Saat bintang jatuh. Katanya, buatlah permohonan. Maka, gadis itu membuat permohonan. Harap, Sang pencipta semesta mengabulkannya.
Malam itu, Langit membawa satu bintang mendekat kearahnya. Tidak tertebak, semesta sengaja mengabulkan permohonan. Gadi...
"Iya... Iya telen aja dulu makanannya. Lagi makan juga banyak ngomongnya," ucap Asya.
Alisha mengangguk, mengikuti perintah Asya. Tapi, sayangnya tatapan Artanya yang memicing—mengintimidasi, mengusik dirinya. Ia meneguk caramel macchiato. Menyipitkan matanya menatap Artanya.
"Apa? Ngapain lo natap gue kayak gitu?" ujar Alisha.
Artanya melengkungkan senyumnya, "Diajak jalan kemana sama Arkan?"
Aretha, Andara langsung menoleh kearah Artanya dan Alisha bergantian dengan mata membelalak terbuka.
"Alisha diajak jalan sama Arkan, Tan?" tanya Aretha.
"Bukannya lo abis dari panti Al?"
Alisha mengerjap-ngerjap. Padahal tadi, ia bilang telat datang karena masih di Panti, tidak bilang pergi dengan Arkan. Artanya tau dari mana? Aish! Arkan pasti bilang ke Artanya!
"Lo tahu dari mana? Arkan?" tanyanya.
"Apa yang nggak gue tahu coba?" ujar Artanya yang malah menyombongkan dirinya.
Aretha menatap Alisha berbinar, "Beneran jalan sama Arkan Al?"
Alisha menghela nafas, mengangguk.
"Aih, udah diajak jalan aja nih. Bentar lagi pasti pulang sekolah bareng, makan bareng, belajar bareng, ke kantin pas istirahat bareng," ucap Andara sengaja menggoda Alisha.