17. Romeo dan rasa sakit

9.9K 630 18
                                    

Enjoy the story
Happy reading~

Author's Pov

Romeo terduduk di samping nakas kamarnya. Senyuman pedihnya terus menghiasi wajahnya, air matanya tak henti-hentinya mengalir. Malam ini ia kembali mendengar pertengkaran kedua orangtua nya. Apa yang Romeo katakan beberapa hari yang lalu bahwa kedua orangtuanya baik-baik saja itu tidak benar. Nyatanya kini pertengkaran itu terjadi lagi.

Lelaki pengidap self-injury itu menarik rambut nya frustasi. Untuk kesekian kalinya ia menusukan silet kepada tangan kirinya, meninggalkan luka baru di tangannya. Noda darah yang berada pada bajunya kini bertambah banyak.

Disaat seperti ini Romeo benar-benar butuh penenang untuk menghentikan aksi lebih nekat nya. Biasanya penenang itu adalah Naila atau pun Shafira, kakak nya. Namun kedua orang itu kini sedang tidak bersama Romeo. Ini sudah malam, tidak mungkin jika Naila masih berada di rumah Romeo. Sedangkan Shafira, kakak satu-satu nya itu belum pulang kuliah.

Romeo tertunduk, memori lama nya berputar di kepalanya. Ia merindukan keluarga lamanya. Ia ingin keluarga nya kembali seperti dulu walaupun itu sangat mustahil. Romeo mengacak rambutnya kasar lalu mengambil kembali silet baru dari dalam laci. Ia nengarahkan silet itu kepada nadi nya, ia tidak kuat dengan semua ini.

Silet itu kini telah berada pada kulitnya. Ia berhenti melakukan hal gila itu saat seseorang memeluknya dengan sangat kuat. Shafira datang di waktu yang tepat. Setelah ia sampai rumah dan menemukan keributan kedua orang tuanya, Shafira langsung berlari menuju kamar adiknya itu. Ia tahu apa yang dilakukan Romeo jika orangtua nya ribut.

"Sssttttt..... tenang sayang, kakak disini" Shafira mengelus punggung adiknya.

Romeo menggeleng "keluarga kita ancur kak, Meo nanti hidup sendirian, Meo gamau, Meo mau mati aja". Air matanya mengalir.

Shafira mengeratkan pelukannya. Hatinya pedih saat melihat Romeo yang ceria serapuh ini. Shafira ikut menangis. "Ngga. Romeo gaakan sendirian, kakak ada disini sayang". Ucap Shafira penuh dengan keyakinan. Shafira lalu melepaskan pelukannya. Ia menatap Romeo, menghapus air mata Romeo dengan tangan lembut nya. "Kakak janji" ucapnya.

Romeo memeluk Shafira, menenggelamkan wajahnya pada bahu Shafira. Shafira mengecup puncak kepala Romeo.

"Berdiri yuk, kakak bersihin luka nya". Ucap Shafira sangat lembut, Romeo melepas pelukannya dan berdiri dengan Shafira.

"Romeo nya duduk dulu di kasur ya, kakak ambil dulu air". Ucap Shafira lalu meninggalkan kamar Romeo.

Shafira turun ke bawah, kedua orangtua nya masih saja ribut. Ia melewati orangtua nya itu seakan tidak ada apa-apa. Ia mengambil baskom kecil dan lap. Baskom itu ia isikan air hangat dari dispenser. Ia kembali lagi, namun pada saat melewati orangtua nya, Shafira berhenti untuk meleraikan. "Stop, kalian kalau mau berantem cari tempat lain aja ya, Shafira sama Romeo mau bobo, kalian berisik, ntar kita gabisa tidur."

Devan dan Salma, orangtua Romeo dan Shafira itu berhenti bertengkar. Salma menatap Shafira, "sa--"

Shafira memotong ucapan Salma, "oh iya, dan soal perceraian, Shafira sama Romeo setuju, tolong secepatnya kalian urusin, Shafira capek. Dan juga Shafira yang akan ngurus Romeo di apart Shafira ntar. Shafira bakal ngurangin jadwal Shafira di kampus, kalian kerja aja terus sesuka kalian, gaada yang larang lagi". Shafira meninggalkan Devan dan Salma yang masih terdiam di tempat.

Shafira memasuki kamar adiknya, ia mengambil kotak P3K di laci meja Romeo. Ia duduk di samping Romeo dan mulai membersihkan luka Romeo.

"Tangan Romeo rusak ya kak?" Ucap Romeo kepada kakaknya.

Shafira mengelap tangan Romeo dengan lap yang telah dibasahi dengan air "ngga sayang, ini bentar lagi sembuh" Shafira lalu meniup tangan Romeo. Langkah selanjutnya ia memberikan obat merah kepada tangan Romeo dengan menggunakan kapas.

Romeo hanya diam, pikirannya kosong. Seharusnya ia bisa merasakan perih tangannya yang sedang diolesi obat merah, tetapi perih di hatinya mampu mengalahkannya. "Tapi tangan Romeo jadi rusak, kak. Gaenak diliat, jadi jelek" ucap Romeo dengan tatapan kosongnya melihat kearah Shafira.

"Nggak, sayang. Nanti kakak tutupin pake perban." Shafira mengambil perban yang berada pada kotak P3K. Ia membalutkannya kepada tangan Romeo. "Udah beres. Romeo ganti baju ya? Abis itu tidur".

Romeo melihat sekilas kearah tangannya lalu melihat Shafira "kakak tidur bareng Romeo disini, jangan tinggalin Romeo".

Shafira mengangguk "iya, Romeo. Kakak juga mau ganti baju dulu ya ke kamar kakak". Shafira meninggalkan Romeo dan mengganti baju nya dengan stelan baju tidur. Ia kembali ke kamar Romeo.

Romeo masih duduk pada tempatnya, Shafira mengambil kaos dari lemari Romeo. Ia menghampiri Romeo dan membuka baju Romeo dan menggantinya dengan yang baru. "Baju yang ini kakak buang ya, banyak darahnya."

Romeo mengangguk. Shafira melempar baju Romeo ke luar jendela dan memasuki tong sampah di bawah.

Shafira membaringkan tubuh Romeo di kasur, ia juga tertidur disamping Romeo, ia menarik selimut dan mengecup kening Romeo sekilas.

Romeo tersenyum. Dia perlahan masuk kedalam alam mimpinya.

NOVIO (slow update)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang