Author's Pov
Romeo membulatkan matanya, kaget atas apa yang dikatakan Adam. "lo serius?" tanya Romeo seolah tak percaya atas apa yang baru saja ddengarnya.
"Alay lo." ledek Adam "Tapi gue mohon lo jangan kasih tau ini ke siapa siapa dulu ya" nada suara Adam mengecil.
"ish jahat dibilang alay" Romeo mengerucutkan bibir "Yaudah, gue ga bakalan kasih tau" Romeo mengusap bahu Adam.
"Thanks ya" ucap Adam dengan senyum di wajahnya.
"Shanthai maz" jawab Romeo dengan hidung yang dikembangkan.
Adam dan Romeo akhirnya meninggalkan ruangan itu setelah berbicara dengan dokter dan mengurus administrasi.
"Adam, Romeo?" ucap seseorang yang berada di luar ruangan.
Adam dan Romeo menoleh ke sumber suara "Eh, Amanda, Naila" ucap Romeo refleks.
"Kalian ngapain dari ruangan itu?" Naila menyatukan kedua alisnya tanda heran. Dia melihat-lihat ke belakang, lebih tepatnya ke ruangan tadi.
"Eemh-- Kita tadi salah ruangan, kirain itu ruangan Bryan, ternyata bukan" ucap Romeo tentu berbohong.
Amanda mengangguk percaya "Ooh, ruangan Bryan ada di lantai dua, tapi sampe sekarang dia belum sadar, dan belum bisa dijenguk" lanjutnya dengan kepala yang di tundukkan ke bawah.
"Yaudah, kalo gitu salam buat om sama tante aja, kita pulang ya" ucap Adam terburu-buru dan menyeret Romeo dan Naila untuk pulang.
"Oh, iya" jawab Amanda memandangi punggung mereka yang perlahan tidak terlihat.
Amanda kembali ke kamar Bryan, saat itu Bastian dan Aurel menyuruhnya pulang untuk ganti baju. Awalnya dia menolak karena ingin terus menjaga Bryan sampai sadar, tetapi pada akhirnya Amanda menurut apa kata kedua orang tuanya tersebut.
Saat diluar, Amanda melihat Adam di parkiran.
"Adam!" Amanda berteriak,
Adam menoleh "Mau balik? Ayo bareng!" Ajak Adam.
"Eh, iya, boleh" Manda mendekati Adam dan menaiki mobil Mercy milik Adam itu.
Keadaan di mobil hening saat itu, Amanda sangat canggung hanya berdua dengan Adam. Sebenarnya lidahnya sudah sangat gatal ingin berbicara. Tetapi karena Amanda takut mengganggu suasana yang sedang hening, rasa gatalnya ia tahan.
"By the way udah ganti baju gue ikut lagi ke rumah sakit ya" kata Adam sambil terus fokus ke jalanan.
"Kenapa lo tau gue mau ganti baju?" akhirnya rasa gatal di lidah Manda sedikit berkurang.
Adam tidak menjawab. Ia hanya menaikkan kedua bahunya secara bersamaan.
☕️☕️☕️
Setelah mereka berganti pakaian, mereka langsung pergi ke rumah sakit.
Mereka pun sampai di rumah sakit, menuju kamar Bryan. Disana ada Bastian dan Aurel. Adam salam kepada keduanya.
"Assalamualaikum om, tante. Saya Adam, temennya Amanda" ucap Adam setelah menyalami keduanya.
"Eh, ga usah panggil om dan tante, panggil aja mami sama papi. Temen-temen Manda semua manggil gitu" ucap Aurel begitu lembut.
Adam tertawa "Iya siap, mami" balas Adam.
"Kak, jaga Bryan dulu ya, mami sama papi mau pulang bentar" ucap Bastian mengelus puncak rambut Amanda.
"Siap bosku" jawab Amanda sambil hormat menghadap Aurel dan Bastian.
Aurel dan Bastian pun pamit.
"Ayo Dam, kita masuk ke kamar Bryan" ajak Manda menarik ujung jaket yang Adam kenakan.
Adam hanya diam, seperti pasrah. Mareka pun masuk ke kamar Bryan.
Amanda mendekati brangkar Bryan "Gue ga tega setiap kali Bryan masuk rumah sakit" Amanda mengelus halus tangan kanan Bryan yang terbebas dari infus.
Adam melihat Amanda tak tega, ia tahu apa yang Amanda rasakan "Bryan kuat" Adam menepuk halus pundak Amanda.
Manda memegang erat tangan Bryan. Satu bulir air mata berhasil keluar dari matanya. Ia buru-buru menghapusnya.
"nangis aja, gapapa" ucap Adam yang melihat kejadian itu.
Amanda tersenyum "Bryan ga suka liat gue nangis" ucapnya sambil terus melihat ke arah muka imut milik Bryan.
Amanda mengambil kursi lalu menempatkannya di samping brangkar Bryan. Dia tertidur sambil memeluk tangan halus Bryan.
Waktu sudah malam, Adam sebenernya tidak tega meninggalkan Amanda dan Bryan disana, tapi dia harus pulang. Walaupun besok hari sabtu dan sekolah libur. Adam berdiri dari sofa, dia melepaskan jaketnya.
"Gue pulang heeh" kata Adam sangat pelan, Adam mengelus halus kepala Amanda dan menjadikan jaketnya sebagai selimut untuk Amanda.
Amanda masih tertidur pulas sementara Adam meninggalkan kamar itu.
Hari sudah malam, jalanan mulai sepi. Adam melajukan mobilnya dengan kecepatan sedang. Hanya radio yang menemaninya. Fikirannya tenang, namun perasaannya tidak tenang. Ada yang harus Adam pertanyakan tetapi tidak tahu kepada siapa. Mungkin ini terlalu cepat, tapi ....
"Apa gue suka sama Amanda?"
••••
a/n:
Adam nya kenapa hayo?
Terlalu pendek sorryvomment free gays
KAMU SEDANG MEMBACA
NOVIO (slow update)
Fiksi RemajaHot chocolate, komik dan ketenangan. Itu 3 hal yang paling utama dalam hidup cowo yang mood nya bisa berubah dalam hitungan detik itu. [Revisi setelah tamat] cover by: @kitkat_matcha highest rank #71 IN TEEN FICTION