Matahari pagi mengusik tidurnya yang terasa nyaman dan melelahkan. Mengeliat pelan saat merasakan berat pada bagian perutnya. Membuka matanya lebar saat menyadari apa yang baru saja terjadi pada dirinya kemarin.
Kemarin, pria yang tengah memeluknya ini mendatanginya dengan sebuah usaha dan berakhir mereka yang tertidur dalam ranjang yang sama. Kali ini benar-benar hanya tertidur. Meski sebelumnya harus merasakan sakit di wajahnya akibat pukulan dari pria yang selama ini menjaganya.
Revan.
Katniss bukannya meragukan perasaan Neil. Tidak dia mempercayai perasaan pria itu. Hanya saja kenyataan yang baru saja dia ketahui, menyakiti dirinya. Dia hanya takut, mengetahui yang sebenarnya akan membuat mereka seperti kemarin.
Dia hanya takut, bahwa nyatanta Neil telah menghancurkan kepingan terakhir yang ia miliki dalama dirinya. Dia hanya takut mengetahui fakta-fakta yang lebih menyakitkan dari ini, bahkan memisahkan mereka berdua.
Dia takut.
Benar-benar takut.
Perasaannya pada Neil lah yang membuatnya merasakan ketakutan sebesar ini.
Seandainya Katniss tidak memiliki perasaan sebesar ini pada Neil, maka dengan mudah ia akan meninggalkan pria itu tanpa mau mendengar penjelasan lebih lanjut.
Seandainya dia tidak memiliki perasaan ini, ia tidak perlu memikirkan bagaimana dia dapat hidup tanpa Neil di sampingnya.
Seandainya dia tidak pernah mengenal seorang Neil Anderson, maka mungkin selamanya dia akan hidup dalam lorong gelap yang hampa dan dingin. Bahkan mungkin dia tidak akan pernah mengerti apa itu cinta dan ketulusan. Dia tidak akan pernah tahu bagaimana rasanya dicintai dan mencintai. Akan selamanya berjalan dalam lorong kesendirian.
Coba katakan padanya bagaimana dia bisa hidup tanpa pria di sampingnya ini setelah semua yang ia rasakan? Bahkan Katniss tidak tahu apa dia akan mampu hidup lagi atau tidak setelah semua ini. Setelah semua yang ia lalui bersama Neil dan tahu apa itu cinta dan mengerti bagaimana rasanya dicintai dan mencintai.
Apa ia sanggup berjalan kembali di dalam lorong kegelapan dan kesendirian setelah semua ini? Meski Revan akan selalu berada disisinya tapi Katniss tahu, jika ia berpisah dengan Neil hidupnya tidak akan sama lagi. Mungkin lebih mengerikan dari sebelumnya. Karena nyatanya Neil adalah orang yang memegang kendali atas kepingan terakhir yang ia miliki dalam hidupnya.
Memikirkan semua ini membuat Katniss terisak pelan. Memikirkan bahwa mungkin saja mereka tidak akan bersama setelah semua ini. Mengetahui takdirnya begitu kejam. Mengerti bahwa selama ini hidupnya tidak pernah berjalan dengan baik dan indah.
Kenapa rasanya begitu menyesakkan hingga rasanya ia tidak sanggup menghirup udara di sekitarnya.
Katniss masih terisak pelan saat merasakan pergerakan di sampingnya. Bahkan isakannnya terdengar lebih jelas saat merasakan pelukan erat yang terasa nyaman dan rasanya dia tidak ingin melepaskan pelukan ini. Dan saat pelukan itu merengang, Katniss tidak tahu apa yang harus ia lakukan selain terisak dan menyembunyikan wajahnya. Engan membuka matanya hanya untuk sekejap, karena apa? Karena dia takut saat dia membuka matanya, nyatanya pelukan yang tadi dia rasakan hanya sebuah mimpi.
"Maaf." Satu kata itu mampu memgembalikan kesadaran Katniss.
Ini nyata.
Ini semua nyata.
Pelukan dan satu kata itu, entah mengapa membuat pertahanan dirinya luluh lantah dalam seketika.
"Maafkan aku Kat. Maaf." Ucap Neil begitu pelan, bahkan seandainya mereka tidak dalam posisi seperti ini, dia tidak akan mampu mendengar dengan jelas yang di katakan Neil.

KAMU SEDANG MEMBACA
Me And You Both Of Us
RomanceDia hanya seorang wanita yang dingin tak tersentuh, berwajah datar dan kaku. Siapapun yang melihatnya akan tahu bahwa banyak sekali kesedihan yang tersimpan di dalam mata indahnya. Setiap orang yang telah mengetahuinya tahu bahwa jangan pernah mengh...