Tanpa menyadari tatapan tajam penuh dendam permusuhan menghunus mobil yang membawa pergi pasangan itu.

******

Katniss tidak pernah berfikir dia akan datang kembali kemari, meninggalkan tempat yang nyatanya dapat membuatnya merasa nyaman dan dapat dia sebuah sebagai rumah setelah kediaman Revan tentunya.

Saat dia meninggalkan tempat ini, dia sudah berfikir bahwa dia akan kehilangan kenyamanan dan rumahnya. Tapi sekarang dia kembali hanya dalam beberapa hari dia tidak datang kemari, rasanya dia begitu merindukan segala aktifitas yang ia lakukan disini, dia merindukan tempat ini sama seperti ia merindukan sang pemilik. Oh kini Katniss tidak segan-segan mengakui perasaannya.

Dia tidak akan bersikap munafik lagi dengan mengatakan tidak ada perasaan apa-apa saat kembali kemari.

Saat masuk ke dalam kamar mereka, kamar Neil, tidak ada yang berubah. Semuanya masih berada pada tempatnya sedari ia meninggalkan tempat ini beberapa hari lalu. Tatanan dalam kamar ini masih sama persis saat terakhir kali dia pergi. Neil sama sekali tidak merubah apapun.

Seakan sengaja membiarkan semuanya seperti terakhir di tinggalkan. Neil memang sengaja, karena entah keyakinan darimana dia tahu bahwa cepat atau lambat Katniss akan segera kembali kemari. Dimana seharusnya wanita itu berada.

Yakni di sampingnya. Di dalam rumahnya.

"Welcome back, my sugar." Sambutan singkat namun terdengar manis itu mengundang senyum tipis di bibir Katniss. Memandang prianya yang tersenyum lebar seakan menunjukkan betapa bahagianya dia saat ini.

Entah mengapa Katniss menjadi terharu. Perasaannya akhir-akhir ini memang sering berubah-ubah tidak menentu. Terlalu drama? Persetan apa kata orang. Ini hidupnya, entah hidupnya penuh drama atau tidak, memang apa urusan orang lain dalam hidupnya? Dia yang menjalani hidupnya, bukan orang lain.

"Terima kasih."

"Untuk apa Sweetheart?"

"Untuk mau menungguku Neil. Untuk mau berjuang demi hubungan kita."  Ucap Katniss pelan, menahan air mata yang mengenang di pelupuk mata.

Setelah semua ini, haruskah dia meninggalkan kebahagiaannya lagi? Relakah dia melepas kebahagiaan yang nyata di depan matanya? 

TO BE CONTINUED

Me And You Both Of UsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang