Bab 32 - Cut It Off

2.8K 190 17
                                    


"Genta!" Netra memanggil nama Genta dengan keras ketika dia berhasil menemukan pria itu di dalam ruang OSIS. Dia sudah mengelilingi penjuru sekolahan selama beberapa putaran namun pria gendut yang dicarinya tidak tampak. Dia sudah melongok ke dalam beberapa ruangan namun hasilnya nihil. Heran, badan segede Genta kok susah banget dicari. Sembunyi di mana? Nyempil di mana, coba?

Beruntung saat dia menyerah mencari, dia bertemu Mbak Mega yang mengatakan bahwa Genta ada di dalam ruang OSIS. Dengan bermodal informasi tersebut, Netra berlari menuju ruang OSIS setelah sebelumnya mengucapkan terima kasih pada Mbak Mega.

Dengan langkah cepat, Netra menghampiri Genta. Napasnya berburu, dia ngos-ngosan.

Pria yang sedang disebut namanya itu mendongakkan kepala. Matanya beralih dari layar laptop ke wajah gadis yang berdiri di depannya dengan keringat menetes di keningnya.

"Mau apa?" tanya Genta tanpa basa-basi. Dia sudah hapal kalau Netra memanggilnya dengan sebutan Genta, pastilah adik kelasnya itu sedang dalam misi meminta sesuatu darinya.

Diberi pertanyaan gampang seperti itu, Netra berdiri sambil meringis. Dia menggeser sebuah kursi supaya bisa duduk di samping Genta. Dia mendesak Genta supaya sedikit bergeser. Genta sedikit sebal karena posisi wuenak-nya diganggu oleh Netra. Namun Genta hanya memberi Netra tanda tidak suka dengan sebuah decakan.

"Genta paling tahu kalau gue lagi butuh." Netra menatap Genta penuh permohonan. Namun detik kemudian alisnya memicing. "Iya, lo kan pengurus OSIS yang paling tahu gue itu orang yang kayak gimana! Tapi kenapa lo lempar gue ke Aldi sih? Rese lo!" sembur Netra.

Ketika diingatkan tentang masalah ini, Genta segera menghindari kontak mata dengan Netra. Dia berpaling 90 derajat ke depan. Matanya kembali menatap layar komputer. Namun hal itu tidak dibiarkan oleh Netra.

Netra ingin Genta berbicara empat mata dengannya. Dia ingin Genta menatapnya balik. Kakak kelasnya itu tidak boleh lagi menghindar dari amukan Netra. Oleh karena itu, Netra nekat menangkup kedua pipi Genta dengan kedua telapak tangannya. Netra menekan pipi Genta dengan telapak tangannya sehingga bibir Genta terdesak dan monyong beberapa senti. Genta tidak bisa berbuat apa-apa ketika diperlakukan sedemikian rupa dengan gadis gila di depannya. Dia menyadari kalau dirinya telah melakukan kesalahan sehingga dia memilih diam.

Netra menatap mata Genta dengan nekat lalu mengucapkan sebuah ancaman, "Genta, pokoknya gue minta lo ngasih kerjaan apa aja deh ke gue. Pokoknya buat gue sibuk, jangan sampai gue satu tempat sama Aldi. Kalau nggak, hidup lo nggak akan tenang di sekolah."

Genta mengangguk-angguk saja. Melihat Genta yang sepertinya menurut, Netra melepaskan kedua tangannya di pipi gembul kakak kelasnya. Genta sendiri langsung menyanggupi karena dia benar-benar merasa bersalah pada Netra. Dia sangat kenal dengan Netra sehingga dia tahu kalau gadis kecil itu tidak suka berada di sekitar Aldi. Dia itu seperti minyak yang tidak mau bercampur dengan air.

Padahal Genta tahu kenyataan tersebut, namun dia masih saja melepas Netra dengan mudahnya ke tangan Aldi. Oke, Genta memang sedikit lebay. Tapi dia mengerti betapa tersiksanya Netra selama sebulan terakhir ini. Netra dipaksa Aldi untuk mengikutinya. Tidak jarang juga Netra beradu mulut dengan Aldi. Berdebat maksudnya. Padahal sebelum ini, bisa dikatakan bahwa interaksi antara mereka hampir tidak ada. Kalau Aldi membutuhkan bantuan Netra, biasanya Aldi akan mengatakan lewat perantara Genta.

Nah ....

Genta jadi teringat saat dirinya mendapatkan pesan dari Netra mengenai rapat OSIS. Saat itu, dia berada di sekitar kantin dan Aldi juga baru saja keluar dari tempat itu. Apakah interaksi mereka dimulai dari saat itu?

NetraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang