Author's Pov
Adam terdiam di kamarnya, malam ini terasa berat, sebagian dirinya merasa bersalah karena telah membuat Amanda menangis dan sebagian dirinya lagi ia merasa pantas melakukan itu karena Amanda telah menyakiti hatinya.
Adam mengambil kunci motor dan berjalan menuju bawah. Maya yang sedang di dapur menegur Adam "sayang udah jam 9, mau kemana?" Ucapnya kepada anak satu-satunya itu.
"Bentar" ucap Adam lalu pergi begitu saja.
"Pake jaket" Maya berteriak, namun Adam hanya mengabaikannya dan mengambil motornya.
Adam mulai menyalakan mesin dan berjalan dengan kecepatan maksimal. Ia mulai berbelok keluar dari komplek. Tidak memakai jaket, helm, dan berjalan dengan kecepatan tak wajar di jalan raya bisa saja membuat nyawanya melayang saat itu juga.
Pikirannya kosong, Adam menambah kecepatan motornya lagi. Kali ini ia akan melewati perempatan. Saat ia melihat lampu masih hijau dari kejauhan, Adam langsung menancap gasnya, namun ketika sudah dekat, lampu itu berubah, Adam mengumpat dalam hati, Adam malah bertekad menerobos lampu merah itu.
Saat ia sudah berada di tengah-tengah, suara klakson mobil memekakkan telinganya, membuat ia terpaksa harus membelokkan motornya. Adam terlempar ke semak-semak, motornya berada dipinggirnya.
Adam memegang kepalanya, ia mencoba untuk duduk. Ia meremas bajunya, ntah apa yang dalam pikirannya, namun tatapan Adam tetap kosong.
Seorang perempuan menghampirinya dan memegang tangannya, mencoba menenangkan Adam "lo gapapa?" Ucap perempuan itu.
Adam menggeleng, napasnya tak beraturan, seperti ada yang menghantui pikirannya, namun Adam sendiri tidak tahu apa itu.
Perempuan itu memeluk Adam, berharap dengan seperti itu bisa membuat Adam tenang "sssttt, tarik napas lo, terus buang pelan-pelan".
Napas Adam pun stabil kembali setah mengikuti instruksi dari perempuan tersebut.
Perempuan itu melepaskan pelukannya dan melihat muka Adam, perempuan itu terkejut setelah melihat darah segar mengalir dari dahi Adam "gue anter ke rumah sakit ya, dahi lo berdarah".
Saat perempuan itu akan berdiri, berniat untuk memanggil supirnya yang menunggu di mobil, Adam memegang tangannya "jangan tinggalin gue" ucapnya.
Perempuan itupun kembali berjongkok, keringat mulai membasahi daerah wajahnya, ia sangat kebingungan "yaudah, bisa jalan?"
Adam mengangguk. Perempuan itu membantu Adam berdiri dan memapah Adam.
Adam dimasukkan ke dalam mobil si perempuan itu, mereka duduk di bagian belakang.
Setelah Adam menunjukan rumahnya dan mereka sampai, perempuan itu kembali memapah Adam sampai ke rumahnya.
Sementara itu, seorang gadis yang sedang mengintip di jendela kamarnya hanya bisa menangis melihat orang yang ia cintai diantar oleh seorang perempuan.
☕☕☕
"Makasih ya, mmm"
"Fadiya, tante" gadis itu tersenyum ramah.
Maya tersenyum "makasih banyak Fadiya, kalo gaada kamu mungkin sampe sekarang Adam masih disana".
"Ah, gapapa tante, Fadiya kebetulan lewat situ. Oh iya, nama anak tante itu Adam ya?" Ucap Fadiya.
Maya heran "loh, kalian belum saling kenalan?"
Fadiya tersenyum sambil menggeleng.
"Ntar tante salamin sama kenalin deh ya" Maya tertawa.
Fadiya cengengesan "btw tan, motor Adam masih ada disana, ntar supir Fadiya yang bawain kesini ya".
"Gapapa Fad, Bayu aja yang ambil" Maya memanggil Bayu.
"Yaudah Pak Bayu ikut kita aja, kita anter" ucap Fadiya.
"Engga apa apa?"
"Gapapa tan, lewat kok sambil pulang" Fadiya lalu menyalami Maya "pulang ya tan"
Maya tersenyum "iya, hati-hati ya, makasih sekali lagi".
Fadiya mengacungkan jempolnya "oke siap tan".
Setelah itu Fadiya dan Bayu memasuki mobil.
Maya masuk kedalam rumah setelah mobil itu pergi. Ia segera ke kamar Adam, Maya mengambil kotak obat dan duduk di pinggir Adam.
Tadi Adam hanya ingin dibersihkan darahnya saja, ia menolak untuk diobati dan malah tertidur.
Maya mengambil kapas dan membasahinya dengan alkohol, setelah itu ia menempelkannya pada luka di dahi Adam. Setelah selesai, Maya memakaikan plester di tempat luka itu.
Setelah itu Maya memasukan alkohol ke kotak obat dan menyimpannya lagi. Ia mencium kening Adam sekilas sebelum ahirnya pergi dari situ.
Saat Maya sudah mematikan lampu kamar Adam dan keluar dari kamarnya, ia melihat suaminya di tangga. Ia segera menghampirinya.
"Tadi Adam jatuh dari motor, luka kecil doang" ucapnya.
Richard khawatir "terus sekarang gimana?"
"Udah tidur, udah dibersihin lukanya" ucap Maya lagi.
Richard sedikit lega.
☕☕☕
"Adam kemana sih?" Romeo heboh, membuat seisi kantin melihat risih kearahnya.
Amanda mengaduk jus alpukatnya "semalem gue liat dia sama cewe dirumahnya".
Naila mengusap punggung sahabatnya itu.
"Kalian temennya Adam ya?" Seorang perempuan tiba-tiba nimbrung "oh iya, gue Fadiya, anak kelas 10 IPA 1. Kalian gapernah liat gue ya? Sama, gue juga gapernah liat kalian".
Romeo menatap anak itu aneh "ya, terus?"
Fadiya tersenyum "Adam kecelakaan, tadi gue ga sengaja denger kalian nyebut nama Adam ya, dan juga, yang dimaksud dia" Fadiya menunjuk kearah Amanda "cewe yang semalem nganterin Adam itu gue".
Amanda terdiam, masih percaya tidak percaya kepada anak itu.
Mata Romeo menyipit "lo anak baru?"
Fadiya menggeleng "engga, kalian ga percaya? Dateng aja ke rumahnya, ga parah kok, ga dibawa ke rs" ucapnya lalu pergi begitu saja.
Romeo masih kebingungan "pertama, dia gasopan ga manggil kita kakak. Kedua, kita harus percaya?"
Amanda membuka suara "percaya, kemarin gue ngeliat dia mapah Adam".
Romeo membuka lebar mulutnya "pulang sekolah kita kesana".
Naila mengangguk-angguk.
"Kalian aja, gue engga".
KAMU SEDANG MEMBACA
NOVIO (slow update)
Teen FictionHot chocolate, komik dan ketenangan. Itu 3 hal yang paling utama dalam hidup cowo yang mood nya bisa berubah dalam hitungan detik itu. [Revisi setelah tamat] cover by: @kitkat_matcha highest rank #71 IN TEEN FICTION