Bab 12 - Aldi di Rumah Netra (2)

3.4K 217 7
                                    


Beberapa jam sebelumnya ...

"Wang, lo masih inget dulu pernah cerita tentang pengamen cilik yang suaranya bagus?" tanya Satrio sambil mengambil satu batang rokok.

Iwang mengangguk-angguk, "Ucay maksud lo?" Iwang menanggapi dengan pertanyaan lagi.

"Yah, gue lupa namanya, Wang. Lo masih sering ketemu pengamen cilik itu?"

"Iya, masih. Kadang gue ketemu dia lagi ngamen kalau gue lagi makan di warung Bu Sri." Iwang meminta lighter kepada Satrio. Dia mengikuti Satrio yang menyalakan rokoknya.

Kedua pria itu sedang berada di teras rumah Satrio. Saling berbagi polusi udara. Mereka berlomba-lomba menjadi perokok aktif sekaligus perokok pasif. Diam-diam saling merusak paru-paru satu sama lain.

"Bocah itu beneran bagus nggak?" tanya Satrio.

"Kenapa, Sat?"

"Junior gue di SMA ada yang pengen ketemu Ucay."

"Junior SMA? Netra dong?" Iwang menghembuskan asap rokok dengan membuatnya menjadi beberapa bulatan.

"Bukan. Temennya Netra yang jadi ketua OSIS. Aldi namanya. Dulu gue pernah cerita ke dia tentang Ucay. Eh, dia tertarik untuk ngajak Ucay manggung di pensi sekolah."

"Pensi sekolah manggil bintang tamu pengamen cilik, Sat? Gue kok baru denger ya. Lumayan unik tuh idenya."

"Pensi SMA gue itu tertutup soalnya, Wang. Sekolah gue nggak mau bikin pensi yang komersil. Kalaupun ngundang band juga tetep untuk intern sekolah aja. Biasanya isinya unjuk gigi ekstra kulikuler di sekolah. Tahun ini kayaknya Aldi mau bikin acara yang sedikit berbeda," terang Satrio.

Iwang mengangguk-angguk mengerti, "Ya ayolah kalau pengen ketemu. Gue tahu tempat biasa mereka nongkrong kok."

"Sekarang bisa?"

"Terserah, Sat," sahut Iwang sambil meneguk minuman kalengnya.

"Coba gue tanya Aldi dulu deh. Biar dia ke sini dulu."

Satrio pun mengeluarkan ponselnya untuk mengetikkan pesan.

Satrio : Di, lo ke sini sekarang ya!

Tak lama kemudian pesan balasan dari Aldi masuk ke ponsel Satrio.

Aldi : Yang butuh siapa, Bang?

Ah, elah, rese banget ini orang. Disuruh kemari malah nantangin, batin Satrio. Dia menaruh ponselnya dengan kasar ke meja. Hilang sudah mood-nya untuk membantu Aldi. Dia membiarkan pesan line dari Aldi terbuka tanpa dia balas. Hingga pelan-pelan layar ponselnya meredup. Beberapa detik kemudian, ponsel Satrio berbunyi lagi, pertanda apa pesan yang masuk.

Aldi : Canda, Bang

Aldi : Ada apa? Kok gue disuruh ke sana

Satrio yang masih sedikit sebal membalasnya dengan malas-malasan.

Satrio : Lain kali kalau disuruh ke sini. Ya ke sini langsung aja.

Aldi : Ok bos, dicopy.

Satrio menghembuskan napas. Aldi memang begini orangnya. Lempeng banget. Nggak peka.

Satrio : Masih pengen gue bantu buat ketemu pengamen cilik yang dulu pernah gue ceritain nggak?

Satrio : Kalau masih minat, ke sini dalam 10 menit.

NetraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang