19. Move

8.9K 568 2
                                    

Selamat baca 🙌🏻

Author's Pov

Naila menghentikan mobilnya setelah ia rasa posisi mobilnya sudah sempurna di parkiran itu. Ia keluar dari mobilnya membawa dua kresek khas salah satu restoran cepat saji.

Naila memasuki gedung bangunan itu, melewati lobby dan menaiki lift. Ia menekan angka lantai yang akan dituju.

Setelah terdengar bunyi teng dari lift tersebut, Naila langsung keluar dan mencari salah satu pintu dari deretan pintu disana.

Pintu no 357.

Naila mendapatkannya. Ia langsung mendekati dan mengetuk pintu itu.

Setelah ketukan ke dua, seorang wanita dengan celana pendek dan baju pendeknya membuka pintu itu. Mereka langsung berpelukan.

"Yaampun Nai Nai, udah lama ga ketemu lo" ucap wanita itu disela-sela pelukannya.

Naila tertawa "iya Ka Sapir".

Wanita yang di panggil Sapir itu melepas pelukannya dan mempersilahkan Naila untuk masuk.

Naila masuk dan merebahkan dirinya di sofa empuk berwarna putih yang terletak di depan tv. Naila menyimpan bungkusan yang sedari tadi dibawanya. "Nih pesenan".

Shafira langsung tertawa kegirangan "calon adek ipar yang baik" ucapnya sambil mengelus-elus rambut Naila.

Naila tersenyum "ohiya by the way Meo mana?" Mata Naila menyapu seluruh ruangan yang ada disana.

Shafira mengambil burger di dalam bungkusan itu. "Nah itu yang mau gue cerita", ucapnya lalu mengambil satu bungkus saos dan membukanya.

Naila mengangguk-angguk "gimana-gimana?"

Shafira mengoleskan burgernya dengan saos. Dengan sambil makan, Shafira menceritakan kejadian malam itu. "Semalem Meo cutting lagi, hampir bunuh diri malahan".

Naila membulatkan matanya, menunggu penjelasan selanjutnya.

"Nah yang jelas itu gegara bokap nyokap, lo tau itu" Shafira menelan burger yang dari tadi berada dalam mulutnya. "Nah gue waktu itu untungnya belum terlambat gitu pas liat Meo, intinya gue suruh bokap nyokap cerai, gue bakal bawa Romeo tinggal disini aja".

Naila mengangguk-angguk.

"Nah tadi pagi itu Meo sempet demam, gue bawa lah dia kesini, karna kalo di rumah gue ga leluasa jagain dia". Mata Shafira teralih kepada pintu kamar yang tertutup rapat. "Sekarang dia masih tidur, demamnya sih udah ilang, lo coba hibur dia lagi gih".

Naila mengikuti arah pandang Shafira. Ia berdiri dan melangkahkan kakinya menuju kamar itu. Ia membuka pintu dengan perlahan lalu memasuki kamar itu dengan hati-hati berharap penghuni kamar itu tidak terganggu dengan kedatangan Naila.

Naila menatap wajah damai Romeo dalam tidurnya. Ia menduduki space yang masih kosong di samping Romeo. Naila tersenyum, ia mengelus kepala Romeo dengan sangat lembut.

Romeo mengerjapkan matanya beberapa kali. Disaat seperti ini, Romeo memang menjadi mudah kaget dan mudah terbangun dari tidurnya.

"Ssstttt, ini aku" Naila menenangkan Romeo dengan mengelus pundak Romeo.

Romeo bangkit dari tidurnya dan bersandar kepada kepala kasur. Ia tersenyum menatap Naila.

Naila langsung memeluk erat Romeo "jangan bikin gue khawatir bisa ngga sih".

Romeo mengusap punggung Naila lembut "kalo aku engga bikin kamu khawatir, ntar kamunya khawatirin orang lain" ucapnya sambil tersenyum.

Naila melepas pelukannya lalu memukul dada bidang Romeo lalu memeluknya lagi "Jangan tinggalin aku".

☕️☕️☕️

Amanda menghampiri kasurnya lalu berbaring disana. Setelah sampai rumah, Amanda memutuskan untuk mandi. Dan sekarang setelah mandi ia ingin mengistirahatkan badannya.

Ada perasaan aneh setelah ia diantar Gilang pulang. Terlebih saat ia mengingat kejadian di mobil tadi. Tangannya meremas kuat sprei kasurnya.

"Amanda" ucap Gilang menarik tangan Amanda.

Amanda mendongak menatap ke arah Gilang "iya?"

Gilang mencium tangan Amanda sekilas.

Amanda ingin melepaskan tangannya. Tapi mata Gilang seolah mengunci pandangannya dan Amanda luluh.

"Gue masih sayang sama lo" ucap Gilang dengan penuh harap.

Amanda akhirnya tertunduk, ia tidak bisa menatap Gilang terus-terusan, ia masih ingat Adam "gue tau" Amanda memberikan jeda pada ucapannya "gue udah punya Adam. Gue sayang dia, banget" ucapnya tidak sepenuhnya jujur. Amanda memang sangat sayang kepada Adam, namun siapa sangka Amanda juga masih menyayangi Gilang, walau hanya setitik. "Lo harus move on" Amanda menarik tangannya kembali.

"Gue udah coba, lo tau gue macarin banyak cewe buat gue lupain lo. Tapi hasilnya gue malah nyakitin cewe-cewe itu"

"Udah satu tahun, Nathan. Kita putus karena kesepakatan kita berdua" Amanda menatap Gilang.

"Bahkan nama Nathan cuma terdengar indah kalo keluar dari mulut lo doang"

Amanda membuang napas kasar "fine. Gilang, please gue takut nyakitin Adam. Lo harus berubah Lang, banyak cewe yang ngantri cuman buat dapetin lo".

"Semua cewe yang gue kenal ga pernah gue bolehin manggil gue Nathan" Gilang menarik kembali lengan Amanda "Gue ngerti, tapi gue mohon izinin gue menyayangi lo tanpa harus memiliki lo Man".

Amanda menarik tangannya dan mengusap wajah Gilang "lo harus move on Nathan"

Gilang maraih tangan Amanda yang berada di wajahnya "turun gih, istirahat".

Amanda tersenyum "makasih ya udah dianterin"

Gilang tersenyum.

Amanda langsung menggeleng-gelengkan kepalanya. Ia mengambil handphone yang berada di sampingnya. Membuka aplikasi LINE dan mengetikkan pesan kepada otlrang yang berada di posisi paling atas di hatinya saat ini, atau mungkin selamanya.

MINE!: Adam tai gue udah pulang dengan selamat sentosa.

••••

happy fasting❣️❣️❣️

NOVIO (slow update)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang