Bab 49 - Poor You, Aldi

2.2K 166 33
                                    

" .... Yang jelas, setahuku mereka dulu udah kayak sepasang kekasih."

Aldi mendengar kalimat yang keluar dari mulut Ayu itu dengan sangat jelas.Posisi duduknya memang berjarak satu meja dengan posisi Ayu dan Merlin yang tengah berdiri di depannya.Namun karena ruang kelasnya dalam keadaan sepi, makanya suara Ayu bisa sampai ke gendang telinganya.Lalu menggetarkan hatinya.

Tadi kelasnya sempat ramai karena beberapa temannya berkerumun mengelilingi Netra.Aldi samar-samar mendengar kata-kata Netra pacaran keluar dari mulut teman-temannya.Aldi penasaran sehingga dia memutuskan untuk berdiam diri di kelas.Menguping dan memperhatikan semua kejadian yang tersuguh di depannya dalam diam. Netra yang tampak risih ketika dikelilingi dengan pertanyaan-pertanyaan dan desakan temannya untuk menjawab langsung saja meledak emosi.Netra keluar kelas setelah menyemburkan emosi yang sudah ditahan gadis itu.Aldi memperhatikan kepergian Netra.Sama seperti teman-temannya, rasa ingin tahunya pun muncul ke permukaan setelah mendengar berita tersebut, namun dia berusaha untuk tahu diri.Siapakah dirinya?

Lalu setelah mendengar penuturan dari Ayu, Aldi hanya bisa terpaku di kursinya.Dia berusaha untuk tenang tapi kedua jarinya yang dia taruh di atas meja sudah mengepal dengan erat.Aldi melihat kedua pergelangan tangannya.Urat-urat nadinya terlihat jelas karena jarinya yang terkepal.Pria itu duduk, diam sambil mengerutkan keningnya.Dia tidak mengenal dirinya yang sekarang.Aldi hampir kehilangan kontrol atas dirinya sendiri.

Jadi Netra memang sudah mempunyai kekasih?tanyanya pada diri sendiri.

Marahkah Aldi? Tapi atas dasar apa dia marah. Dia hanya seorang teman yang kebetulan satu kelas.

Bunyi tik tik tik dari jarum jam dinding di kelasnya, mendominasi telinganya. Detik-detik berlalu dengan Aldi yang bingung pada perasaannya sendiri.Aldi memutuskan untuk tidak ingin tenggelam dalam ketidakpastian hatinya.Dia harus membuktikan dan merasakan sendiri semua emosi yang campur aduk dalam dirinya saat ini.Sedetik kemudian, Aldi meraih tas ranselnya. Dia berdiri dari kursinya dengan gerakan kasar dan menimbulkan suara-suara yang ramai.Bunyi kursi yang terdorong ke belakang lalu menghantam meja di belakangnya.

Ayu dan Merlin tersentak.Mereka tidak menyangka bahwa Aldi masih berada di dalam kelas.Mulanya mereka berpikir hanya mereka berdua yang tersisa dalam ruang berbentuk balok tersebut. Apalagi Aldi sama sekali tidak memberikan tanda-tanda kehidupan di belakang mereka. Mungkin saja Aldi tadi bertransformasi menjadi patung sehingga dia sama sekali tidak bergerak.

Tidak selesai keterkejutan mereka berdua dengan suara berisik yang ditimbulkan Aldi, Ayu dan Merlin dikejutkan lagi dengan Aldi yang melesat dengan kecepatan tinggi di depan mereka. Ketua osis itu berjalan dengan terburu-buru menuju pintu kelasnya lalu menghilang dibalik tembok.

"Aldi kok kayak mau ngejar maling ya?" tanya Ayu pada Merlin.

Merlin hanya mengedikkan bahunya namun dia mencurigai sesuatu."Tadi Aldi dengar percakapan kita nggak ya?Apa itu yang bikin dia jadi panik?"

Gantian Ayu yang mengedikkan bahu. Kedua teman dekat itu lalu mengambil tas masing-masing dan berjalan meninggalkan kelas yang sepi.

Sementara itu Aldi tengah berjalan dengan tempo cepat.Jantungnya berlarian, organ tubuhnya itu berpacu dengan kencang.Dia menuruni tangga dengan tergesa-gesa.Dua tangga langsung dia langkahi, untung saja konsentrasinya dalam melangkah tidak buyar. Kalau tidak pastilah langkah kakinya akan terpeleset di anak-anak tangga gedung sekolahnya.

Aldi seolah ada dalam perlombaan jalan cepat sementara dia terlambat untuk mengambil langkah start.Dia memperkirakan waktu yang ditempuhnya untuk menuju gerbang sekolahnya. Matanya berulang kali melihat pada jam tangan yang melingkar di pergelangan tangan kirinya. Kira-kira sudah lima menit berlalu semenjak Netra keluar dari kelasnya. Langkah gadis itu tadi terlihat terburu-buru.Netra seolah ingin segera pergi dari ruang kelasnya untuk terbebas dari kerumunan teman-temannya.Tapi Netra tidak berlari. Aldi memperkirakan dengan langkah kaki Netra, gadis itu seharusnya masih di halaman depan sekolahnya.

NetraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang