Author's Pov
Pagi ini tidak ada gairah hidup sama sekali dalam diri perempuan itu. Ia hanya membaringkan tubuh di kasurnya dan menutup matanya. Seharusnya ia pergi sekolah, tetapi tubuhnya masih lemas. Lagian berita kemarin pasti sudah menyebar disekolah, Amanda malas menanggapinya jika ada orang bertanya-tanya kepada dirinya.
Aurel mengetuk pintu anak gadisnya itu, namun sang pemilik kamar tidak menunjukkan reaksi apa apa.
Aurel masuk kedalam kamar Amanda yang tidak dikunci itu. Ia menghampiri Amanda, mengelus lembut rambut anaknya.
Amanda tentu sangat trauma dengan kejadian kemarin, akibatnya ia tidak mau menemui siapapun selain anggota keluarganya dan Naila.
"Mau ikut?" Ucap Aurel lembut.
Amanda menggeleng, walaupun Amanda sedang berbalik kearah jendela, Aurel tetap dapat melihatnya.
"Kamu engga mau ketemu Adam?" Ucap Aurel lagi.
Amanda menggeleng lagi.
"Mami sama papi pergi dulu ya, Bryan ada, sekalian kontrol juga ya, tadi subuh asma nya tiba-tiba kambuh" Aurel mengecup Amanda sekilas lalu pergi dari kamarnya.
Amanda kembali menutup matanya, ingin sekali Amanda berada di samping Adam memberinya semangat, namun apa daya, memikirkan Adam saja sudah membuatnya menangis, apalagi bertemu dan menatap wajahnya.
Amanda memutar tubuhnya, ia mendengar suara pintu kamarnya terbuka lagi, menampilkan sosok Bryan dengan obat pilek yang biasa disebut inhaler melekat pada hidungnya, kedua tangannya sibuk membawa nampan.
"Makan dulu" Bryan menyodorkan nampan itu dan menyimpannya pada nakas, namun Amanda tak mau bangun "bangun cepet".
Amanda mengulurkan tangannya kepada Bryan "angkat".
Bryan ogah "gamau, berat. Gaakan kuat, biar Dilan saja".
Amanda melempar boneka kecil yang berada disekitarnya kearah Bryan "galucu gila".
"Siapa yang ngelucu" Bryan melengos tanpa permisi, yang tambah membuat Amanda kesal, Bryan tidak menutupnya lagi.
Amanda mengambil roti isi diatas piring yang Bryan bawakan, ia lalu memakannya dalam posisi tiduran.
Setelah makanannya habis, Amanda duduk, ia mengambil gelas berisikan susu dan meminumnya.
☕☕☕
"Untuk masalah kali ini saya tidak akan membawa ke jalur hukum. Lagipula, masa depan anak ini masih sangat panjang, sayang jika hanya dihabiskan di balik jeruji besi" Richard meneguk kopi panasnya, ia kini sedang berada di kantin rumah sakit bersama kedua orang sebaya nya.
Devan, ayah dari Gilang berterima kasih kepada Richard yang telah ber besar hati memaafkan kelakuan anaknya itu.
"Bastian?"
Bastian menatap Devan "soal kejadian dua tahun yang lalu, anak anda membunuh anak pertama saya, saya akan memaafkannya, jika anda dapat merubah sikap anak anda itu" ucap Bastian, meskipun luka perih masih tersimpan dihatinya karna kematian Reza anaknya yang sekarang telah terungkap pembunuhnya, namun ia harus bisa memaafkannya. Lagian, Reza sudah tenang di alam sana.
KAMU SEDANG MEMBACA
NOVIO (slow update)
Teen FictionHot chocolate, komik dan ketenangan. Itu 3 hal yang paling utama dalam hidup cowo yang mood nya bisa berubah dalam hitungan detik itu. [Revisi setelah tamat] cover by: @kitkat_matcha highest rank #71 IN TEEN FICTION